Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Foto : Ist |
Dibandingkan orang-orang yang menjadi pelanggan biro jodoh,
Novriadi sungguh beruntung hidupnya. Dia relatif cepat menemukan jodoh yang
sesuai dengan kepribadiannya dan juga harapan dari keluarga besarnya. Istrinya
adalah seorang dosen pada sebuah perguruan tinggi negeri yang cukup bergengsi
di Yogyakarta. Menurut informasinya, istrinya
telah mendapat kesempatan untuk menimba ilmu sampai tingkat doktor ke Inggris,
dengan bea siswa Kementerian Agama Indonesia. Keberuntungannya terus
berlanjut yaitu istrinya mendapat kesempatan untuk membawa Novriadi dan putra
semata wayangnya. Putranya pasti akan menikmati fasilitas pendidikan yang maju
di Inggris, dan tentu saja dia akan sangat cepat belajar bahasa Inggris.
Keberuntungan seseorang memang tidak bisa diirikan, namun Novriadi sangat ingin
membagi informasi tentang kiat-kiat memilih jodoh. Tujuannya jelas yaitu agar
semakin banyak orang yang mendapat keberuntungan seperti Novriadi.
Apa saja kiat-kiat memilih jodoh ala Novriadi? Syarat utama
cara memilih pasangan yaitu pilihlah orang yang mampu memahami karakter dan
kebiasaan kita. Nampaknya syarat ini agak asimetris, karena menuntut pasangan
untuk memahami kita. Bagaimana dengan kewajiban kita untuk memahami karakter
dan kebiasaan calon kita? Syarat ini ternyata erat hubungannya dengan
penjelasannya bahwa hendaknya dalam suatu perkawinan, suami adalah pihak
pembuat keputusan. Istri memberi masukan-masukan, agar keputusan yang diambil
kepala keluarga menjadi lebih tepat sasaran. Kiat pertama ini masuk akal,
karena keluarga sebagai cerminan sebuah organisasi memang harus ada
pemimpinnya. Sesuai dengan budaya patriakat pada berbagai belahan dunia, memang
pada umumnya suami menjadi pihak yang memimpin keluarga dan pihak pengambil
keputusan. Hal ini juga tercermin pada sensus penduduk Indonesia 2000 yang mana
jumlah laki-laki yang tercatat sebagai kepala rumah tangga adalah jauh lebih
tinggi daripada perempuan yang melaporkan dirinya sebagai kepala rumah tangga.
Syarat kedua memilih pasangan yaitu dia harus memiliki
pendidikan tinggi, paling tidak sepadan dengan kita. Syarat kedua ini juga
masuk akal, karena orang yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai
pengetahuan umum yang luas, mampu berdiskusi tentang berbagai topik dengan
asyik, mampu memberi pertimbangan yang visioner, dan mampu memberikan
pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Cobalah bayangkan apabila taraf
pendidikan kita terlalu senjang dengan taraf pendidikan pasangan kita. Apa
jadinya situasi dalam keluarga? Dari pandangan psikologi sosial, syarat
pencapaian pendidikan yang sepadan (unsur kesamaan) antara suami istri merupakan
persyaratan utama (Fisher, 1982, Sears, Freedman & Peplau, 1988). Unsur
kesamaan inilah yang akan ‘menjaga’ relasi sosial tetap harmonis. Hal ini
karena tidak akan ada pihak yang merasa dimanfaatkan. Selain pendidikan, unsur
kesamaan ini juga meliputi status sosial ekonomi, keyakinan, etnis, bahkan
paham politik.
Kiat-kiat mencari jodoh dari Novriadi ini memang nampaknya
mudah, namun ternyata cukup sulit untuk dilakukan terutama oleh orang yang
sulit bergaul. Oleh karena itu saran tambahan untuk mencari jodoh yang tepat
yaitu harus bergaul seluas-luasnya, agar kita mendapat kesempatan untuk
menseleksi calon pasangan yang sesuai dengan harapan kita.
3 Comments
Saya kok masih bingung cari jodoh ya. Sungguh beruntung Novriadi. Apa ya saran Bu Shinta pada saya yang merana ini?
ReplyDeleteMas atau mbak yang merana karena susah cari jodoh, jangan putus asa. Resepnya untuk cari jodoh yaitu bergaul, bergaul, bergaul, dan bergaul. Jangan mudah putus asa dong. Salam sukses, A. Shinta
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji