Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

IMPLEMENTASI KERJASAMA PSIKOLOGI UP45 & RRI – MINGGU KE-153



HARI OTONOMI DAERAH DAN KEHARUSAN BAGI
PEMIMPIN UNTUK INOVATIF

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Otonomi daerah adalah kebijakan yang memberi kekuasaan / kesempatan bagi daerah untuk membangun tanpa campur tangan pihak pusat (pemerintahan pusat di Jakarta). Pihak daerah mendapatkan kewenangan untuk membuat perencanaan, pengelolaan dana pembangunan, dan juga implementasi program. Secara mudah, otonomi daerah dalam skala organisasi adalah desentralisasi atau semacam delegasi. Devisi-devisi dalam organisasi mempunyai kewenangan untuk membuat program, mengelola dana, dan implementasi program. Jadi dalam hal ini pihak daerah dan kepala bagian devisi menjadi penguasa, sedangkan pihak pusat hanya menjadi pihak yang menerima laporan saja. Begitu pentingnya otonomi daerah ini, maka isu tersebut diperingati menjadi Hari Otonomi Daerah pada 25 Mei 2016. Kegiatan hari Otda itu dipusatkan di Kulon Progo Yogyakarta.


Apa persoalan yang relevan dengan otonomi daerah? Otonomi daerah sangat mementingkan pemimpin yang inovatif. Inovasi pemimpin daerah akan membawa daerah yang dipimpinnya menjadi lebih maju daripada daerah lain. Pemimpin yang tidak inovatif akan ditinggalkan oleh masyarakat. Masyarakat tidak bersedia mengapresiasi progam-program pemimpin yang kuno dan kolot. Bahkan mungkin saja pemimpin itu tidak akan terpilih kembali. Jadi persoalan yang relevan dengan otonomi daerah adalah sedikitnya pemimpin yang inovatif untuk memajukan daerahnya. Pemimpin lebih suka dengan langgam bekerja yang lazim saja, atau bussiness as usual.

Apakah menjadi inovatif itu sulit? Menjadi inovatif cenderung sulit, karena inovatif mensyaratkan adanya perubahan dan jalan pikirian yang out of the box atau tidak lazim. Inovasi sangat dibutuhkan tidak hanya untuk memajukan daerah, tetapi juga untuk menyelesaikan persoalan. Persoalan-persoalan itu membutuhkan terobosan tidak lazim. Oleh karena tidak lazim, maka perilaku inovatif sering dipersepsikan sebagai melanggar peraturan. Hal ini bisa dimaklumi karena orang yang inovatif itu cenderung berpikir mendahului (lebih maju) daripada orang-orang kebanyakan. Lebih banyak orang yang tidak mampu memahami cara berpikir inovatif daripada orang yang bisa menerimanya. Meskipun demikian, inovasi adalah suatu keniscayaan, tidak dapat terelakkan.

Apakah perubahan dan inovasi itu adalah hal yang menyakitkan? Perubahan dan inovasi lebih sering menyakitkan daripada menyenangkan. Contohnya adalah penggunaan sepatu baru, yang cenderung membuat kaki lecet (menyakitkan). Inovasi telah mengganggu rasa nyaman (comfort zone) orang-orang. Orang-orang harus belajar teknologi baru, mempelajari daerah baru, mengkonsumsi makanan-makanan baru, serta bergaul dengan orang-orang baru. Segala sesuatu yang baru tentu membutuhkan waktu ekstra untuk menguasainya, membutuhkan usaha dan pemikiran yang berbeda dengan masa lampau. Semua itu sangat tidak mudah didapatkan terutama oleh orang-orang yang sudah terlanjur mapan.

Bagaimana cara agar kita mampu berpikir kreatif dan inovatif? Cara yang paling sederhana untuk menjadi inovatif dan kreatif adalah membaca informasi sebanyak-banyaknya. Informasi baru tentu berisi dengan hal-hal yang baru. Informasi baru tersebut tentu akan menstimulus pikiran, dan akan membangkitkan rasa ingin tahu. Bila individu sudah dikuasai oleh rasa ingin tahu yang besar maka ia akan menjadi lebih siap untuk menyongsong inovasi di daerahnya.


Diskusi tentang otonomi daerah dan inovasi kepemimpinan ini telah dilakukan di RRI, pada 27 April 2016. Diskusi berlangsung pada acara Forum Dialog, yang dilakukan pada setiap Rabu pukul 20.15-21.00. Acara ini berlangsung live, sehingga pendengar siaran bisa memberi komentar, bahkan juga bisa berkonsultasi langsung. Acara dikusi ini dapat berlangsung karena adanya Nota Kesepemahan antara Fakultas Psikologi UP45 dengan RRI Kotabaru. Kerjasama ini dimulai pada Agustus 2012 dan selesai pada tahun 2017.


Pihak-pihak yang menjadi nara sumber siaran RRI kali ini adalah Ibu Norita dan Ibu Melda. Ibu Norita adalah bagian dari devisi pemasaran UP45, yang bertugas mencari mahasiswa sebanyak-banyaknya. Oleh karena tuntutan manajemen dan situasi yang kompetitif, maka ibu Norita juga harus inovatif. Sangat tidak mudah untuk inovatif, namun ibu Norita memaksa diri. Salah satu cara untuk inovatif demi mensukseskan tugas-tugasnya adalah dengan berpartisipasi aktif dalam program yang dikelola oleh Fakultas Psikologi UP45 ini. Ibu Melda, nara sumber kedua, adalah dosen Fakultas Teknik UP45. Mata pelajaran yang diampunya adalah matematika. Ibu Melda juga harus berinovasi menciptakan berbagai metode belajar yang menyenangkan. Sangat tidak gampang bagi ibu Melda, namun karena tuntutan situasi dan adanya kesadaran diri untuk berubah, maka pelajaran matematika menjadi terasa mudah bagi para mahasiswanya.



Apa yang istimewa acara di RRI kali ini? Acara menjadi lebih menarik karena adanya quiz. Pertanyaan quiz sederhana saja yaitu berapa jumlah mahasiswa UP45 yang diwisuda pada Sabtu 30 April 2016 di Hotel Santika Yogyakarta. Pemenang siaran quiz kali ini adalah Bapak Agus Sulistyo, yang beralamatkan di Rejowinangun, Kalongan, Maguwo, Depok, Sleman Yogyakarta. Begitu banyaknya manfaat siaran di RRI ini, semoga lebih banyak lagi para dosen, karyawan, dan mahasiswa UP45 yang terlibat aktif.

Post a Comment

0 Comments