IMPLEMENTASI MOU
UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA
Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Permainan tradisional pada
anak-anak biasa dilakukan oleh anak-anak sebelum ditemukan internet. Internet
telah menyebabkan anak asyik dengan gadget, dan asyik dengan dirinya sendiri.
Oleh karena terus berinteraksi dengan dunia maya, maka ketrampilan sosial anak
menjadi kurang terlatih. Padahal sebenarnya permainan tradisional sangat banyak
manfaatnya, antara lain: melatih berkomunikasi dengan jelas, melatih
kepemimpinan, melatih psikomotorik (keselarasan kaki dan tangan), melatih
bernyanyi, dan melatih kemampuan berstrategi mengalahkan musuh. Contoh
permainan tradisional antara lain engklek, gobak sodor, benthik, petak umpet,
ular naga panjang, dan sebagainya. Jumlah permainan tradisional pada anak-anak
ini banyak ragamnya, sesuai dengan jumlah etnis di Indonesia. Betapa kayanya
Indonesia.
Persoalan yang berhubungan
dengan permainan tradisional adalah tidak ada yang peduli dengan
pelestariannya. Semua anak kini hanya pandai bermain game di internet. Bahkan orangtua justru sering memberikan gadget
yang banyak menyimpan games, karena
orangtua tidak mempunyai banyak waktu untuk menemani anaknya. Hal ini ibaratnya
tugas mendidik anak diserahkan kepada robot alih-alih orangtua. Situasi ini
justru menimbulkan dilema, haruskah permainan tradisonal dimunculkan kembali?
Apa tujuannya? Memaksa anak untuk mengenal permainan tradisonal dan
meninggalkan permainan game?
Sesungguhnya, tidak ada yang
salah bila anak lebih menyukai bermain dengan gadget daripada permainan tradisional.
Hal ini karena sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu, permainan dengan
gadget bahkan kini sudah bisa menjadi profesi yang menjanjikan. Bahkan sudah
ada kompetisinya game pada level
internasional. Selanjutnya sudah ada pula e-sport atau olah raga yang
menggunakan fasilitas dunia maya. Indonesia pun menjadi tuan rumah bagi
kompetisi e-sport tingkat Asia, yaitu melalui Asian Games. Jadi dalam hal ini
generasi muda Indonesia tidak ketinggalan jaman.
Lalu bagaimana dengan
permainan tradisional anak? Semua itu bergantung pada orangtua dan guru. Apakah
mereka menyediakan waktu untuk mendampingi anak untuk memainkan permainan
tradisional? Bila orangtua bersedia, maka hal itu berarti mereka sudah
mendorong anak untuk melakukan out door
activity atau kegiatan di luar rumah. Mungkin hal itu bisa dilakukan di
waktu liburan.
Adapun punggawa siaran kali ini adalah
Bapak Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA., Bapak Drs. Indra Wahyudi, M.Si., dan
Bapak Yudha Andri Rianto, S.Psi. Bapak Wahyu Bapak Indra adalah dosen Psikologi
UP45. Bapak Yudha Andri kini adalah Kepala Sekolah Cita Loka Yogyakarta,
sekolah yang selalu menjadi rujukan para orangtua yang peduli dengan pendidikan
pada anak yang humanis. Anak-anak di sekolah Cita Loka selalu diajarkan
permainan tradisional untuk merawat ketrampilan bersosialisasi dengan orang
lain. Pendidikan anak yang humanis merupakan salah satu syarat tercapainya predikat
Kota Layak Anak. Bapak Yudha Andri ini juga salah satu alumni berprestasi dari
Fakultas Psiologi UP45.
Tulisan ini adalah laporan
dari pelaksanaan kerjasama antara UP45 dengan Radio
Sonora Yogyakarta. Siaran dengan Radio Sonora ini berlangsung pada 21 Januari
2020, pukul 11.00-12.00. Pada siaran kali ini, pertanyaan yang datang dari para
pendengar jumlahnya sangat banyak, mengingat nara sumbernya piawai dalam
mengantarkan pesan-pesannya.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji