Mega Oktaviani
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Peserta IAYP berjalan 2 km lebih menuju lokasi (Foto : Elisa) |
Cinta itu kini berkembang, cinta yang Penulis sebut
“cinta lapis legit”, kenapa cinta lapis legit? Pastinya bukan karena Penulis suka
kue lapis legit, tapi karena setiap tempat yang Penulis datangi, setiap
suasana, atau bahkan setiap wajah yang Penulis lihat dijogja menambah
kecintaanku akan jogja, lapis demi lapis. Lapisan cinta Penulis akan bertambah banyak
selama dua hari ini. Karena Penulis dan kawan-kawanku berencana untuk
berpetualang selama 2 hari kebeberapa tempat menakjubkan di Jogja.
Be ready when opportunity comes… Luck
is the time when preparation and opportunity meet. (Roy D. Chapin Jr.)---bersiaplah
ketika kesempatan datang… Keberuntungan adalah saat ketika persiapan dan
kesempatan bertemu---
Kami ingin keberuntungan itu Kami dapatkan, maka
persiapan pun Kami lakukan dengan sangat matang, agar Kami siap menemui
kesempatan itu, karena seperti yang kita tahu, kesempatan jarang yang datang dua
kali. Kami telah merencanakan pertualangan ini dari seminggu yang lalu, semua
hal telah Kami siapkan, mulai dari
perlengkapan pribadi, kendaraan dan ijin orang tua tentunya.
Penulis sangat bersemangat, karena bagiku ini tidak hanya
perjalanan biasa, ini adalah perjalanan hati, perjalanan untuk menemukan
lapisan-lapisan cinta. Mungkin kalian bertanya apa pentingnya menemukan lapisan
cinta, apalagi itu hanya cinta terhadap sebuah kota? Akan Penulis jawab
pertanyaan kalian.
Penulis bangun dan membuka pintu kamar dengan mata yang
membuka sedikit enggan karena masih mengantuk, efek karena Penulis selalu
begadang (Penulis bukan penggemar Rhoma Irama, jadi tidak pernah mendengarkan
ajurannya untuk tidak bergadang). Matahari pagi pada Minggu, 24 Maret 2013 mengintip malu-malu dibalik
awan seketika Penulis berdoa agar tidak hujan. Penulis berlari menuju
ke kamar mandi
mandi, pakai baju, nyisir rambut, masak mie, makan, pakai sepatu dan selesai, Penulis
berjalan ke gerbang
dan ternyata tepat saat Cepi
datang menjemput. Penulis dan Cepi
menyusul peserta Adventure IAYP,
yang sudah menunggu di gerbang kampus. Di gerbang kampus sudah menunggu Anya, Nurul,
Singgih dan Elisa.
Kami berenam menuju
ke tempat wisata kaliurang. Perjalanan ke kaliurang tidak begitu sulit, walaupun
menanjak tapi menyenangkan, karena semakin naik ke kaliurang, udaranya semakin
dingin dan segar.
08.15
WIB
Kami sampai di pintu masuk kaliurang dan membayar
lima ribu permotornya, dan Kami pun melaju ke taman bermain kaliurang, ditaman
bermain Kami membayar lima ribu perorang untuk masuk. Ditaman Kami berkeliling
sambil mendokumentasikan perjalanan ini. Penulis memang tidak memfoto apapun,
tapi bukan berarti Penulis tidak sibuk mendokumentasikan perjalanan ini, Penulis
mendokumentasikannya diingatanku, dan Penulis
simpan dihatiku dalam bentuk lapisan cinta. Petualangan di
Kaliurang akan di bahas edisi selanjut yang ditulis oleh peserta IAYP, dia
adalah Ratna Kanyaka Budi Utami.
09.30
WIB
Masih di kaliurang,
Kami melanjutkan perjalanan ke wisata air Terjun Telaga Putri. Perjalanan Kami tempuh
dengan berjalan kaki. Motor kami, Kami titipkan di parkiran taman bermain. Jarak dari
taman bermain dan telaga putrid sekitar 1 km, sengaja Kami memilih jalan kaki, karena ini bentuk
dari tantangan Kami. Terik meninggi, dan panasnya mulai terasa menyengat
epidermis lapisan kulit. Keringat pun bercucuran, membasahi kerah kaos yang
telah dikenakan.
Kaki mulai terasa sangat lelah, tetap langkah berenam
tak gentar menuju telaga putri. Menghilangkan
rasa lelah Kami saling melontarkan candaan. Misalnya kereta yang melintasi kami
dan mengolok-olok Kami karena jalan kaki pun menjadi bahan candaan Kita. Matahari siang sudah
memperlihatkan kegarangannya, keringat mengucur, dan Penulis semakin ganas
meminum air minum. Kami
terus berjalan
sampai melihat arah yang menunjukkan arah ke telaga putri. Mulai memasuki kawasan telaga
putri banyak ibu-ibu yang berjualan jajanan. Menarik perhatianku adalah “tempe
hitam”, begitu Penulis menyebutnya sebelum Penulis tau itu namanya bacem. Wajah ibu penjual
tak ingin menyerah, walau kegarangan matahari menerpanya. Ku
ingat wajah tak menyerah itu dan mengkoversikannya menjadi sebuah lapisan cinta
yang kusimpan dihatiku.
Sepertinya bukan jatah Kami, untuk bisa melihat indahnya
telaga putri. Karena jalan masuk telaga putri ditutup karena ada pohon tumbang
sehari sebelumnya. Sedikit
kecewa memang tapi,
Kami tetap melanjutkan perjalanan. Kami kembali ketempat parkir
untuk mengabil motor kami, ditengah perjalanan kembali ketempat parkir taman
bermain, Kami membeli es kream untuk mengembalikan mood dan tenaga yang
terkuras karena berjalan 2
km lebih
jika ditotal, di bawah garangnya sinar
matahari.
Sepanjang jalan Kami membahas tujuan selanjutnya,
karena petualangan hari tersebut seolah belum mendapatkan gol dari petualangan.
Akhirnya kita pun memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Gunung kidul,
tepatnya di Nglanggeran, kawasan Patuk. Mengejar waktu yang tersisa, kami pun
bergegas berjalan menghampiri ke tempat penitipan sepeda. Tak banyak pikir
panjang, Kami langsung menuju ke Patuk sebagai pengganti petualangan hari
Minggu, 24 Maret 2013
10.15
WIB
Dari taman bermain kaliurang Kami melanjutkan perjalan
kami, ke Nglanggeran dan kebun
buah ngelangeran. Keluar dari jalan Kaliurang
Kami mengarah ke arah jalan Wonosari,
dan berhenti sebentar untuk makan siang. Panas matahari menjadi-jadi bahkan
jalan wonosari yang berliku dan menanjak seakan ikut menambah keruh suasana. Penulis
melihat kawan-kawanku, mereka semua seperti berusaha menutupi setiap bagian
tubuh mereka, agar tak tersengat matahari. Anya menutupi seluruh mukanya dengan
syal dan hanya menyisakan matanya, elisa memakai sarung tangan, dan mereka
semua memakai jaket. Dan mereka semua berkeringat, tapi sinar dimata mereka
sepertinya bersaing dengan sinar matahari, mata yang bersemangat.
Jalan Wonosari
telah
kami tinggalkan jauh di belakang sana. Kini Kami telah berada di kawasan Patuk,
kami melewati perkampungan dan melewati persawahan yang eksotis. Pernah ke
kawasan persawahan yang di bali? Seperti itulah keindahan ini. jalan Patuk
cukup bagus, sekitar 5 km jalan
berbatu yang menanjak dan berliku. Penulis memandang sekitar, tempat Kami sekarang
sangat tinggi. Tampak dari jalan Patuk hamparan kota Yogyakarta, terlihat seperti maket mini didapanku.
Membutuhkan kesabaran dan kehati-hatian jika telah
sampai di desa Nglanggeran, karena
tidak hanya medan yang sulit, tapi juga ada jurang curam yang tak tau dimana
dasarnya disisi kanan dan kiri jalan.
Dibalik itu semua Penulis temukan selapis cinta mengambang dipemandangan
alam ini, pemandangan alam dari daratan tinggi.
16.30 WIB
Bentuk formasi IAYP di Kebun Buah Nglanggeran (Foto : Elisa) |
Masih bertanya apa pentingnya lapisan-lapisan cinta itu
untukku? Ada saat yang tepat untuk menjawabnya, tapi bukan sekarang. Kejutan
adalah permainan waktu yang indah, maka nikmatilah. Penulis mendapatkan selapis cinta dari kamu, karena telah membaca.
Terima kasih
To Be Continue
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji