Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

POLA ASUH : Perjalanan Hidup Manusia yang Mempengaruhi Kepribadian



Singgih Purwanto
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Kesabaran saat mendidik anak (Foto : Elisa)
Setiap manusia yang lahir di dunia ini membutuhkan perawatan orangtua untuk menjadi manusia seutuhnya. Cara orangtua merawat  anaknya berbeda-beda. Cara itulah yang disebut dengan istilah pola asuh, dimana suatu pola asuh dapat mempengaruhi kepribadian seseorang setelah dewasa. Hal ini seperti yang dikatakan Erikson (dalam Nurdin 2012) bahwa hubungan ibu – anak (orangtua – anak) menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian.
Dewasa ini kebanyakan orangtua disibukkan oleh rutinitas pekerjaannya. Kesibukan orangtua dalam pekerjaannya mengharuskannya membagi waktu untuk keluarganya, termasuk buahhatinya. Dalam hal ini timbul suatu permasalahan, bagaimana seharusnya yang dilakukan orangtua untuk buahhatinya?.
Melihat pada teori psikologi, tentang tugas – tugas perkembangan dimana kebutuhan bayi menurut Erikson (1963 dalam Sobur) menjelaskan bahwa anak merasa senang dan nyaman dalam gendongan ataupun belaian. Dalam masa ini Erikson menjelaskan sebagai masa saat kepercayaan harus ditanamkan, masa dimana anak mengenal dunia yang baik baginya, dan masa ia belajar optimis tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mencapai kepuasan. Masa ini merupakan masa ketika berbagai kebutuhan fisik harus dipenuhi (0 – 1,5 tahun) (Erikson 1963 dalam Sobur). Dengan kata lain, dalam masa ini kelekatan orangtua sangat penting. Selain itu, kesabaran orangtua juga tidak kalah pentingnya, melihat fisik seorang bayi yang masih lemah.
Tugas pokok perkembangan selanjutnya menurut Erikson adalah mengenai otomosi (berhubungan dengan emosi) (1,5 – 3 tahun). Dalam masa ini anak berusaha untuk bergerak sendiri, memisahkan diri dari orangtua, dan mulai menguasai diri, lingkungan, dan ketrampilan dasar untuk hidup. Oleh karena itu, pada tahap ini sangat dibutuhkan pembatasan oleh orangtua agar anak tidak menjadi liar dan tersesat (Erikson 1963 dalam Sobur : 2001). Di sini penulis memberikan contoh pembatasan tersebut. Orangtua dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap buahhatinya, seperti mengajaknya bicara dan bermain yang ringan – ringan.

Masa yang berhubungan dengan masalah mental menjadi tugas pokok selanjutnya.  Dalam masa ini Erikson menyebutnya sebagai masa kanak – kanak awal (4 – 7 tahun), dalam tahap ini, objek perhatian anak berubah dari benda kepada orang (Erikson 1963 dalam Sobur : 2001). Dengan demikian, orangtua harus mengajarkan untuk bergaul dengan orang lain, berinteraksi sosial yang baik, mengajarkannya makan dan berpakaian sendiri. perkembangan lebih lanjut menurut Erikson yaitu pada masa akhir kanak-kanak (8 – 11 tahun). Pada masa ini dikatakan sebagai masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Ini adalah waktu yang baik untuk mendidik kebiasaan baik pada anak. Dalam masa ini orangtua bisa mengajarkan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, merapikan tempat tidur, bahkan orangtua bisa memberikan tanggung jawab kebersihan atas ruang tertentu, misalnya kamarnya sendiri. Inti dari masa ini adalah pengarahan orangtua. Namun yang perlu diperhatikan biasanya anak menghindari campur tangan dengan perintah – perintah orangtua terhadap inisiatifnya sendiri. Oleh karenanya orangtua harus lebih sabar.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa proses ataupun cara pola asuh anak mempengaruhi kepribadiaannya kelak. Dalam proses tersebut ada tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu fisik, emosi, dan mental. Ketiga komponen tersebut berada dalam tugas perkembangan sesuai dengan yang telah dijelaskan diatas. Dalam hal ini penulis berharap orangtua dapat mendidik anak – anaknya dengan lebih baik.
Daftar Pustaka:
Haryadi, N. (2012).Teori perkembangan menurut Erikson & Freud. Retrieved on March 21,2013 From http://nurdin-haryadi.blogspot.com/2012/03/teori-perkembangan-menurut-erikson.html
Sobur, A. (2001). Psikologi umum: Dalam lintasan sejarah. Bandung: Pustaka Setia

Post a Comment

1 Comments

  1. menarik ya tulisannya ms singgih ini. tp apakah pola asuh yang dapat mempengaruhi kepribadian anak hanya dilakukan ketika usia kanak-kanak itu saja? dan apakah ketika besar atau setidaknya remaja, orang tua ataupun orang lain masih dapat mengubah kepribadian yang terbangun sejak kecil tersebut?
    terima kasih,

    ReplyDelete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji