Singgih Purwanto
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Foto : Elisa |
Manusia merupakan makhluk sosial,
dimana manusia tidak dapat hidup seorang diri. Sebagai makhluk sosial, manusia
menjalani hidupnya dengan berinteraksi dengan sesamanya. Proses interaksi
itulah yang menjadi ciri manusia sebagai makhluk sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia
tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana
tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan (Eituzed, 2012).
Bagaimanakah
manusia itu berinteraksi terhadap lingkunga sosial? Menurut Kurt Lewin dalam
persamaanya menyatakan B=f(P,E). Dimana B adalah behavior (perilaku individu), P = personal (Variabel individu), E = environment (variabel luar individu dan lingkungan), sedangkan (f)
disini adalah fungsi. Dengan demikian, perilaku sosial individu sangat
dipengaruhi oleh interaksi variabel individu dan juga variabel lingkungan (Fisher,
1982:24-25 dalam Shinta, 2013). Dalam
persamaan di atas variabel P dan E saling mempengaruhi. Selanjutnya, penulis akan memberikan informasi mengenai penjelasan
teori di atas dan contoh aplikasi.
E=f
(P), adalah persamaan dimana lingkungan yang dipersepsikan oleh seseorang
merupakan fungsi dari variabel individu. Dengan kata lain, persepsi seseorang
mengenai suatu situasi sosial ternyata dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosi
(Fisher, 1982:24-25 dalam Shinta, 2013). Penulis memberikan contoh,seorang
mahasiswa yang merasa kesulitan pada mata kuliah statistik, hal itu bisa
dikarenakan mahasiswa yang bersangkutan tidak menyukainya ataupun tidak suka
terhadap sesuatu yang mengharuskannya berhitung. Gambaran lain untuk fungsi
diatas adalah sebuah organisasi pecinta vespa, maka organisasi tersebut
tentunya akan merekrut orang yang suka terhadap vespa. Sebaliknya orang yang
tidak menyukai vespa,tentunya tidak akan masuk organisasi tersebut.
Variabel
P = f(E), adalah persamaan dimana keadaan seseorang merupakan fungsi dari lingkungannya
(Fisher, 1982:24-25 dalam Shinta, 2013). Penulis memberikan contoh seorang perempuan bisa menjadi
seorang pemimpin, bahkan pemimpin suatu negara sekalipun. Keadaan yang demikian
dapat terjadi karena lingkungan tersebut mengijinkan dan bersikap terbuka
terhadap kondisi yang demikian. Lain contoh dalam lingkungan kerajaan yang
mengharuskannya memakai pakaian adat, maka setiap orang dalam lingkungan
kerajaan tersebut tentunya memakai pakaian adat.
Penulis
mengambil kesimpulan bahwa perilaku yang ditimbulkan seseorang terhadap
lingkungan sosialnya disebabkan oleh variabel individu dan juga variabel luar
individu atau lingkungan. Variabel individu tersebut misalnya, keadaan fisik
seseorang, dan emosi. Sedangkan, variabel luar individu dan lingkungan seperti,
kebudayaan dimana seseorang tinggal, keadaan cuaca, dan sebagainya.
Daftar Pustaka:
Eituzed. (2012).Manusia sebagai makhluk sosial.
Retrieved on March 16, 2013 from
Shinta,
A. (2013).Handout psikologi sosial 1.
Yogyakarta: Universitas Proklamasi 45