HARI OTONOMI DAERAH DAN KEHARUSAN BAGI
PEMIMPIN UNTUK INOVATIF
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Otonomi daerah adalah
kebijakan yang memberi kekuasaan / kesempatan bagi daerah untuk membangun tanpa
campur tangan pihak pusat (pemerintahan pusat di Jakarta). Pihak daerah
mendapatkan kewenangan untuk membuat perencanaan, pengelolaan dana pembangunan,
dan juga implementasi program. Secara mudah, otonomi daerah dalam skala
organisasi adalah desentralisasi atau semacam delegasi. Devisi-devisi dalam
organisasi mempunyai kewenangan untuk membuat program, mengelola dana, dan
implementasi program. Jadi dalam hal ini pihak daerah dan kepala bagian devisi
menjadi penguasa, sedangkan pihak pusat hanya menjadi pihak yang menerima
laporan saja. Begitu pentingnya otonomi daerah ini, maka isu tersebut
diperingati menjadi Hari Otonomi Daerah pada 25 Mei 2016. Kegiatan hari Otda
itu dipusatkan di Kulon Progo Yogyakarta.
Apa
persoalan yang relevan dengan otonomi daerah? Otonomi daerah sangat
mementingkan pemimpin yang inovatif. Inovasi pemimpin daerah akan membawa
daerah yang dipimpinnya menjadi lebih maju daripada daerah lain. Pemimpin yang
tidak inovatif akan ditinggalkan oleh masyarakat. Masyarakat tidak bersedia
mengapresiasi progam-program pemimpin yang kuno dan kolot. Bahkan mungkin saja
pemimpin itu tidak akan terpilih kembali. Jadi persoalan yang relevan dengan
otonomi daerah adalah sedikitnya pemimpin yang inovatif untuk memajukan
daerahnya. Pemimpin lebih suka dengan langgam bekerja yang lazim saja, atau bussiness as usual.
Apakah menjadi
inovatif itu sulit? Menjadi inovatif cenderung sulit, karena inovatif
mensyaratkan adanya perubahan dan jalan pikirian yang out of the box atau tidak lazim. Inovasi sangat dibutuhkan tidak
hanya untuk memajukan daerah, tetapi juga untuk menyelesaikan persoalan.
Persoalan-persoalan itu membutuhkan terobosan tidak lazim. Oleh karena tidak
lazim, maka perilaku inovatif sering dipersepsikan sebagai melanggar peraturan.
Hal ini bisa dimaklumi karena orang yang inovatif itu cenderung berpikir
mendahului (lebih maju) daripada orang-orang kebanyakan. Lebih banyak orang
yang tidak mampu memahami cara berpikir inovatif daripada orang yang bisa menerimanya.
Meskipun demikian, inovasi adalah suatu keniscayaan, tidak dapat terelakkan.
Apakah perubahan dan
inovasi itu adalah hal yang menyakitkan? Perubahan dan inovasi lebih sering
menyakitkan daripada menyenangkan. Contohnya adalah penggunaan sepatu baru,
yang cenderung membuat kaki lecet (menyakitkan). Inovasi telah mengganggu rasa
nyaman (comfort zone) orang-orang.
Orang-orang harus belajar teknologi baru, mempelajari daerah baru, mengkonsumsi
makanan-makanan baru, serta bergaul dengan orang-orang baru. Segala sesuatu
yang baru tentu membutuhkan waktu ekstra untuk menguasainya, membutuhkan usaha
dan pemikiran yang berbeda dengan masa lampau. Semua itu sangat tidak mudah
didapatkan terutama oleh orang-orang yang sudah terlanjur mapan.
Bagaimana
cara agar kita mampu berpikir kreatif dan inovatif? Cara yang paling sederhana
untuk menjadi inovatif dan kreatif adalah membaca informasi sebanyak-banyaknya.
Informasi baru tentu berisi dengan hal-hal yang baru. Informasi baru tersebut
tentu akan menstimulus pikiran, dan akan membangkitkan rasa ingin tahu. Bila
individu sudah dikuasai oleh rasa ingin tahu yang besar maka ia akan menjadi
lebih siap untuk menyongsong inovasi di daerahnya.
Diskusi
tentang otonomi daerah dan inovasi kepemimpinan ini telah dilakukan di RRI,
pada 27 April 2016. Diskusi berlangsung pada acara Forum Dialog, yang dilakukan
pada setiap Rabu pukul 20.15-21.00. Acara ini berlangsung live, sehingga pendengar siaran bisa memberi komentar, bahkan juga
bisa berkonsultasi langsung. Acara dikusi ini dapat berlangsung karena adanya
Nota Kesepemahan antara Fakultas
Psikologi UP45 dengan RRI Kotabaru. Kerjasama ini dimulai pada Agustus 2012
dan selesai pada tahun 2017.
Pihak-pihak
yang menjadi nara sumber siaran RRI kali ini adalah Ibu Norita dan Ibu Melda.
Ibu Norita adalah bagian dari devisi pemasaran UP45, yang bertugas mencari mahasiswa sebanyak-banyaknya. Oleh
karena tuntutan manajemen dan situasi yang kompetitif, maka ibu Norita juga
harus inovatif. Sangat tidak mudah untuk inovatif, namun ibu Norita memaksa
diri. Salah satu cara untuk inovatif demi mensukseskan tugas-tugasnya adalah
dengan berpartisipasi aktif dalam program yang dikelola oleh Fakultas Psikologi UP45 ini. Ibu Melda, nara
sumber kedua, adalah dosen Fakultas Teknik UP45.
Mata pelajaran yang diampunya adalah matematika. Ibu Melda juga harus
berinovasi menciptakan berbagai metode belajar yang menyenangkan. Sangat tidak
gampang bagi ibu Melda, namun karena tuntutan situasi dan adanya kesadaran diri
untuk berubah, maka pelajaran matematika menjadi terasa mudah bagi para
mahasiswanya.
Apa yang istimewa acara di RRI kali ini? Acara menjadi lebih menarik karena adanya quiz. Pertanyaan quiz sederhana saja yaitu berapa jumlah mahasiswa UP45 yang diwisuda pada Sabtu 30 April 2016 di Hotel Santika Yogyakarta. Pemenang siaran quiz kali ini adalah Bapak Agus Sulistyo, yang beralamatkan di Rejowinangun, Kalongan, Maguwo, Depok, Sleman Yogyakarta. Begitu banyaknya manfaat siaran di RRI ini, semoga lebih banyak lagi para dosen, karyawan, dan mahasiswa UP45 yang terlibat aktif.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji