Yanuar
dan Arundati Shinta
Relawan
PMI Yogyakarta dan bekerja di Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Foto : Elisa |
Di antara ratusan mahasiswa di Universitas Proklamasi 45,
terselip puluhan mahasiswa pegawai. Mereka disebut mahasiswa pegawai karena
pada saat-saat tertentu mereka menjadi karyawan pada suatu organisasi, namun
pada saat-saat lain mereka menjadi mahasiswa. Mahasiswa pegawai itu harus
pandai mencuri waktu, karena jadwal kuliah kadang kala tidak dapat ditebak.
Meskipun pada jadwal sudah tercantum waktu berlangsungnya suatu mata kuliah,
namun sering kali dosen secara mendadak berhalangkan hadir. Kuliah pengganti
sering diadakan ketika mahasiswa pegawai itu justru sedang bekerja di
institusinya. Oleh karena di luar jadwal resmi, maka mahasiswa pegawai ini
kadang kala sulit menghadiri kuliah pengganti.
Satu hal yang paling menarik dari mahasiswa pegawai ini
adalah tingginya motivasi dalam menuntut ilmu. Pada umumnya, usia mereka
sekitar 30-40 tahun. Tenaga mereka jelas kalah bila dibandingkan dengan
mahasiswa reguler yang baru saja lulus SMU. Meskipun tenaga tidak sekuat dulu,
namun tingkat kehadirannya dalam setiap perkuliahan yang diambilnya ternyata
selalu tinggi. Mereka sangat rajin dan tepat waktu dalam mengerjakan
tugas-tugas perkuliahan. Oleh karena itu tidak mengherankan, waktu tempuh studi
mereka singkat yaitu sekitar 4 tahun.
Karakteristik lainnya dari mahasiswa pegawai ini adalah
mereka sangat aktif bertanya dan berdiskusi di kelas. Maklumlah mereka sudah
lama bekerja dan menjadi praktisi dari ilmu yang sekarang ini ditimbanya. Dalam
menghadapi mahasiswa pegawai ini dosen pada umumnya senang, karena
komentar-komentar mereka kadang tidak tercantum dalam literatur. Komentar
mereka justru memperkaya materi perkuliahan. Keaktifan mereka dalam bertanya
ternyata juga berdampak dalam keberanian mereka dalam mengkritik dosen. Mereka
berani menyuarakan ketidaksetujuannya secara langsung, meskipun dengan tutur
kata yang sopan. Dosen yang tidak siap mentalnya mungkin akan gentar menghadapi
mahasiswa pegawai ini.
Karakteristik berikutnya adalah mereka tidak canggung untuk
duduk pada barisan paling depan di kelas. Hal ini berbeda dengan mahasiswa
reguler yang baru saja lulus dari SMU, yang justru berebut duduk di belakang
(menjauhi dosen). Para mahasiswa pegawai ini
nampak haus ilmu dan segera ingin menguasai ilmu yang diajarkan dosen.
Kesediaan duduk di depan memudahkannya dalam berkonsentrasi dan membaca tulisan
dosen yang kadang kala terlalu kecil. Maklumlah, ketajaman mata mereka
berkurang seiring bertambahnya usia mereka.
Di mana gerangan para mahasiswa pegawai yang sekarang sudah
menjadi alumni Universitas Proklamasi45? Berdasarkan catatan kami, para alumni
mahasiswa pegawai ini tentu saja kembali ke tempat institusi yang mengirimkannya.
Satu hal yang mengejutkan, ternyata motivasi untuk menuntut ilmu tidak hanya
berhenti di Universitas Proklamasi 45 saja. Mereka telah tercatat melanjutkan
pendidikan pasca sarjana (master dan doktor) pada berbagai universitas terkenal
baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan ada salah satu alumni fakultas
psikologi yang kini telah bergelar profesor. Semangat mereka dalam menuntut
ilmu setinggi-tingginya juga telah memecut kami untuk melanjutkan pendidikan.
Semoga hal itu segera terlaksana. Salam.
2 Comments
Saya juga mahasiswa yang nyambi jadi pegawai. Rasanya waktunya sempit banget untuk belajar. Belum lagi si bos sukanya ngomyang kalau saya belum menyelesaikan tugas kantor. Cape deh. Tapi demi sebuah cita-cita, tidak apalah sakit-sakit dahulu berenang-renang kemudian.
ReplyDeleteMenjadi mahasiswa pegawai tentu saja sangat capek. Di kantor ia mendapat marah dari bos karena belum menyelesaikan tugas kantor yang numpuk. Di kampus, ia mendapat marah dari dosen karena terlambat mengikuti ujian. Di rumah, ia dimarahi pasangannya karena malam minggu diisi dengan acara mengetik (mengerjakan tugas)dan membaca literatur. Cara mengatasi dengan jitu adalah berkomunikasi dengan dosen tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Dosen-dosen kontemporer pasti mau mengerti, sedangkan dosen kuno jarang yang mau memahami kesulitan mahasiswa pegawai karena dosen seperti itu biasanya gila hormat. Dosen yang gila hormat itu memang lama-lama tidak dipakai lagi di universitas, karena pihak manajemen juga memperhatikan kepentingan mahasiswa. Untuk sebuah cita-cita yang luhur, bertahanlah dalam kesulitan dan penderitaan. Sebentar lagi Anda akan memetik hasilnya yang manis. Selamat belajar
DeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji