Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK


IMPLEMENTASI MOU UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada seseorang untuk mengetahui lebih jauh tentang suatu hal. Dorongan tersebut bisa datang dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan bisa berasal dari luar seseorang (ekstrinsik). Doorngan dari luar misalnya keinginan yang sangat kuat untuk mengetahui suatu hal abru karena hal baru tersebut sangat bermanfaat bagi dirinya.  Dorongan dari luar misalnya seseorang mempelajari suatu hal baru karena telah dijanjikan akan mendapatkan kenaikan gaji oleh pemimpinnya. Mana yang lebih baik, motivasi intrinsik atau ekstrinsik? Masing-masing motivasi penting dan mempunyai keunggulan yang berbeda-beda.


Keunggulan motivasi belajar intrinsik adalah seseorang tidak perlu dikejar-kejar untuk memperlajari suatu hal baru. Ia dengan sendirinya sudah bisa membuat jadwal belajar yang efektif. Bila mengalami kesulitan ia dengan suka rela akan bertanya pada pihak lain yang sekiranya mengetahui permasalahan tersebut. Bila proses belajar itu membutuhkan biaya tinggi, maka ia juga dengan suka rela membayarnya. Bila teman-temannya tidak senang dengan topik baru tersebut maka ia tidak keberatan menjadi berbeda dengan lingkungan sosialnya karena mempelajari hal baru tersebut. Ia pun bersedia diejek, ditertawakan bahkan diasingkan oleh teman-temannya. Alasannya sederhana yaitu ia memang sangat membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan dari hal baru tersebut.

Keunggulan motivasi belajar ekstrinsik adalah seseorang harus mendapatkan insentif yang memuaskannya sehingga ia bersedia mempelajari ilmu baru. Tanpa adanya insentif ia tidak bersedia mempelajari hal baru. Insentif dalam hal ini adalah sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan seseorang, sehingga bentuknya tidak elalu berupa uang. Mungkin saja seseorang bersedia mempelajari suatu hal baru karena di tempat belajar itu ia menemukan teman baru yang sangat menarik hatinya. Bila teman barunya itu kebetulan tidak masuk, maka ia menjadi malas untuk datang ke tempat belajar. Jadi dalam hal ini ekstrinsik lebih unggul daripada motivasi intrinsik karena kesediaannya untuk belajar bisa diarahkan sesuai dengan kehendak dari pemberi insentif.

Persoalan yang berhubungan dengan motivasi intrinsik tersebut di atas adalah hal itu sangat jarang terjadi pada anak di Indonesia. Masih terlihat anak-anak Indonesia harus dikejar-kejar untuk belajar, menyelesaikan PR, bahkan untuk berangkat ke sekolah. Masih banyak orangtua yang menyuapi anaknya dengan makanan meskipun anaknya tersebut sudah besar dan bisa makan sendiri. Situasi ini terjadi karena anak memang belum menyadari pentingnya belajar. Selain itu, orangtua sering merasa tidak sabar menunggui anak menyelesaikan suatu tugas, sehingga orangtua harus membantunya.

Persoalan yang berhubungan dengan motivasi ekstrinsik adalah persediaan insentif tidak selalu ada. Kalau pun tersedia, jumlah intensif itu sering tidak banyak. Di sisi lain, sanagt banyak orang yang menginginkan adanya insentif itu, sehingga rentan memunculkan konflik yang sebenarnya tidak perlu.

Adapun punggawa siaran kali ini adalah Bapak Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA., dan Bapak Yudha Andri Rianto, S.Psi. Bapak Wahyu adalah dosen Psikologi UP45. Bapak Yudha Andri kini adalah Kepala Sekolah Cita Loka Yogyakarta, sekolah yang selalu menjadi rujukan para orangtua yang peduli dengan pendidikan pada anak yang humanis. Bapak Yudha Andri ini juga salah satu alumni berprestasi dari Fakultas Psiologi UP45.

Tulisan ini adalah laporan dari pelaksanaan kerjasama antara UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran dengan Radio Sonora ini berlangsung pada 26 November 2019, pukul 10.00-11.00. Pada siaran kali ini, pertanyaan yang datang dari para pendengar jumlahnya sangat banyak, mengingat nara sumbernya piawai dalam mengantarkan pesan-pesannya. 








Post a Comment

0 Comments