Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MAHASISWA PEGAWAI: MAHASISWA YANG TAHAN BANTING



Yanuar dan Arundati Shinta
Relawan PMI Yogyakarta dan bekerja di Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Foto : Elisa
Di antara ratusan mahasiswa di Universitas Proklamasi 45, terselip puluhan mahasiswa pegawai. Mereka disebut mahasiswa pegawai karena pada saat-saat tertentu mereka menjadi karyawan pada suatu organisasi, namun pada saat-saat lain mereka menjadi mahasiswa. Mahasiswa pegawai itu harus pandai mencuri waktu, karena jadwal kuliah kadang kala tidak dapat ditebak. Meskipun pada jadwal sudah tercantum waktu berlangsungnya suatu mata kuliah, namun sering kali dosen secara mendadak berhalangkan hadir. Kuliah pengganti sering diadakan ketika mahasiswa pegawai itu justru sedang bekerja di institusinya. Oleh karena di luar jadwal resmi, maka mahasiswa pegawai ini kadang kala sulit menghadiri kuliah pengganti.


Satu hal yang paling menarik dari mahasiswa pegawai ini adalah tingginya motivasi dalam menuntut ilmu. Pada umumnya, usia mereka sekitar 30-40 tahun. Tenaga mereka jelas kalah bila dibandingkan dengan mahasiswa reguler yang baru saja lulus SMU. Meskipun tenaga tidak sekuat dulu, namun tingkat kehadirannya dalam setiap perkuliahan yang diambilnya ternyata selalu tinggi. Mereka sangat rajin dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Oleh karena itu tidak mengherankan, waktu tempuh studi mereka singkat yaitu sekitar 4 tahun.

Karakteristik lainnya dari mahasiswa pegawai ini adalah mereka sangat aktif bertanya dan berdiskusi di kelas. Maklumlah mereka sudah lama bekerja dan menjadi praktisi dari ilmu yang sekarang ini ditimbanya. Dalam menghadapi mahasiswa pegawai ini dosen pada umumnya senang, karena komentar-komentar mereka kadang tidak tercantum dalam literatur. Komentar mereka justru memperkaya materi perkuliahan. Keaktifan mereka dalam bertanya ternyata juga berdampak dalam keberanian mereka dalam mengkritik dosen. Mereka berani menyuarakan ketidaksetujuannya secara langsung, meskipun dengan tutur kata yang sopan. Dosen yang tidak siap mentalnya mungkin akan gentar menghadapi mahasiswa pegawai ini.

Karakteristik berikutnya adalah mereka tidak canggung untuk duduk pada barisan paling depan di kelas. Hal ini berbeda dengan mahasiswa reguler yang baru saja lulus dari SMU, yang justru berebut duduk di belakang (menjauhi dosen). Para mahasiswa pegawai ini nampak haus ilmu dan segera ingin menguasai ilmu yang diajarkan dosen. Kesediaan duduk di depan memudahkannya dalam berkonsentrasi dan membaca tulisan dosen yang kadang kala terlalu kecil. Maklumlah, ketajaman mata mereka berkurang seiring bertambahnya usia mereka.

Di mana gerangan para mahasiswa pegawai yang sekarang sudah menjadi alumni Universitas Proklamasi45? Berdasarkan catatan kami, para alumni mahasiswa pegawai ini tentu saja kembali ke tempat institusi yang mengirimkannya. Satu hal yang mengejutkan, ternyata motivasi untuk menuntut ilmu tidak hanya berhenti di Universitas Proklamasi 45 saja. Mereka telah tercatat melanjutkan pendidikan pasca sarjana (master dan doktor) pada berbagai universitas terkenal baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan ada salah satu alumni fakultas psikologi yang kini telah bergelar profesor. Semangat mereka dalam menuntut ilmu setinggi-tingginya juga telah memecut kami untuk melanjutkan pendidikan. Semoga hal itu segera terlaksana. Salam.

Post a Comment

2 Comments

  1. Saya juga mahasiswa yang nyambi jadi pegawai. Rasanya waktunya sempit banget untuk belajar. Belum lagi si bos sukanya ngomyang kalau saya belum menyelesaikan tugas kantor. Cape deh. Tapi demi sebuah cita-cita, tidak apalah sakit-sakit dahulu berenang-renang kemudian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menjadi mahasiswa pegawai tentu saja sangat capek. Di kantor ia mendapat marah dari bos karena belum menyelesaikan tugas kantor yang numpuk. Di kampus, ia mendapat marah dari dosen karena terlambat mengikuti ujian. Di rumah, ia dimarahi pasangannya karena malam minggu diisi dengan acara mengetik (mengerjakan tugas)dan membaca literatur. Cara mengatasi dengan jitu adalah berkomunikasi dengan dosen tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Dosen-dosen kontemporer pasti mau mengerti, sedangkan dosen kuno jarang yang mau memahami kesulitan mahasiswa pegawai karena dosen seperti itu biasanya gila hormat. Dosen yang gila hormat itu memang lama-lama tidak dipakai lagi di universitas, karena pihak manajemen juga memperhatikan kepentingan mahasiswa. Untuk sebuah cita-cita yang luhur, bertahanlah dalam kesulitan dan penderitaan. Sebentar lagi Anda akan memetik hasilnya yang manis. Selamat belajar

      Delete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji