Arni
Dewi Boronnia
Fakultas
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Foto : Arni D.B. |
Mainan merupakan suatu obyek
untuk dimainkan. Bermain sendiri dapat diartikan sebagai interaksi dengan
orang, hewan, atau barang (mainan) dalam konteks pembelajaran atau rekreasi. Mainan
dan bermain merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran mengenal dunia
dan tumbuh dewasa. Seorang anak menggunakan mainan untuk menemukan identitas,
membantu tubuh menjadi kuat, mempejalari sebab dan akibat, mengembangkan
hubungan, dan mempraktekkan kemampuan mereka. Mainan lebih dari sekedar
bersenang-senang, karena mainan dapat digunakan untuk mempengaruhi aspek
kehidupan. Mainan memberikan hiburan sembari juga memberikan peran mendidik.
Mainan mengembangkan perilaku kognitif dan merangsang kreativitas. Mainan juga
mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang pastinya diperlukan di kemudian
hari oleh anak.
Mainan tertentu, seperti barbie dan tentara, seringkali
dianggap lebih sesuai untuk satu jenis kelamin tertentu. Kebanyakan orang
percaya bahwa jenis kelamin dan pilihan jenis mainan sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Bermain
dengan mainan yang bukan untuk jenis kelaminnya seringkali mendapatkan
pandangan yang negatif dari orangtua atau anak yang lain. Pada jaman ini,
apabila seorang anak perempuan bermain dengan mainan untuk anak laki-laki lebih
bisa diterima oleh lingkungan dibandingkan apabila seorang anak laki-laki
bermain dengan boneka.
Foto : Arni B.D. |
Pak Sugeng adalah seorang penjual mainan. Beliau memulai
usahanya sejak tahun 1969. Beliau berasal dari Temanggung, dan ketika berjualan
di Jogja, beliau tinggal di sebuah rumah kayu yang sangat sempit di dekat SPBU
Sagan. Pak Sugeng membuat sendiri seluruh barang dagangannya. Beliau telah
membuat berbagai macam mainan binatang yang dapat ditarik-tarik dan “berjalan”
seperti kura-kura, katak, tikus, bebek, dan lele. Sewaktu pertama kali
berjualan, Pak Sugeng membuat mainan-mainan tersebut dari berbagai macam bahan,
seperti kardus bekas, karton, bekas tempat buah-buahan, lalu saat ini beliau
menggunakan busa yang dipress dengan cetakan semen berbentuk hewan yang beliau
ciptakan sendiri. Kemudian untuk roda penggeraknya, digunakan tanah liat yang
dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan hewan-hewan mainan tersebut untuk
berjalan dan tidak membuat tali kekangnya kusut. Setiap harinya Pak Sugeng
berjualan di Pasar Beringharjo dari jam 9-12 siang serta di Sunday Morning UGM.
Hewan-hewan mainan ciptaannya dijual dengan harga sekitar 3000-5000 rupiah per
buah. Motivasi Pak Sugeng untuk terus berusaha hewan mainan ini adalah karena
beliau menyukai proses membuat mainan tersebut, selain itu beliau beranggapan
pekerjaan tersebut ringan namun tetap menghasilkan uang.
Berbagai macam cara yang dapat ditempuh Pak Sugeng untuk
meningkatkan produktivitas pembuatan mainan, salah satunya dengan memasarkan
mainannya di sekolah-sekolah dasar atau taman kanak-kanak, selain memasarkannya
di Pasar Beringharjo dan di Sunday Morning. Selain itu Pak Sugeng juga dapat
menawarkan kerjasama dengan sekolah-sekolah dasar atau taman kanak-kanak untuk
memberi semacam ekstrakurikuler membuat mainan dengan bahan-bahan dan cara yang
sederhana. Pak Sugeng juga dapat bereksperimen dengan menambah keragaman bahan baku
mainan yang kemudian menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih bervariasi. Dengan
peningkatan jumlah pasar, Pak Sugeng mendapat beberapa keuntungan lebih. Yang
pertama peningkatan pendapatan, yang kedua, Pak Sugeng dapat berinteraksi
langsung dengan lebih banyak anak-anak, karena beliau menyenangi anak-anak.
Daftar Pustaka
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/29/mainan-anak-2/