Rauf Wanda A.N.R
TeknikPerminyakan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Sebelum membahas
ke topik sebagai awal harus mengenal terlebih dahulu apakah Coal Bed Methane itu?. CBM adalah gas
alami yang diproduksi oleh lapisan batubara baik sebagai batuan induk (source rock) maupun reservoir, umumnya
mengandung > 90% gas metana. Produksi gas di batubara biasanya pada tekanan
yang rendah. CBM secara alamiah membentuk gas methane (CH4) yang terdapat di
lapisan batubara sebagai akibat dari proses fisika dan kimia dari proses coalification. CBM diproduksi pada
kedalaman yang relatif dangkal dan dalam jumlah besar juga diikuti oleh produksi air. Tekanan antara batuan dengan
air yang berada diantara lapisan batubara akan membentuk rekahan alami yang
juga sebagai tempat terserapnya (adsorbsi)
gas methane tersebut di dalam lapisan batubara.
Produksi CBM pada
tiap sumur selalu dimulai dengan cara memproduksikan air dalam jumlah yang sangat banyak.
Tentunya hal ini harus diperhatikan dan harus menjadi concern dan kepedulian
oleh para operator CBM mengingat produksi air dari hasil dewatering pada CBM
memiliki dampak yang serius pada lingkungan apabila tidak ditangani.
Proses penanganan
air terproduksi CBM dimulai dari sumur produksi yang menghasilkan gas dan air
kemudian di pisahkan (separate), air terproduksi ini yang harus diolah kembali
agar tidak mencemari lingkungan. Air yang terproduksi ini akan dialirkan ke
water pond 2. Water Pond merupakan campuran air yang terproduksi dari sumur dan
atau tercampur dengan air hujan. Di dalam waterpond 2, sudah diberi aerosol
untuk mengurangi kadar dari Chemical
Oxygen Demand (COD) dan Total
Suspended Solid (TSS) yang tinggi.
Kemudian dari waterpond 2, air terproduksi dialirkan ke
dalam bak kontrol, dimana dalam bak kontrol terdapat arang, ijuk dan batu bata yang berguna untuk
memfilter atau menyaring padatan agar dapat terendapkan dalam bak tersebut.
Selesai dari bak kontrol air terproduksi dialirkan ke water pond 1, kemudian
bercampur dengan muka air tanah dan sisa air hujan sekitar. Proses masih
berlanjut ke mud pit. Mud pit sebagai tempat settling sementara agar seluruh sedimen dapat turun sehingga
maksimal untuk terendapkan.
Proses selanjutnya
pengaliran ke bio screen, dalam bio screen sudah ini sudah dapat ditemukan
organisme seperti pakis, kangkung, kecebong dan ikan. Dimulai dari sinilah
sebagai awal indikasi bahwa air tersebut sudah dapat digunakan kembali atau
belum, tetapi tidak
hanya sampai di situ
untuk mendapatkan hasil apakah air tersebut layak untuk digunakan kembali.
Langkah terakhir
setelah diendapkan di bioscreen, air yang diproduksi mengalami filterisasi yang
nantinya akan dilakukan pengecekan terhadap kadar kelayakannya. Hasil dari
pengecekan apabila air tersebut memang sudah layak digunakan kembali, dapat
dimanfaatkan untuk perikanan air payau.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji