Arni
Dewi Boronnia
Fakultas
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Tas berbahan kulit (Foto : Arni D. B) |
Secara etimologi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mode merupakan bentuk nomina yang
bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata
pakaian, potongan rambut, corak hiasan, dan sebagainya). Gaya dapat berubah
dengan cepat. Mode yang dikenakan oleh seseorang mampu mecerminkan siapa si
pengguna tersebut. Fashion yang
dipilih seseorang bisa menunjukkan bagaimana seseorang tersebut memilih gaya
hidup yang dilakukan. Seseorang yang sangat fashionable, secara tidak
langsung mengkonstruksi dirinya sebagai seseorang dengan gaya hidup modern dan
selalu mengikuti tren yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dunia modern,
gaya hidup membantu menentukan sikap dan nilai-nilai serta menunjukkan status
sosial (Wikipedia).
Dewasa ini produk fashion yang beredar di pasaran sangat
banyak dan beragam dengan berbagai macam bahan. Produk-produk fashion saling bersaing antara kualitas,
keindahan/estetika, serta harga. Di sini saya akan lebih menyoroti mengenai
produk fashion yang terbuat dari
kulit. Penggunaan bahan kulit dalam pembuatan produk fashion dapat menampilkan kesan eksklusif yang mewah, di samping
kekuatan barang yang juga baik. Bahan kulit ini dapat dimanfaatkan untuk
membuat produk-produk seperti beraneka ragam tas, dompet, jaket, sepatu,
gesper, dan sebagainya. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di
Kabupaten Bantul, ada sentra pembuatan produk-produk dari kulit. Namun yang
akan saya bahas kali ini adalah mengenai pedagang kerajinan kulit di Jalan
Malioboro, tepatnya di depan Perpustakaan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Mbak Ayu adalah
pemilik kios kecil yang menjual beraneka produk fashion berbahan kulit. Macam produk yang ditawarkan berupa tas,
dompet, dan tempat handphone. Bersama
dengan ibunya, Mbak Ayu bersiap melayani konsumen setiap hari dari jam 9 pagi
hingga 9 malam. Proses pembuatan tas dan dompet, dilakukan di rumah Mbak Ayu.
Namun untuk pembuatan detil produk seperti motif lubang-lubang, Mbak Ayu menyewa
tenaga untuk dibuatkan dan bahannya berasal dari Mbak Ayu sendiri. Menurut Mbak
Ayu, berjualan kerajinan tas di daerah wisata seperti Jalan Malioboro agak
sulit, kalaupun ada pembeli biasanya adalah orang lokal/Jogja.
Sulitnya berjualan
kerajinan kulit di Malioboro mungkin dapat dikarenakan tidak cocoknya jenis
barang yang dijual dengan fungsi koridor Jalan Malioboro sendiri. Jalan Malioboro
berfungsi sebagai pusat pariwisata di Kota Jogja, dengan ciri khas adanya
pedagang kaki lima yang berjualan barang-barang unik dengan harga murah.
Kerajinan fashion dari kulit mungkin
memang merupakan barang yang unik, namun karena berasal dari kulit asli
kemudian proses pembuatan yang sulit mengakibatkan harga yang cukup mahal.
Untuk menyiasatinya, Mbak Ayu dapat melakukan beberapa opsi pilihan strategi
bisnis. Yang pertama, Mbak Ayu dapat memasarkan kerajinannya lewat media online. Saat ini sangat marak toko-toko online yang menawarkan berbagai macam
barang fashion. Kemudian Mbak Ayu
juga dapat memasarkan barangnya sewaktu ada event-event yang berkaitan dengan fashion atau kerajinan, seperti Jogja Fashion Week. Memasarkan barang-barang fashion dagangannya pada pasar yang
lebih spesifik, kemungkinan mendapatkan konsumen lebih besar. Kemudian yang
kedua, Mbak Ayu
dapat menambah keragaman barang dagangannya, seperti membuat koleksi sepatu
dengan model-model terupdate atau berbagai macam bentuk gantungan kunci yang
dapat dijadikan oleh-oleh para wisatawan. Dengan melengkapi koleksi barang
dagangan, akan menambah kesempatan konsumen untuk memilih alternatif barang
yang akan dibeli. Peningkatan pilihan alternatif tersebut dapat berpeluang untuk
menambah pendapatan Mbak Ayu.
1 Comments
masukan yang cukup menarik sekali, memamng harus lebih kreatif dalam menawarkan produk kulit ke konsumen, ini jadi masukan juga bagi saya.
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji