Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Foto : Chepi |
Marketing atau pemasaran adalah salah satu devisi dari
organisasi yang letaknya paling ujung. Istilah populernya adalah ujung tombak organisasi.
Hal ini karena tugas utama bagian marketing adalah mendapatkan pelanggan
sebanyak-banyaknya. Strategi marketing sudah sangat banyak dikemukakan oleh
para ahli pemasaran. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku-buku pemasaran
yang dijual di toko-toko buku. Meskipun strategi marketing sangat banyak, namun
prinsip utamanya sangat sederhana yaitu membujuk calon pelanggan untuk menggunakan
barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi tempat seseorang bekerja.
Perilaku membujuk orang lain pun prinsipnya adalah ia harus bersikap manis,
menarik, atau positif. Tidak ada satu pun rumus marketing yang dilakukan dengan
muka cemberut, marah-marah, membentak-bentak, apalagi dengan perilaku kasar.
Sulitkah menjadi bagian dari devisi marketing? Istilah Jokowi
– gubernur DKI yang baru ketika ditanya tentang proses menajdi gubernur DKI
Jakarta – jawabannya adalah tidak sulit tetapi sangat, sangat, dan sangat
sulit. Tidak banyak orang yang mampu untuk terus-menerus bersikap positif
sepanjang hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Selain adanya tuntutan sikap yang
selalu positif, kesulitan pada bagian marketing adalah pada sistem target. Hal
itu berarti setiap staf marketing harus mendapatkan pelanggan dalam waktu yang
sudah dibatasi. Apabila persyaratan itu tidak dapat dipenuhi maka staf
marketing itu akan diberhentikan dari organisasi. Oleh karena itu tidak
mengherankan apabila orang-orang yang bersedia menjadi staf marketing adalah
orang-orang yang mempunyai n Ach, need achievement atau kebutuhan
berprestasi yang sangat besar. Ciri-ciri utama orang-orang yang mempunyai
kebutuhan berprestasi tinggi adalah suka dengan tantangan. Apabila tugas utama
di tempat kerjanya hanya bersifat monotoon dan berulang-ulang, maka ia
cenderung tidak tahan lama bekerja di organisasi itu.
Persoalan yang muncul adalah apabila seseorang yang mempunyai
kebutuhan berprestasi tidak tinggi (low
need Ach) tetapi dipaksa oleh organisasi untuk menjadi staf marketing. Ia tentu
akan mengalami stress berat, karena ada perbedaan ritme dan penentuan hasil kerja.
Pekerjaannya sebelumnya adalah bagian administrasi yang tidak ada tuntutan
harus mendapatkan pelanggan baru, dan ritme pekerjaannya cenderung monotoon.
Pada bagian marketing, sebaliknya, seseorang dituntut untuk bekerja dengan
ritme cepat serta harus berpikiran positif sepanjang waktu. Sungguh melelahkan
pekerjaan pada bagian marketing. Oleh karena itu sangat sedikit orang-orang
yang bersedia bekerja pada bagian marketing, meskipun dengan iming-iming gaji
atau bonus yang sangat tinggi.
Seperti halnya pepatah, bila ingin mendapatkan uang yang
banyak maka risiko dan tuntutan pekerjaan biasanya sangat tinggi. Sayangnya,
pepatah itu berseberangan dengan logika orang-orang pada umumnya. Mereka
berkeinginan untuk mendapatkan uang banyak namun tuntutan pekerjaannya rendah
atau mudah. Mengapa logika orang-orang seperti itu? Ada beberapa penjelasan yang mungkin dapat
dikemukakan.
Pertama, semenjak kecil kita tidak dibiasakan untuk
berkompetisi. Sangat jarang anak-anak diikutkan pada berbagai lomba, karena
orangtuanya juga tidak terbiasa berkompetisi. Kalaupun ada kompetisi dalam
keluarga, maka kompetisi itu sifatnya negatif yaitu orangtua
membanding-bandingkan dengan kakak, adik, bahkan tetangga. Seolah-olah kita
menjadi terdakwa atau anak tiri yang keberadaannya sangat tidak diinginkan
orangtua. Pendidikan semacam inilah yang justru mematikan efikasi diri atau
keyakinan tentang kemampuan diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu. Orangtua
sebagai lingkungan pertama, justru mendidik kita untuk menjadi orang kerdil. Di
sisi lain, kita juga dididik oleh lingkungan sosial untuk tidak boleh melawan
orangtua. Lingkungan sosial mengatakan durhaka, bila berani pada orangtua. Hal
ini berarti bahwa kita harus menerima tanpa boleh protes sedikit pun perlakuan
orangtua yang sifatnya mengkerdilkan itu.
Alasan kedua tentang keinginan orang-orang untuk mengerjakan
hal-hal yang ringan saja namun pendapatannya tinggi yaitu mereka cenderung
mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang sama. Padahal di sisi lain, jaman
sudah maju dan teknologi pun sudah berganti sehingga cara pengerjaan segala
sesuatu menjadi lebih mekanis serta menjadi lebih cepat. Sayangnya tidak semua
orang mampu mengimbangi kemajuan jaman tersebut, dan mereka tetap terpaku pada
cara kerja lama. Tentu saja hasil kerja dengan cara lama menjadi kurang
memuaskan.
Memang ada perdebatan, bahwa gudeg yang dimasak dengan cara
lama (kayu bakar) terasa lebih enak. Penulis tua seperti Umar Kayam (almarhum)
akan lebih produktif bila menulis dengan mesin ketik tua daripada menggunakan
komputer dengan program yang paling maju. Justru suara tuts mesin ketik memacu kreativitas
Umar Kayam dalam menulis novel yang terbukti menjadi best seller dan mengalahkan penulis-penulis muda yang menggunakan
komputer canggih. Alat tenun bukan mesin (ATBM) terbukti lebih digandrungi oleh
peminat tekstil dari manca negara sehingga hasilnya diekspor. Kain batik dan
kain sutra yang diwarna secara alami (lama) justru harganya lebih mahal
daripada kain yang diwarna secara kimiawi. Jadi dalam hal ini orang boleh saja
menggunakan cara-cara lama meskipun ada cara baru, namun ia harus berusaha
sekuat tenaga bahwa hasilnya jauh lebih bermutu (outstanding) daripada produk dari cara-cara baru. Adanya tekad
semacam itu justru memunculkan fenomena local
genius, yang justru dapat menjadi kebanggaan organisasi.
Persoalan yang muncul adalah, orang enggan berusaha agar hasil kerjanya menjadi
luar biasa hebat, baik dengan cara lama maupun baru. Dari pandangan manajemen, karyawan
yang mempunyai langgam kerja seperti itu tentu saja merugikan. Memberhentikan
mereka, tentu saja akan menimbulkan persoalan ketenagakerjaan yang rumit.
Manajemen yang bijaksana dan pro karyawan cenderung mendorong mereka untuk
mengikuti pelatihan agar mereka mampu beradaptasi dengan cara-cara baru.
Manajemen yang pendek akalnya, cenderung memutasi karyawan-karyawan tersebut ke
bagian marketing tanpa dibekali dengan pelatihan marketing yang memadai. Para karyawan itu juga akan mendapat target penjualan
produk atau jasa. Apabila target tidak dipenuhi maka manajemen akan
memberhentikan para karyawan tersebut dengan cara yang dianggapnya elegan. Cara-cara
semacam ini tentu saja rawan terhadap konflik manajemen.
Lalu bagaimana cara bijak untuk mengatasi situasi kerja yang
tidak menyenangkan ini? Tulisan ini lebih berpihak pada karyawan, bukan pada
manajemen karena pada banyak situasi karyawan sering berada pada pihak
subordinat. Selain itu, sudah sewajarnya manajemen berbenah diri untuk
memajukan organisasi. Sudah merupakan kewajiban bagi manajemen untuk mengadakan
pelatihan secara rutin untuk memajukan karyawan sehingga karyawan tidak
terkejut dengan perubahan.
Jadi apa yang harus dilakukan karyawan yang dipaksa oleh
manajemen untuk mengubah langgam kerjanya? Karyawan ideal tentu sudah mempersiapkan
diri semenjak dulu tentang perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi.
Karyawan ideal lebih suka dengan perubahan yang direncanakan sendiri daripada
perubahan yang dipaksakan pihak lain. Nasi sudah menjadi bubur, tidak ada
gunanya menghujat manajemen yang kurang panjang akal. Penghujatan pada
manajemen cenderung akan menyebabkan pemborosan energi saja. Berikut adalah
beberapa saran bagi karyawan yang berada dalam situasi sulit.
Saran pertama, karyawan hendaknya memahami bahwa ada proses
pendahuluan sebelum seorang pelanggan bersedia membeli produk atau jasa yang
dihasilkan organisasi. Proses pendahuluan itu berisi pertimbangan-pertimbangan
konsumen terhadap mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan konsumen
membanding-bandingkan dengan produk lain. Proses pendahuluan ini adalah masa
kritis dalam pengambilan keputusan. Pada titik inilah seharusnya bagian
marketing membuat intervensi terhadap proses kognisi konsumen. Intervensi itu
berupa pembujukan terhadap konsumen agar perhatiannya lebih terarah pada
produknya.
Intervensi yang lazim adalah pidato (misalnya tukang jual
obat kuat di pasar), menawarkan produk dari pintu ke pintu (misalnya sales promotion employee), dan memasang
iklan di media massa
(misalnya iklan perusahaan-perusahaan di koran). Karyawan yang efikasi dirinya
rendah cenderung menggantungkan diri pada kemampuan organisasi dalam membuat
iklan. Ia cenderung membuat mental block
bahwa dirinya tidak mampu menawarkan produk keliling kota, apalagi berpidato. Mental block berarti ia yakin bahwa dirinya tidak mampu, dan ia
mengatakan ketidakmampuannya itu dengan lantang. Mental block inilah yang
menjadi hambatan utama seseorang untuk berubah.
Saran kedua, karyawan yang dikuasai oleh mental block hendaknya berusaha keras agar kemampuan yang dikuasainya
menjadi luar biasa, seperti halnya contoh pada penulis Umar Kayam di atas. Kemampuan
tersebut mungkin saja tidak berhubungan langsung dengan strategi marketing
(seperti pidato atau membujuk konsumen), namun apabila dikerjakan dengan luar
biasa bagus maka hasilnya juga dapat merupakan alat marketing. Konsumen menjadi
tertarik membeli produk atau jasa, agar mereka dapat berhubungan langsung
dengan karyawan yang super hebat tadi.
Persoalan yang sering mengiringi saran agar karyawan
mengeluarkan usaha keras tersebut adalah karyawan sering tidak tahu tentang
potensi dirinya. Mental block
cenderung menyebar pada kemampuan-kemampuan lainnya. Mental block ini akan diperparah oleh karakter kita yang sering
kali malas dalam melakukan sesuatu. Cara mengatasi mental block dan kemalasan ini adalah mengikuti pelatihan-pelatihan
tentang cara-cara membangkitkan motivasi internal. Saran lain yaitu sering-seringlah
bergaul dengan orang yang mempunyai karakter terbuka, gigih, dan yang selalu
berpikiran positif. Orang-orang semacam itu akan sangat senang bila dapat
berguna bagi sesama. Ia tidak akan pelit dalam menularkan motivasi internalnya.
Hidup ini memang berisi berbagai pilihan dan setiap pilihan
pasti ada konsekuensinya. Seandainya kita semua dipaksa oleh situasi organisasi
sehingga harus menjadi staf marketing, maka hanya ada dua pilihannya yaitu
mempersepsikan situasi itu sebagai peluang atau bunyi genta kiamat. Peluang
dalam hal ini bisa berarti peluang untuk maju atau mundur (kehidupan menjadi
buruk). Bunyi genta kiamat berarti kita memilih untuk putus asa dan akhirnya
mati (meskipun semua orang akan mati juga). Tidak mampu memilih - baik sebagai
peluang atau bunyi genta kiamat – juga merupakan pilihan.
5 Comments
Kalau serius, bisa coba profesi marketing sebagai medical representative. Penghasilan besar, bisa jalan-jalan ke banyak kota yang baru , bahkan ke luar negeri!
ReplyDeleteASS.WR.WT.saya IBU WINDA TKW SINGAPURA sangat berterima kasih kepada AKI SOLEH, berkat bantuan angka jitu yang di berikan AKI SOLEH, saya bisah menang togel 4D yaitu ((( 1 6 3 8 ))) dan alhamdulillah saya menang 150 lembar.sekarang saya sudah bisah melunasi hutang-hutang saya dan menyekolahkan anak-anak saya. sekarang saya sudah bisah hidup tenang berkat bantuan AKI SOLEH. bagi anda yang termasuk dalam kategori di bawah ini;
Delete1.di lilit hutang
2.selalu kalah dalam bermain togel
3.barang-barang berharga sudah habis buat judi togel
4.hidup sehari-hari anda serba kekurangan
5.anda sudah kemana-mana tapi belum dapat solusi yang tepat
6.pesugihan tuyul
7.pesugihan bank gaib
8.pesugihan uang balik
9.pesugihan dana gaib, dan dll
dan anda ingin mengubah nasib melalui jalan togel seperti saya hub AKI SOLEH di no; 082-313-336-747.
atau anda bisah kunjungi blog AKI KLIK DISINI ((((( BOCORAN TOGEL HARI INI ))))
UNTUK JENIS PUTARAN; SGP, HK, MACAU, MALAYSIA, SYDNEY, TOTO MAGNUM, TAIPE, THAILAND, LAOS, CHINA, KOREA, KAMBODIA, KUDA LARI, ARAB SAUDI,
AKI SOLEH dengan senang hati membantu anda memperbaiki nasib anda melalui jalan togel karna angka gaib/jitu yang di berikan AKI SOLEH tidak perlu di ragukan lagi.sudah terbukti 100% akan tembus. karna saya sudah membuktikan sendiri.buat anda yang masih ragu, silahkan anda membuktikan nya sendiri...
SALAM KOMPAK SELALU.DAN SELAMAT BUAT YANG JUPE HARI INI
Mb berhijab ko percaya sama dukun togel gtu, itu kan musrik. Astagfirullah
DeleteSilakan baca ebooknya agar lebih paham mengenai profesi ini. Selamat berkarya! Salam sukses dan sejahtera!
ReplyDeletemenarik untuk dibaca, serta dapat membantu menambah pengetahuan.
ReplyDeletelihat artikel serupa dengan mengunjungi :
Rumah Pena | Graha Pena Gunadarma
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji