Elisa
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Salah satu Mimpi gila Elisa menjadi Penulis (Foto : Abey Y.) |
Seorang gadis bertubuh kecil, pendek tidak memiliki sesuatu
apapun yang dapat dibanggakannya selain semangat. Itulah caraku untuk
membangkitkan semangat dalam meraih mimpi-mimpi gila. Orang lain biasa
memanggilku Elisa. Elisa nama terpendek satu fakultas di Perguruan Tinggi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta. Sebuah nama panggilan sekaligus nama panjang.
Ibu mengganti namaku selama empat kali, terlalu banyak nama membuat
ibu lupa satu nama yang pernah diberikan padaku. Sejak lahir terbiasa hidup
tanpa sentuhan seorang Ayah, saat itu Ayahku merantau di Negeri orang. Usiaku dua
tahun Ibu memutuskan tinggal di Jogja. Tepat aku masuk TK, barulah aku melihat
wajah sosok Ayah. Keluarga kami kini berkumpul menyatu layaknya keluarga yang
lain. Hidup damai di kota Yogyakarta, begitupun denganku, semakin tumbuh
berkembang bagaikan tulip yang bermekaran, cantik mekar mendewasa.
Waktu bergulir dengan cepat, tak terasa usiaku menginjak
kepala dua. Mimpi-mimpi gila yang aku bangunpun belum semua dapat terwujud.
“Aku ingin menjadi seorang penulis buku”, itulah cita-cita yang sampai saat ini
belum terwujud. Yah, saya mencita-citakan menjadi seorang penulis buku sejak di
bangku SMP. Di tengah-tengah keputusasaan perjuangan, Kognisiku selalu mendorong
agar melakukan sesuatu! Mewujudkan mimpi.
Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Pertama kali
mendengar IAYP ketika dipertemukan oleh salah satu leader IAYP yang bernama Pak
Toni Isbandi. Yah, kini menjadi leaderku. Awalnya program IAYP terdengar
menarik dan mengasyikkan sekaligus menantangku. Tetapi ketakutan didalam diriku
menjadi ragu mengikuti IAYP. Lagi-lagi bias negativitas dalam pikirannku lebih
mendominasi. Sempat berfikirkan tidak ingin ikut.
Pikiran dan hati saling perang sengit. Tentu saja, secara
pribadi masih meragukan kredibilitas dari IAYP. Lulusan IAYP di Indonesia
sepengetahuanku tingkat Perguruan Tinggi belum ada yang melejit. Iseng
menawarkan program ini kepada dua teman satu fakultas, Nurul Istiyani dan
Kanyaka Budi Utami, dengan senang hati mereka bersedia bergabung. Yah, tak ada
salahnya mencoba terlebih dahulu.
Kampus yang terletak di jalan Proklamasi ini tidak seramai
Perguran Tinggi Swasta seperti UMY maupun UTY. Cara mengangkat semangat peserta
IAYP lagi-lagi membangun asumsi dalam kognisi bahwa “Kita tidak kalah dari
mereka, gedung oleh lebih oke, tetapi kualitas tidak kalah oke”. Berlatar belakang
inilah memutuskan untuk membuat forum English Club, kegiatan Sosial ini
pertamakali terasa sulit dan berat. Semangat saat itu masih berkoar-koar,
laksana halilintar menumbangkan pepohonan yang rapuh.
Lahirlah Komunitas Menulis setelah English Club sukses
terselenggara. Komunitas ini didirikan karena dianggap sangat membantu
rekan-rekan dalam banyak hal. Mulai dari penyusunan skripsi, menumbuhkan hobi
membaca, juga salah satu cara belajar dan mengaktifkan otak kiri. Satu prinsip
yang jelas saat itu adalah ingin memajukan Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta, yah haapan yang simple namun sulit dalam realitanya.
Itulah yang melatarbelakangi mengikuti IAYP. Dua komunitas
kelas menulis dan English Club dijalankan oleh peserta IAYP, jumlah peserta dan
panitia sedikit tidak menjadi masalah. Berapapun orang yang datang. Dua orang
yang datang kegiatan ini tetap berjalan seperti biasanya. Inilah yang
membedakan peserta IAYP dengan bukan peserta IAYP. Kini aku bangga menjadi
peserta IAYP.
Kegiatan sosial Kelas Menulis dikoordinatori olehku. Bukan
hal yang mudah menghidupkan komunitas ini. Awal berdirinya Kelas Menulis
diikuti peserta IAYP dan beberapa rekan-rekan dari fakultas lain. Latar belakang
yang bermacam-macam dari Fakultas Ekonomi, Perminyakan, Fisipol dan Psikologi.
Tidak heran jika menulis menjadi kesulitan tersendiri bagi rekan-rekan, karena
sebelumnya tidak pernah menulis.
Kup45iana adalah salah satu blog yang dibuat oleh peserta
komunitas menulis untuk mempublikasikan tulisan rekan-rekan dari hasil belajar
menulis. Blog inilah yang ternyata sangat kuat memotivasi rekan-rekan rajin
menulis. Seiring berjalannya waktu, kemampuan rekan-rekan dalam menulispun
menjadi lebih baik. Bagiku, ini kabar yang sangat menggembirakan. Seperti
halnya yang dirasakan oleh Leader IAYP, semoga Ibu Arundati Shinta dan Pak Toni
Isbandi tidak sia-sia membimbing kita peserta IAYP dari Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta, dukungan dua leader ini adalah power semangat kita.
Masih dunia tulis menulis, ketrampilan yangku lakukan juga
dibidang tulis menulis khususnya Jurnalistik. Inilah kegiatan IAYP yang
palingku sukai. Di tempat ini diajarkan bagaimana menulis sebuah tulisan berita
di media cetak, bagaimana cara mewawancara narasumber, serta bagaimana cara
agar bisa peka terhadap alam sekitar untuk dijadikan sebuah bahasan berita.
Tidak hanya menulis saja, belajar jurnalistik di Tabloid BIAS diajarkan pula
tentang cara memotret suatu objek.
Manfaat mengikuti IAYP inilah yang secara tidak langsung
mendorongku untuk bergerak menulis sebuah buku. Membentuk kebiasan yang
konsisten dengan apa yang telah dilakukan. IAYP pula yang menyadarkanku bahwa
ketakutanku selama ini dalam menulis buku secara pelan-pelan mulaiku tepis.
Memberanikan diri mengajukan beberapa outline ke beberapa penerbit, hanya
sebagian kecil dari usahaku menghilangkan bias negativitas yang telah melekat.
Harapannya, semoga mimpiku menjadi penulis buku terwujud.
Catatan:
Tulisan ini dipersiapkan untuk Lomba
Menulis yang diadakan oleh IAYP (International Award for Young People) –
Indonesia, 27 Februari 2013.
1 Comments
Keren kak.. kenalin aku faisal dari uii jogja,, pengin gabung iayp nih,, caranya giman ya?
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji