Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Adil Bagai Luapan Asap Api



Aristanti Oktavia Dewi
Teknik Perminyakan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Istimewa
Coba lihatlah negeri ini…. Para pejabat negeri duduk sigap di atas kursi kebesarannya. Berdasi, berkerah, dan berbaju rapi dalam naung bangunan yang megah dan sejuk. Begitu manisnya kehidupan mereka dibandingkan rakyat yang belum tentu bernaung di dalam bangunan yang megah nan sejuk itu. Sebelum dilantik, para pejabat tersebut tentu disumpah terlebih dahulu dengan nama Al-Qur’an atau kitab yang dianutnya. Kata-kata tegas dan lantang telah mereka ucapkan demi kewajiban menjalankan amanah yang orientasinya untuk masyarakat luas. Tapi, akankah kata-kata itu bisa dibuktikan dengan sangat nyata? Atau hanya “tong kosong nyaring bunyinya”? Saya berpikir bahwa, para pejabat yang sedang menjalankan tugas tersebut juga sangat membutuhkan kritik dan saran dari masyarakat yang telah mereka pimpin. Hal tersebut akan sangat baik untuk membangun kinerja mereka kedepannya.
            Sedangkan, pada umumnya kita sudah mengetahui bahwa “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”. Itu istilah yang sering didengung-dengungkan banyak orang. Apakah ini yang dinamakan keadilan? Menurut saya, hal itu sangatlah tidak adil. Sampai kapan keadilan di tanah Indonesia ini benar-benar terlaksana secara murni? Mengapa janji-janji para pejabat itu hanya bagai luapan asap api. Pada awalnya luapan asap itu mengepul dan masuk ke dalam sistem pernapasan manusia. Setelah manusia merugi karena menghirupnya, barulah beberapa kemudian hilanglah asap itu dari depan mata. Sedangkan janji beberapa pejabat negeri awalnya sangat lantang untuk diucapkan dari lisannya dan setelah masyarakat memahami dan yakin akan janji-janjinya, ternyata hanya dalam sekejap. Setelah beberapa pejabat itu dilantik menjadi pejabat, dia bagaikan orang tak pernah menaruh sebilah janji. Semua janji-janji seakan hilang terbawa angin dan rakyatpun merugi karena awalnya dia terlalu percaya pada mereka.
            Namun, cobalah memahami apa yang dapat kita simpulkan? Yaa, sungguh tragis sistem keadilan di negeri tercinta ini. Tidak adil bagi masyarakat yang sedang berkesusahan dan hanya bisa melihat para pejabat terpapar mewah dengan mobil pribadinya. Mereka seakan tak pernah ada pandangan sedikitpun terhadap para tunawisma. Tak tergugahkah hati mereka untuk hanya sekedar membuka jendela mobil dan menyapa masyarakatnya? Sungguh hanya sedikit pejabat yang benar-benar mendahulukan rakyatnya daripada dirinya sendiri. Semua dalil al-qur’an dan al-hadist bagai tinggal kenangan. Padahal dalil dan al-hadist tersebut telah mencantumkan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah. Tapi, pada kenyataannya mereka sendiri yang merusak kepercayaan Allah dengan tidak menjalani tugas leadership dengan baik sesuai Syariat Agama.

            Jadi, kapan keadilan di negeri ini akan mencuat? Mencuat di permukaan dan semua orang bebas memandanginya agar mereka tahu bagaimana ambangan keadilan itu di permukaan dan tidak selalu disembunyikan di dasar laut, sehingga setiap orang tak mampu untuk melihatnya. Oleh karena itu, agar keadilan selalu terjaga hendaknya pemerintah selalu menjadikan semua masalah negara lebih transparan terhadap masyarakat, sehingga masyarakat dapat menanggapi masalah tersebut juga.