Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamsi 45
Yogyakarta
Peserta IAYP-Indonesia membentuk formasi IAYP (Foto : Elisa) |
Akhir-akhir ini kita
semua tentu diresahkan oleh berita-berita yang menyesakkan dada seperti tawuran
remaja dan mahasiswa, penipuan, pencurian, pembunuhan, dan sebagainya. Mau jadi
apa generasi muda kita? Generasi muda sudah mengawali nasibnya dengan perilaku
buruk. Apakah generasi muda yang tidak tersangkut dengan berita-berita negatif
itu akan terjamin masa depannya? Belum tentu juga. Hal ini karena para orangtua
di Indonesia
belum memperhatikan persiapan pembentukan aspirasi karir untuk anak-anaknya
semenjak usia dini. Persiapan yang lazim dilakukan oleh orangtua Indonesia
adalah memacu prestasi akademiknya dengan mengikutkan anak-anaknya dalam suatu
kursus. Kursus yang lazim diikuti yaitu bahasa Inggris, musik, dan mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kursus-kursus itu berlangsung sepulang
sekolah bahkan sampai malam hari. Anak menjadi tidak sempat mengembangkan potensi
diri, dan karakternya.
Ketika generasi muda
ini sudah lulus sekolahnya, kemudian mencari pekerjaan atau melanjutkan studi
lanjut, maka pada umumnya mereka merasa kesulitan. Banyak perusahaan
menginginkan sarjana yang karakternya baik, namun para pencari kerja kesulitan
untuk membuktikannya. Organisasi pemberi beasiswa terutama di luar negri
menginginkan calon mahasiswa yang tangguh dan disiplin karakternya, namun calon
mahasiswa itu kesulitan untuk membuktikannya. Bekal mereka hanya secarik
sertifikat bahasa Inggris saja. Sertifikat bahasa Inggris itu juga belum
menjamin pemiliknya mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni.
Kesulitan-kesulitan
para generasi muda Indonesia dalam membuktikan ketangguhan karakternya terjadi
karena mereka pada umumnya belum mempunyai kebiasaan-kebiasaan untuk menjadi
SDM unggul. Mereka tidak terbiasa mengisi waktu untuk kegiatan yang produktif
secara teratur dan terukur. Mereka juga mempunyai pengaturan diri (regulasi
diri) yang rendah. Artinya orang-orang muda itu masih harus diingatkan
terus-menerus untuk melakukan sesuatu yang baik. Seolah-olah orang muda itu
tidak mempunyai kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang baik demi
persiapan masa depannya. Agar orang-orang muda itu tergerak untuk merancang
masa depannya, maka mereka harus mengubah karakternya menjadi karakter unggul.
Bagaimana cara mengubah karakter?
Secara psikologis,
perubahan karakter membutuhkan waktu yang lama, minimal 6 bulan (untuk tingkat
perunggu). Dalam jangka waktu 6 bulan tersebut, individu didorong untuk
membentuk kebiasaan-kebiasaan baik sehingga karakternya menjadi kuat. Proses
pembentukan karakter itu tentu saja harus diiringi dengan proses monitoring dan
umpan balik dari orangtua / wali. Agar proses monitoring lancar, maka para
orangtua / wali harus mampu menjadi suri tauladan perilaku bagi anak-anaknya.
Perubahan dan
penguatan karakter secara praktis dapat dilakukan berdsarkan sistem pendidikan
di Inggris. Mengapa kita harus bercermin pada sistem pendidikan di Inggris?
Sistem pendidikan di Inggris secara konsisten telah menerapkan program IAYP
(International Award for Young People), dengan tokohnya HRH The Duke of
Edinburg (Pangeran Philip, suami dari Ratu Elizabeth II), dan Dr. Kurt Hahn.
Program ini berdiri pada tahun 1956 dan kini telah tersebar paling sedikit di
162 negara. Program IAYP ini hanya untuk anak-anak muda usia 14-25 tahun saja. Orang-orang
muda di seluruh dunia yang pernah mengikuti program IAYP, mempunyai karakter
kuat. Begitu kuatnya karakter itu merasuk para generasi muda, sehingga hal itu
bahkan tercermin pada raut mukanya. Mereka menjadi SDM yang jauh lebih unggul
daripada orang-orang muda yang tidak mengikuti program IAYP. Berikut adalah
penjelasan secara lebih rinci tentang program IAYP (McMenamin, 2011; Shinta,
2013).
Apa saja yang harus
dilakukan orang-orang muda untuk menjadi SDM unggul berdasarkan program IAYP?
Pada dasarnya, orang-orang muda itu harus melakukan 3 kegiatan rutin dan 1
kegiatan petualangan. Tiga kegiatan rutin itu ialah olah raga / rekreasi,
ketrampilan, dan pelayanan masyarakat. Tiga kegiatan itu harus dilakukan paling
tidak 60 menit / minggu selama 3 bulan atau 12 kali kegiatan (untuk tingkat
perunggu). Setelah kegiatan itu selesai dilakukan, selanjutnya setiap peserta
diwajibkan memilih salah satu dari 3 kegiatan itu untuk dilanjutkan lagi selama
3 bulan. Kegiatan tambahan itu disebut spesialisasi. Jadi mungkin saja seorang
peserta memiliki spesialisasi olah raga, atau ketrampilan, atau pelayanan
masyarakat. Setelah 6 bulan melakukan kegiatan, maka anak muda itu harus
melakukan kegiatan petualangan. Tujuan kegiatan petualangan adalah mendorong
anak-anak muda untuk berani dan bersedia menjelajah lingkungan di sekelilingnya
yang mungkin belum pernah dikenalinya.
Apakah IAYP ini ada
tingkatannya? Program yang unik ini didisain untuk mengalahkan diri sendiri,
sehingga ada 3 tingkatan ‘kemenangannya’ yaitu perunggu, perak, dan emas. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
- Untuk program perunggu = peserta diminta melakukan 3 kegiatan IAYP selama 3 bulan, ditambah 1 kegiatan spesialisasi selama 3 bulan, dan 1 kegiatan petualangan selama 2 hari 1 malam.
- Untuk program perak, peserta diminta melakukan 3 kegiatan IAYP selama 6 bulan, ditambah 1 kegiatan spesialisasi selama 6 bulan, dan 1 kegiatan petualangan / ekspedisi selama 3 hari 2 malam. Persyaratan ini ditetapkan bila peserta memulai program langsung menuju tingkat perak. Apabila peserta memulai program mulai dari tingkat perunggu, maka ia tinggal mengulangi tingkat perunggu sekali lagi ditambah dengan petualangan selama 3 hari 2 malam.
- Untuk program emas, peserta diminta melakukan 3 kegiatan IAYP selama 12 bulan, ditambah 1 kegiatan spesialisasi selama 12 bulan, dan 1 kegiatan ekspedisi selama 4 hari 3 malam. Apabila peserta memulai program mulai dari tingkat perak, maka ia tinggal mengulang tingkat perak satu kali lagi ditambah dengan ekspedisi selama minimal 4 hari 3 malam. Syarat tambahan khusus untuk tingkat emas ini adalah melakukan semacam Proyek Daerah selama 5 hari 4 malam.
Apa saja contoh
kegiatan untuk mengikuti program IAYP? Contoh kegiatan olah raga antara lain
taekwondo, basket, sepak bola, berenang, dan semua cabang olah raga, kecuali
catur dan bridge. Peserta diminta untuk memilih kegiatan olah raga sesuai
dengan hobinya, sehingga ia akan melakukannya dengan senang hati (tanpa beban).
Syarat penyelesaian kegiatan yaitu kegiatan itu harus dimonitor oleh instruktur
atau orang dewasa yang mempunyai kredibilitas tinggi (berwenang) dalam bidang
olah raga itu, sehingga ia mampu mengukur tingkat kemajuan peserta dari minggu
pertama sampai dengan minggu ke-12. Instruktur itu biasanya mempunyai latar
belakang pendidikan sarjana olah raga. Kegiatan ini tidak dimaksudkan agar
peserta menjadi juara dalam olah raga, meskipun menjadi juara dalam olah raga
tentu saja sangat menunjang program ini. Setiap kali selesai melakukan
kegiatan, maka peserta wajib meminta tanda tangan instruktur.
Pengalaman melaksanakan
program IAYP di Universitas Proklamasi untuk tingkat perunggu, kegiatan olah
raganya berupa skiping (lompat tali), lari, berenang, angkat beban, dan
taekwondo. Skiping menjadi kegiatan olah raga yang paling mudah dilakukan
karena sangat kentara kemajuannya. Misalnya pada minggu pertama jumlah lompatan
tali adalah 1000 kali, minggu kedua menjadi 1100 kali, dan pada minggu ke-12
jumlah lompatan tali menjadi 2100 kali.
Kegiatan kedua dalam
program IAYP yaitu bidang ketrampilan. Pengalaman melaksanakan kegiatan
ketrampilan di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta untuk tingkat perunggu adalah
mengikuti kursus bahasa Inggris, kursus bahasa Mandarin, kursus taekwondo
(penekanan pada pengenalan teknik / jurus-jurus bela diri), kursus menulis
dalam bahasa Indonesia, dan kursus menulis dalam bahasa Inggris. Seperti halnya
kegiatan olah raga, kegiatan ketrampilan juga harus dimonitor orang yang
kredibel dalam bidangnya. Contoh untuk kursus taekwondo, instrukturnya adalah
pelatih sekaligus wasit tingkat nasional. Untuk kursus menulis di Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta, instrukturnya adalah
orang yang sudah terbiasa menulis di media massa dan sudah memenangkan berbagai lomba
menulis. Untuk kegiatan menulis, peserta harus memasukkan minimal 1 tulisan di
Kup45iana setiap minggunya. Kup45iana adalah blog yang dikelola oleh mahasiswa
Universitas Proklamsi 45 Yogyakarta. Setiap kali selesai melakukan kegiatan,
maka peserta wajib meminta tanda tangan instruktur.
Kegiatan ketiga dalam
program IAYP yaitu bidang pelayanan masyarakat. Contoh kegiatan yang sudah
dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta untuk
tingkat perunggu antara lain mengajar bahasa Inggris dan bahasa Arab di
kelompok pengajian agama Islam, menyapu masjid, membantu teman dalam kegiatan
menulis dan bahasa Inggris, membantu kelancaran penerbitan jurnal, dan membantu
memasarkan produk pada pedagang-pedagang kecil di sepanjang jalan Malioboro. Inti
dari kegiatan pelayanan masyarakat adalah membantu sesama tanpa menarik bayaran
sama sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kepekaan sosial. Setiap kali
selesai melakukan kegiatan, maka peserta wajib meminta tanda tangan instruktur.
Kegiatan keempat
dalam program IAYP yaitu bidang petualangan. Contoh kegiatan yang sudah
dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta untuk
tingkat perunggu antara lain out bond
yang diselenggarakan oleh Kopertis Wilayah V selama 3 hari 2 malam di
Kaliurang. Instrukturnya adalah pejabat bidang kemahasiswaan di Kopertis
Wilayah V. Peserta lainnya memilih kegiatan petualangan dengan cara mengikuti
pertandingan taekwondo tingkat nasional di Jakarta selama 3 hari 2 malam. Hasil
pertandingan yaitu ia menjadi juara ke-3 tingkat nasional. Peserta lainnya
mengadakan perjalanan berkelompok ke Kaliurang dan Gunung Kidul. Pada tingkat
SMA, contoh kegiatan petualangan yaitu persami (perkemahan Sabtu Minggu). Hasil
dari perjalananan itu didokumentasikan dan dipublikasikan di blog Kup45iana.
Program IAYP ini
sesungguhnya berat, karena menuntut kedisiplinan, kejujuran, ketabahan, dan
keberanian peserta. Meskipun berat, namun kegiatan ini dapat dilakukan (achievable). Dalam program ini, peserta
dididik untuk membuktikan komitmen terhadap jadwal yang ditentukannya sendiri.
Apabila komitmennya tidak dapat dilaksanakan karena alasan-alasan yang tidak
masuk akal (misalnya malas), maka peserta harus mengulangi lagi kegiatan ini mulai
dari awal (minggu pertama). Oleh karena itu, bila peserta berhalangan dalam
mengikuti kegiatan secara runtut (disebut cuti), maka ia harus memberikan bukti
yang sah (misalnya surat
dokter bila peserta sakit).
Apa saja hasil yang
diharapkan dari peserta setelah selesai mengikuti program IAYP? Pada akhir
program, diharapkan peserta mempunyai karakter SDM yang tangguh antara lain:
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, jujur, tabah, disiplin, tekun, mampu
memandang diri sendiri dengan lebih realistis, menyadari potensinya,
ketrampilannya meningkat, bersedia mencoba hal-hal baru, mampu bekerja dalam
kelompok, mampu merancang kehidupannya pada masa depan, mempunyai hubungan yang
luas dengan lingkugan sosialnya, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar
terhadap lingkungan sosial, dan regulasi dirinya menjadi lebih kuat.
Sebagai penutup
tulisan ini, sekali lagi perlu ditekankan bahwa kita memang tetap bisa hidup
tanpa rencana. Sungguh sayang apabila hidup yang hanya sekali ini diisi dengan
kegiatan yang tidak terencana dan terarah. Hidup menjadi tidak bermakna. Adanya
perencanaan kegiatan yang akan dilakukan maka masa depan yang lebih cerah
sangat mungkin akan menghampiri kita.
Daftar pustaka:
McMenamin,
A. (2011). Buku pedoman The
International Award for Young People. The Duke of Edinburg’s Award
International Association.