Richanatus
Syarifah
Fakultas Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Kisah
gadis yang tinggal di desa, sebut saja Karin, dia ingin merantau untuk menuntut ilmu dan menambah
pengalaman dalam hidupnya.
Agar dia bisa
membuat orang tuanya bahagia. Karin mulai mencoba berkecimpung dengan dunia
kerja, dia mulai disibukkan banyak kegiatan. Mulai dari kuliah, kerja dan usaha
sampingan untuk membuat keterampilan untuk dijual. Karin merasa senang karena dia
bisa membagi waktu dengan baik.
Berkat
kerja keras, Karin bisa
mendapatkan apa yang diinginkannya, tentu saja tidak lagi megandalkan orang tua
dirumah. Kerja keras memang karakter yang melekat dalam diri Karin, hingga dia
tak bisa diam tanpa
melakukan apapun. Prinsip dalam hidupnya adalah tetap semangat meski apapun
yang terjadi. Dia tak ingin mengecewakan orang tuanya yang sudah mendidik dan
merawatnya sejak kecil sampai detik ini.
Karin
melewati hari demi hari penuh semangat dan ceria. Hingga dia sama sekali tak
mengenal lelah. Dia terbangun di pagi hari
dan tidur larut malam. Itulah kebiasaan yang
di lakukan setiap hari. Penuh
ketenangan dalam hati, aktivitas dalam hidupnya berjalan lancar.
Berbulan-bulan
telah Karin lewati tanpa halangan apapun, hingga tiba saatnya dia merasakan
kelelahan yang begitu hebat, dan membuat hatinya tak tenang. Semakin hari tubuhnya
semakin letih, dan yang membuat dia kacau, mengapa selama kesibukan yang telah dia
lakukan, dia lupa dengan rasa bersyukurnya kepada Allah SWT. Sebelumnya dia
selalu beribadah kepada-Nya, tapi setelah dia banyak kegiatan, dia semakin
melupakan-Nya.
“Masyaallah,
hatiku semakin hari semakin meleburkan puing-puing kesalahan terbesar dalam
hidupku. Aku tak kuasa menahan keletihan dalam diriku. Aku tak tahan
dengan duri-duri yang menusuk pikiranku.
Rasanya aku ingin menyerah, menerbangkan tubuhku ke lautan yang luas, menerobos
dinding-dinding kesusahanku. Meninggalkan segala yang sudah aku lewati. Aku
bingung, bimbang. Aku tak tau apa yang harus ku lakukan selanjutnya.”
Ketika
Karin terdiam dan merenung, dia mulai menyadari bahwa dia harus kuat, dia harus
tetap semangat, dia tak boleh menyerah, dia harus bangun dalam keterpurukan. Dia
harus memulai hidupnya kembali, mengatur
waktu dengan lebih baik lagi, dan meyakini bahwa apa yang terjadi kepadanya
adalah yang terbaik untuknya.
Allah
selalu memberikan yang tebaik untuk hambanya sesuai dengan kemampuannya. Allah
tak pernah membiarkan hambanya mendapatkan hal yang begitu memberatkannya. Perbedaannya
hanya cara kita mensikapi masalah yang datang. Masalah yang datang dalam hidup kita akan membuat kita
lebih kuat, jika kita dapat memecahkannya.
“Menyia-nyiakan
waktu adalah menyia-nyiakan hidup. Jika engkau dapat menguasai waktu maka hidup
akan dikuasai olehmu.” ( Ferdhy Febryan.2010)
Ilustrasi
di atas merupakan perjalanan manusia
yang ingin mencapai aktualisasi diri, perlu kita ketahui bahwa aktualisasi diri
adalah kebutuhan manusia ditingkat yang paling tinggi menurut teori kebutuhan
Abraham Maslow. Dalam teori ini ada lima kebutuhan yang dapat dicapai oleh
manusia, diantaranya: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
dimiliki atau dicintai, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri. Itulah
teori kebutuhan menurut Abraham Maslow.
DAFTAR
PUSTAKA
Febryan.,
F.(2010). Boost Your Potentials! . Bandung: Penerbit MQS Publishing
menyia-nyiakan
waktu adalah menyia-nyiakan hidup. Jika engkau dapat menguasai waktu maka hidup
akan dikuasai olehmu. (Febryan,2010).(halaman
: 2)
Al-Qur’an. Al-Baqoroh, ayat 286
Pras.(2011-2012).Teori
kebutuhan Abraham Maslow. www.praswck.com
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji