Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MENGENALI BAHAYA MAINAN PADA ANAK-ANAK




 
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Foto : Elisa
Kriteria ketepatan orangtua memilih mainan untuk anaknya tidak hanya berdasarkan harganya semata tetapi juga potensi bahaya yang mungkin muncul. Mainan memang bagus untuk perkembangan anak karena mainan mempunyai berbagai fungsi yaitu sarana untuk: 1) belajar menyelesaikan masalah, 2) belajar berbicara dan berbagi ide dengan teman, 3) pengembangan diri, ekspresi, imajinasi, dan kreativitas, 4) sarana mempelajari diri sendiri, teman, dan dunia, 5) sarana mengekspresikan energi & perasaan dengan cara-cara yang sehat. Bermain berkorelasi positif dengan perkembangan motorik, bahasa, belajar, kognitif, sosial, kreativitas, imajinasi (Myoungsoon, 2002). Pentingnya mainan bagi anak-anak juga tercantum dalam deklarasi PBB tentang hak-hak anak bahwa waktu bermain bagi anak sama pentingnya dengan gizi, rumah, kesehatan, dan pendidikan (Myoungsoon, 2002).

Tidak semua mainan bernilai positif. Kecelakaan karena mainan meningkat 36% pada periode 1996-2000 (Myoungsoon, 2002). Bahaya mainan itu terjadi karena karakteristik mainan tidak sesuai dengan kondisi anak. Bahaya mainan ada 3 yaitu fisik, psikhis, dan sosial. Mainan yang membahayakan fisik anak terjadi karena bentuk mainan tidak sesuai dengan umur anak, warna dan bahan mainan berasal dari zat yang beracun. Bentuk yang berbahaya misalnya mainan yang runcing ujungnya dan ukurannya kecil tidak tepat untuk anak usia di bawah 3 tahun. Hal ini karena cara anak usia di bawah 3 tahun dalam mengeksplorasi lingkungan dilakukan melalui mulut. Jadi kelereng kecil mungkin saja ditelan, dimasukkan di lubang hidung atau telinga. Bahan dan warna mainan dapat mengandung zat kimia yang beracun. Anak terkontaminasi mainan beracun karena anak usia di bawah 3 tahun masih senang menghisap jari. Contoh lain yaitu pistol-pistolan yang pelurunya tajam, ternyata membuat mata anak yang terkena tembakannya menjadi buta.
Mainan yang membahayakan psikhis anak terjadi karena sikap orangtua yang stereotip gender. Artinya anak-anak dibelikan mainan yang sesuai dengan peran gendernya saja. Pembatasan mainan berdasarkan sifat peran gender akan membatasi perkembangan potensinya anak (Sadker & Zittleman, 2005). Hal ini semacam peramalan diri yang kemudian menjadi kenyataan sehingga anak perempuan enggan belajar matematika (Jones et al., 2000) dan laki-laki enggan untuk membaca, perempuan memilih karir feminin (misalnya guru), sedangkan laki-laki akan memilih karir maskulin (misalnya sopir truk) (Servin et al., 2003).
Dampak selanjutnya dari stereotip gender yaitu laki-laki lebih dipercaya untuk menjadi pemimpin daripada perempuan, sehingga posisi dan penghasilan laki-laki lebih baik daripada perempuan. Mainan yang membahayakan perkembangan sosial anak yaitu game komputer yang cenderung membuat anak asyik dengan mainannya. Sifat game komputer memang tidak membutuhkan interaksi dengan teman lain, sehingga membuat anak cenderung kurang gerak dan kurang terlatih berinteraksi sosial.
DAFTAR PUSTAKA


Jones, K., Evans, C., Byrd, R. & Campbell, K. (2000). Gender equity training and teacher behavior. Journal of Instructional Psychology, September. Retrieved on Feb. 16, 2007 from http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0FCG/is_3_27/ai_66355136
Myoungsoon, K. (2002). Parent’s perceptional behaviors regarding toys for young children’s play in Korea. Education. Summer. Retrieved on July 15, 2006.
Sadker, D. & Zittleman, K. (2005). Gender bias lives, for both sexes. The Education Digest, Ann Arbor, April, 70 (8), 27.
Servin, A., Nordenström, A., Larsson, A. & Bohlin, G. (2003). Prenatal androgens and gender-typed behavior: A study of girls with mild and severe forms of congenital adrenal hyperplasia. Developmental Psychology, 39 (3), 440-450.



  • Tulisan ini petama kali dipublikasikan di Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta pada 9 September 2012.
  • Semua komentar tulisan ini dialamatkan ke arundatishinta@yahoo.com



Post a Comment

1 Comments

  1. Intinya setiap kali anak bermain dengan mainan yang kita belikan, harus tetap kita jaga anak kita agar mainan tersebut tidak membahayakan dirinya. Semua itu kembali lagi ke para pengawasan orang tua. Apakah mereka lalai atau tidak. Mainan untuk anak tidak akan berbahaya jika mendapatkan pengawasan yang ketat dari orang tuanya.

    ReplyDelete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji