IMPLEMENTASI MOU
UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA
Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Menjadi insipirasi pada
orang lain adalah menjadi sumber pencerahan sehingga orang lain bisa berbuat
baik pada sesama. Proses untuk menjadi inspiratif ini tentu saja membutuhkan
waktu yang tidak sebentar. Orang harus bergulat dengan berbagai persoalan
lingkungan sosialnya. Persoalan lingkungan sosialnya itu misalnya banyaknya
perkawinan pada usia dini, banyaknya pengangguran di kalangan anak-anak muda,
banyaknya perkelahian / tawuran antar sekolah, banyaknya perundungan di
sekolah, dan sebagainya. Siapa yang bertanggung jawab untuk membereskan
berbagai persoalan pelik tersebut? Orang-orang akan saling tuding untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, dan tudingan paling gampang terutama
diarahkan kepada Pemerintah. Bijakkah hal itu?
Pemerintah memang mempunyai
kewajiban untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial tersebut. Apalagi bila
persoalan sosial tersebut dialami oleh mayoritas masyarakat. Persoalannya
adalah penanganan dari Pemerintah kadang kala lambat dan lama. Hal itu bisa
dipahami karena penanganan masalah sosial membutuhkan dana yang sangat banyak
dan melibatkan berbagai sektor. Persoalan bertambah rumit, karena dua pertiga
bagian Indonesia adalah air. Hal ini berarti persoalan sosial yang terjadi di
daerah pelosok yang jauh dari pusat kota dan minim infrastruktur, akan
terlantar dan akhirnya dilupakan begitu saja oleh Pemerintah.
Melihat begitu banyaknya
persoalan sosial yang terlantar begitu saja, apa yang bisa dilakukan oleh
generasi muda? Mengapa generasi muda? Generasi muda bisa melakukan banyak hal
untuk menolong lingkungan sosialnya. Hal ini penting untuk dikemukakan karena generasi
muda adalah calon pemimpin masyarakat pada masa depan. Bila generasi muda tidak
disiapkan mulai sekarang untuk berperilaku peduli, maka persoalan di lingkungan
sosial akan semakin gawat.
Bagaimana cara ‘mendidik’
generasi muda untuk peduli pada lingkungan sosialnya? Pendidikan untuk peduli
pada lingkungan sosialnya bisa dimulai dari rumah. Hal itu bisa dilakukan
dengan cara orangtua memberi contoh / suri tauladan perilaku altruis kepada
anak-anaknya. Perilaku altruis itu adalah tindakan yang menguntungkan orang
lain tanpa ada balasan yang memadai pada pihak pemberi pertolongan. Pemberian
pertolongan ini tidak perlu berupa tindakan yang hebat yaitu melibatkan dana
yang sangat banyak atau pengorbanan yang sangat tinggi. Tindakan altruis
sederhana misalnya memungut sampah yang ada di kelas dan sampah itu kemudian
dimasukkan ke dalam tong sampah yang sesuai dengan jenisnya. Bila perilaku itu
dilakukan setiap hari dan semakin lama semakin luas cakupannya, maka lingkungan
akan menjadi lebih bersih. Bila lingkungan menjadi lebih bersih, apakah
persoalan sosial juga akan selesai?
Ketika lingkungan tempat
tinggalnya seseorang menjadi lebih bersih maka tetangga sekitar akan melihat
bahwa orang tersebut hidup lebih sehat dan sejahtera. Kondisi seperti ini akan memotivasi
para tetangga untuk meniru hidup bersih. Apalagi bila ternyata orang yang hidup
bersih tersebut juga senang mengulurkan tangan terhadap lingkungan sosialnya,
sehingga perilaku hidup bersih di daerah tersebut menjadi lestari. Angka
kesakitan di daerah tersebut menjadi rendah. Jadi lingkungan bersih maka
berbagai persoalan sosial menjadi terselesaikan, adalkan diupayaka terus
menerus serta dilakukan bersama-sama dengan warga.
Jadi generasi muda bisa
berperilaku inspiratif untuk lingkungan sosialnya sekarang juga. Mulailah dari
hal-hal kecil dan sederhana, namun dilakukan secara konsisten dan
berkelanjutan. Bisa juga generasi muda melakukan suatu hobi, tentu saja yang
bernilai positif. Hobi tersebut dilakukan dengan melibatkan para tetangga / teman-teman,
sehingga menjadi sebuah gerakan. Hal ini berarti tindakan inspiratif yang
semula kecil ternyata bisa menjadi gerakan untuk mengubah situasi yang buruk
menjadi nyaman.
Tulisan ini adalah laporan
dari pelaksanaan kerjasama antara UP45 dengan Radio
Sonora Yogyakarta. Siaran dengan Radio Sonora ini berlangsung pada 10 Maret
2020, pukul 11.00-12.00. Adapun punggawa siaran kali ini adalah Bapak Andri
(dosen Prodi Teknik Lingkungan UP45), Ibu Tina (Kaprodi Teknologi Informasi
UP45) Ibu Arundati Shinta. Bapak Andri
berpartisipasi dalam siaran ini karena beliau akrab dengan dunia sampah dan
berusaha mengatasi sampah dengan sangat tekun. Ibu Tina terlibat dalam acara
ini karena beliau aktif menggerakkan mahasiswanya dalam berbagai aktivitas yang
inspiratif.
Pada siaran kali ini, pertanyaan yang
datang dari para pendengar jumlahnya sangat banyak (8 pertanyaan), mengingat
nara sumbernya piawai dalam mengantarkan pesan-pesannya. Pertanyaan yang
dijawab adalah dari:
Ø Ibu Dewi di Baciro Yogyakarta, yang menyanyakan tentang
kebiasaan anakanak muda sekarang yang justru selalu nongkrong di cafe. Mereka
tidak tersentuh dengan kegiatan yang inspiratif.
Ø Bapak Reha di Sleman, yang menanyakan tentang cara
mendidik anak agar bisa berperilaku inspiratif.
Ø Bapak Dion dari Gejayan Yogyakarta, yang menanyakan
tentang kategori social entrepreneurship yang sesuai untuk anak-anak muda.
Ø Ibu Dian di Terban, yang menanyakan tentang cara agar
anak-anak muda kreatif mengingat mereka lebih senang dengan hal-hal yang
sifatnya praktis.
Ø Ibu Febri di Jl. Kaliurang, yang menanyakan bahwa anak
muda jaman sekarang lebih individualis, sehingga kegiatan kreatif yang
dilakukan lebih ditujukan kepada dirinya daripada untuk lingkungan sosialnya.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji