MAHASISWA PSIKOLOGI MENDAPATKAN NILAI TOEFL LIKE TERTINGGI
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Bahasa Inggris
adalah kemampuan soft skill yang
wajib dimiliki oleh semua orang, pada era kompetisi yang ketat seperti sekarang
ini. Hal ini karena hampir semua percakapan di dunia hampir selalu menggunakan
bahasa Inggris. Bahasa Inggris telah menajdi bahasa internasional. Bahkan tuntutan
sekarang tidak hanya bahasa Inggris, tetapi juga bahasa asing lainnya, seperti
Perancis, Jerman, Arab, Rusia, dan Cina. Bahasa-bahasa asing itu lazim
digunakan di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Persoalan yang
relevan dengan bahasa asing khususnya bahasa Inggris adalah mahasiswa sering
merasa phobia terhadap bahasa asing tersebut. Bila ada yang menggunakan bahasa
Inggris dalam percakapan sehari-hari, hampir pasti akan muncul sindiran, ejekan
dan kritikan yang menyakitkan hati. Seolah-olah menguasai bahasa Inggris
merupakan penyakit yang harus dihindari.
Persoalan phobia
juga diperparah oleh kenyataan bahwa literatur dalam psikologi pada umumnya
menggunakan bahasa Inggris. Para dosen juga memberi tugas untuk membaca,
meringkas, dan mengulas berbagai temuan pada jurnal-jurnal berbahasa Inggris. Hal
yang menarik adalah bila dosen sering memberikan tugas membaca literatur
berbahasa Inggris, namun dirinya sendiri juga phobia bahasa Inggris. Dampaknya adalah
terjadi kultur akademik yang menggelikan. Dosen tidak mampu memberi suri
tauladan.
Salah satu cara
untuk mengatasi phobia bahasa Inggris adalah dengan menerima kenyataan (mengakui)
bahwa dirinya kurang mampu berbahasa Inggris. Kongkritnya adalah individu
bersedia mengikuti kursus bahasa Inggris dan mengikuti ujian TOEFL (Test Of English as a Foreign Language). Pada
masa lampau, kursus bahasa Inggris yang gratis dan metodenya menyenangkan,
pernah dilakukan di UP45. Sayangnya,
kegiatan positif itu tidak bertahan lama karena pengelolanya kehabisan energi.
Beruntunglah, kini ujian
TOEFL telah diselenggarakan di UP45. Penyelenggaranya adalah CDC (Career Development Centre), yang
merupakan suatu devisi dengan pemimpinnya Mohamad Rais, S.P., M.Sc. Devisi CDC
tersebut di bawah koordinasi Wakil Rektor III yaitu Ali Sukrajab, SE., MBA. Keistimewaan
ujian TOEFL ini adalah waktu penyelenggaraannya ramah terhadap waktu mahasiswa karyawan
yaitu setiap hari Jumat, pukul 18.30-20.00. Kegiatan ini adalah untuk keperluan
internal saja yaitu ditujukan pada mahasiswa, karyawan dan dosen UP45. Oleh karena itu ujian TOEFL-nya
disebut TOEFL like.
Siapa koordinator
penyelenggara kegiatan ujian TOEFL ini? Koordinator penyelenggaranya adalah FX.
Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA., dosen Fakultas Psikologi UP45. Wahyu Widiantoro adalah sosok yang sangat dekat
dengan kehidupan mahasiswa, dan ia menyaksikan betapa kemampuan bahasa Inggris
mahasiswa memprihatinkan. Berbekal kepedulian pada mahasiswa serta keinginan
untuk mengangkat nama mahasiswanya, maka ia memberanikan diri untuk mengelola
ujian TOEFL like bagi seluruh mahasiswa UP45. Ia tidak hanya memperhatikan
mahasiswa Fakultas Psikologi saja,
namun semua mahasiswa UP45
didorongnya untuk maju.
Ujian TOEFL like yang pertama ini telah dilakukan di UP45 pada 15 April 2016 yang lalu. Pesertanya dibatasi hanya 20 orang, namun yang hadir hanya 16 orang. Uniknya, empat orang yang berhalangan hadir ternyata menuntut untuk mengikuti ujian TOEFL pada periode berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk maju telah merasuki mahasiswa UP45. Adapun hasil ujian TOEFL like yang pertama ini, Juni Wulan (mahasiswa Fakultas Psikologi) menempati peringkat pertama. Nilainya memang belum mencapai 500, namun ia menduduki peringkat tertinggi pada saat ujian berlangsung. Juni Wulan dalam kehidupan sehari-hari memang mahasiswa yang pintar. Semoga kegiatan positif ini berlangsung terus.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji