USAHA UNTUK MEMOTIVASI MAHASISWA TUNTASKAN JENJANG S1
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Niat
yang baik harus diiringi dengan persiapan yang baik pula. Bila hanya berbekal
niat baik saja maka yang terjadi adalah peristiwa acak-acakan. Kata-kata bijak
itulah yang melandasi saya dalam mengadakan pertemuan sederhana untuk menyambut
mahasiswa baru 2016/2017 dan 2017/2018 serta pertemuan perpisahan bagi para
lulusan. Kata-kata bijak itu menjadi semacam mantra dan penguat, di tengah-tengah
ketiadaan dukungan teman sejawat. Lagi pula kalau dipikir-pikir, tentu teman sejawat
akan berpikir untuk apa ada pertemuan penyambutan dan farewell party? Menghambur-hamburkan
uang saja dan sama sekali tidak berguna.
Tujuan
pertemuan sederhana itu sebenarnya berasal dari kegelisahan banyaknya mahasiswa
baru yang begitu teganya memutuskan hubungan dengan Psikologi UP45. Sudah banyak
usaha yang dilakukan, namun angka putus kuliah tetap tinggi (mendekati 50%
untuk periode 2015/2016). Bagi saya, usaha-usaha untuk mendapatkan mahasiswa
baru serta mempertahankan mahasiswa lama ibaratnya seperti bermain bola basket.
Tim pemenang adalah yang paling banyak memasukkan bola dan sekaligus paling sedikit
gawangnya dijebol lawan. Bila suatu perguruan tinggi berhasil mendapatkan
banyak mahasiswa baru namun secara bersamaan banyak mahasiswa yang putus
sekolah, maka perguran tinggi itu mungkin akan segera bangkrut. Mahasiswa yang
aktif kuliah hanya sedikit saja. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk mempertahan
mahasiswa lama adalah sama pentingnya dengan usaha-usaha mendapatkan mahasiswa
baru.
Pertemuan
sederhana ini dirancang untuk mempertemukan alumni dan mahasiswa senior dengan
para mahasiswa baru. Pertemuan diisi dengan cerita-cerita tentang usaha-usaha
menghadapi perilaku dosen-dosen yang lucu sekaligus strategi cerdik menyelesaikan
tugas-tugas yang segudang banyaknya. Ujung-ujungnya adalah untuk mendapatkan
nilai bagus. Mahasiswa senior dan alumni sudah memperlihatkan ketangguhan itu
dan terbukti mereka bisa survive. Pengalaman survive itulah yang ingin diteruskan
kepada para mahasiswa baru. Bila dilihat
dari kacamata PMO (Psikologi Manajemen & Organisasi) pertemuan itu adalah
situasi untuk melanggengkan budaya organisasi (Robbins, 1998).
Pertemuan
sederhana ini juga merupakan cara saya untuk membayar hutang karena saya sudah
mendapatkan harta yang melimpah dari UP45. Perlu dicatat, harta itu tidak
selalu berbentuk uang, namun juga bisa berarti kesuksesan dan kehidupan yang
selalu menemui kebetulan yang sifatnya menyenangkan. Pada masa lampau (masa
ago, kata mahasiswa milineal),
saya juga mengalami pertemuan seperti ini. Ketika baru datang di negara
asing, disambut sang supervisor dan ketika lulus juga mengalami farewell party.
Pertemuan seperti itu sangat dimungkinkan karena jumlah mahasiswa master dan
doktoral masih sedikit. Saya belum tahu apakah pertemuan semacam ini akan terus
dilaksanakan bila mahasiswa Psikologi UP45 pada masa yang akan datang menjadi sangat
banyak jumlahnya. Untuk masa-masa
sekarang (zaman now), pertemuan ini
sangat berarti.
Pada pertemuan sederhana itu, juga telah dilaksanakan
sebuah game psikologi yang berjudul “Bawang
merah bawang putih: Dualisme kepemimpinan”. Itu masih judul sementara. Ide game psikologi itu berasal dari perilaku
seorang mahasiswa yang sering mengeluh ke sana ke mari tentang interaksi sosial
dosen. Menurut penilaian mahasiswa itu, interaksi sosial para dosen kurang
harmonis. Ini adalah sebuah ironi, karena para dosen adalah sarjana psikologi
namun untuk mengelola emosi sosial saja sulit. Padahal setiap hari ‘berceramah’
tentang pentingnya pengelolaan emosi secara bertanggung jawab.
Saya sangat menekankan kepada para mahasiswa baru dan lama,
bahwa memang UP45 mempunai keterbatasan dalam melayani mahasiswa. Hendaknya,
keterbatasan itu tidak disumpahi namun justru disyukuri. Dampaknya adalah
mahasiswa akan bisa melihat bahwa UP45 itu adalah land of creativity, tempat yang penuh mukzizat untuk mengubah
keburukan seseorang menjadi kebaikan, kreatif menghadapi masalah, dan menjadi
tabah.
Kembali pada awal kalimat, bahwa niat yang baik harus
diiringi dengan persiapan yang baik. Persiapan-persiapan yang sudah dilakukan
antara lain menyebar undangan, menyewa tenda dan kursi, mempersiapkan makanan
sesuai dengan selera anak-anak muda, dan tentu saja doa. Doa yang dipanjatkan
adalah agar pertemuan berjalan lancar, tidak hujan, dan peserta bisa
mendapatkan nilai-nilai yang baik serta strategi cerdik untuk menyelesaikan
studi di Psikologi UP45. Pertemuan dilaksanakan pada 11 November 2017, pukul
12.00-15.30, di rumah seorang dosen. Mahasiswa yang hadir sekitar 20 orang, 1 alumni (Jati Pramono, S.Psi), dan
makanan ludes termasuk kentang gorengnya yang renyah. Ini adalah bukti bahwa
interaksi sosial yang harmonis antara dosen dan mahasiswa berjalan dengan
lancar. Semoga pertemuan-pertemuan semacam ini akan rutin diselenggarkan, tentu
dengan dukungan dari dosen dan mahasiswa.
Daftar pustaka:
Robbins, S.P. (1998). Organizational behavior:
Concepts, controversies, applications. 8th ed. Upper
Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji