HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Ada banyak mahasiswa yang sangat penasaran mengenai perilaku tertentu pada masyarakat. Perilaku tertentu dalam tulisan ini berkenaan dengan sampah. Jadi pada umumnya judul penelitian para mahasiswa adalah: “Hubungan antara sikap dan perilaku peduli pada sampah”. Para mahasiswa ingin mengetahui mengapa masyarakat itu enggan memilah sampah, enggan membawa tas belanja dari rumah, enggan membawa tempat (lunch box) sendiri bila membeli makanan di restoran. Hal-hal yang berhubungan dengan perilaku mengurangi (reduce) saja masyarakat sulit menampilkannya, apalagi menampilkan perilaku menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle). Oleh karena perilaku yang sangat terkenal dalam bidang persampahan yakni 3R jarang diperlihatkan oleh masyarakat, maka para mahasiswa ingin menyelidiki tentang hal-hal yang melandasi terjadinya perilaku, yang sering disebut sebagai sikap.
Apa sikap itu? Sikap adalah keyakinan dan perasaan yang mungkin mempengaruhi perilaku kita. Sebagai contoh, bila kita percaya / yakin bahwa seseorang itu berbahaya maka kita akan merasa tidak senang dengan orang tersebut, sehingga kita berperilaku tidak ramah kepadanya. Contoh berikutnya adalah seseorang melihat bahwa sampah di sekitarnya itu berbau busuk, penampilannya sangat tidak menarik, dan banyak tikus yang merubung sampah. Oleh karena individu menilai (mempersepsikan) bahwa sampah itu negatif, maka ia merasa tidak senang terhadap sampah (sikap negatif) sehingga perilakunya juga negatif. Perilaku negatif tentang sampah antara lain menutup hidung bila berdekatan dengan sampah, pergi menjauh dari tumpukan sampah, membakar sampah (karena tidak suka dengan penampilan sampah), membuang sampah di super market secara diam-diam, membuang sampah pada malam hari (agar tidak terlihat orang lain), membuang sampah di sumber-sumber air (agar sampah segera hanyut), dan membuang sampah di jurang / tanah kosong milik orang lain.
Contoh-contoh perilaku tersebut di atas mampu menjelaskan bahwa sikap negatif akan menimbulkan perilaku negatif pula. Jadi sikap memang berpengaruh terhadap perilaku ketika hal-hal berikut tersedia, yakni:
o *) Tekanan-tekanan yang berasal dari luar individu (tekanan eksternal) berada pada tingkat minimal. Individu tinggal pada lingkungan yang tidak saling mengenal (misalnya tinggal di apartemen), jarang berinteraksi sosial dan tidak saling mengganggu. Individu yang mempunyai sikap positif terhadap sampah, bisa dengan bebas berperilaku positif, dengan syarat tidak mengganggu tetangga. Jadi bisa saja ia menulis tetang hal-hal positif pada sampah (sikap), dan kemudian ia mempraktekkan di apartemennya (membuat kompos khusus untuk tempat tinggal seperti apartemen).
o *) Sikap yang dimaksud bersifat spesifik, sehingga perilakunya juga menjadi spesifik. Sebagai contoh, sikap positif terhadap penataan lingkungan hidup. Ini adalah sikap yang terlalu general / umum, karena lingkungan hidup itu bisa saja hutan, sampah, polusi udara, dan sebagainya. Oleh karena itu bisa saja individu positif terhadap hutan namun enggan membuat kompos bagi sampah yang diproduksinya sendiri. Jadi bila kita ingin melihat ada hubungan antara sikap dan perilaku mengenai sampah, maka topik smapah tersebut harus spesifik. Misalnya sampah organik saja atau sampah anorganik saja. Ini karena penanganan kedua jenis sampah itu memang berbeda.
o *) Kita memang benar-benar menghayati sikap dan perilaku tersebut. Penghayatan tersebut berasal dari berbagai eksperimen yang dilakukannya dalam berbagai tahapan kehidupannya. Ini penting untuk disebutkan karena individu bisa saja enggan mengemukakan sikap dan perilaku ketika ia berada di antara kerumunan orang-orang. Sebagai contoh, ketika individu berada di keramaian yang kumuh. Semua orang membuang sampah sembarangan. Bila individu tidak membuang sampah sembarangan (menyimpan sampahnya sementara waktu), maka situasi tidak akan menjadi bersih. Jadi bila individu di keramaian tersebut mengemukakan sikap dan perilakunya yang pro lingkungan hidup, maka ia tidak akan digubris oelh orang-orang sekitarnya. Individu mungkin akan berpikir, untuk apa bersikap dan berperilaku positif terhadap sampah.
Dalam banyak penelitian, hal yang terjadi justru sebaliknya yakni perilaku berpengaruh pada sikap.
Referensi:
Myers, D.G. (1994). Exploring social psychology. McGraw-Hill, Inc.

0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji