Ahmad Yani
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Foto : Elisa |
Pada awal tahun dua ribu muncul arus
perubahan paradigmatik, orientasi dan kebijakan pendidikan yang amat mendasar,
yang kemudian melahirkan kebijakan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill) dengan pendekatan pendidikan
berbasis luas (broad based education).
Secara teoritik perubahan paradigma, orientasi dan perspektif pendidikan
kecakapan hidup ini bukanlah kebijakan yang dilandasi oleh pragmatisme sesaat,
akan tetapi lebih merupakan upaya penemuan kembali jati diri sekolah yang mesti
dilakukan di dunia pendidikan. Oleh karena itu Departemen Pendidikan Nasional
pada tahun 2002 mulai mengimplementasikan pendidikan berorientasi kecakapan
hidup pada semua jenis, jenjang dan satuan pendidikan baik di dalam dan luar
sekolah, termasuk di SMA.
Program pendidikan kecakapan hidup
yang dikembangkan di SMA mengacu pada dua dimensi, yaitu kecakapan hidup yang
bersifat generik (generic life skill)
dan kecakapan hidup spesifik (specific
life skill). Dimensi generik meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir
dan bernalar, serta kecakapan bekerja sama. Semua kecakapan ini dapat
dikembangkan pada berbagai mata pelajaran. Sedangkan dimensi spesifik, yaitu
kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup
kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Kecakapan akademik terkait dengan
konten akademik mata pelajaran tertentu, misalnya fisika, biologi, geografi dan
lain-lain. Sedangkan kecakapan vokasional terkait dengan kejuruan tertentu,
seperti tata boga, tata busana, grafika dan lain-lain. Untuk pelaksanaan
program ini Direktorat Pembinaan SMA (Dikmanum, waktu itu) melalui Bagian
Proyek BBE Life Skill selama tiga
tahun (2002-2004) telah membantu sejumlah sekolah dengan dana bantuan.
Sebagai pengembangan dan perluasan
program kecakapan hidup, khususnya yang bersifat vokasional sekaligus
peningkatan mutu SMA di wilayah pesisir dan pantai, pada tahun 2006 dirintis
SMA Berbasis Keunggulan Lokal Kelautan (BKLK). Semula program ini didesain
bahwa aktivitas pembelajaran di SMA rintisan tersebut berorientasi kelautan.
Artinya bahan ajar yang disampaikan guru diambil bernuansa kelautan, misalnya
materi pembelajaran biologi diambil topik-topik yang berkaitan dengan tumbuhan
di daerah pesisir dan biota laut. Begitu pula mata pelajaran olahraga, yang
dikembangkan adalah olahraga air dan pantai. Di samping itu terdapat pula
program vokasional, seperti budi daya hasil laut, perikanan, rumput laut dan
lain-lain. Namun implementasi di sekolah berbeda, yang terjadi adalah hampir
seluruh kegiatan pada program BKLK berisi vokasional.
Belajar dari berbagai pengalaman di
masa lalu menunjukkan bahwa program pemerintah dalam hal ini Direktorat
Pembinaan SMA, dalam rangka mengakomodasi berbagai kebutuhan dan potensi daerah
dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA ternyata tidak serta merta berjalan
dengan baik. Seperti penyelenggaraan BBE- Life Skill dan Pendidikan Berbasis
Keunggulan Lokal Kelautan di sejumlah SMA belum memperoleh hasil yang
optimal dan tidak berkesinambungan. Hal ini disebabkan karena unsur pendidik
dan tenaga kependidikan belum sepenuhnya memahami program tersebut. Di samping
itu program yang dilaksanakan tersebut pembelajarannya bukan menjadi bagian
dari struktur kurikulum. Oleh karena itu untuk pelaksanaan program Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan,
baik perundang-undangan, peraturan pemerintah maupun peraturan menteri.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji