Juni
Wulan Ningsih
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Foto : Koleksi Elisa |
Stress merupakan
suatu tekanan dalam diri setiap orang yang menghasilkan ketegangan dan
kecemasan. Stress
yang berat dapat mempengaruhi sistem
imun (kekebalan tubuh ) dan menyulitkan tubuh untuk menghadapi penyakit (Cohen, 1996 dalan Sundberg, Taplin, Winebarger, 2007 dalam Purwanto, 2013). Stress bisa berasal
dari berbagai aspek kehidupan manusia. Baik sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Adanya
kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi, kebimbangan dalam menetukan suatu pilihan
yang menyangkut masa depannya, dan adanya
suatu keinginan atau cita-cita yang tidak tercapai serta kegagalan yang
terus-menerus atas usaha yang
telah dilakukan bisa memicu timbulnya stress.
Stress tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Perlu adanya strategi dan juga dukungan orang-orang
terdekat agar stress atas masalah yang dihadapi tidak mempengaruhi kondisi
fisiknya. Apalagi sampai membuat si penderita jatuh sakit. Dukungan keluarga
dapat menjadi semangat tersendiri,
dengan perhatian juga kasih sayang orang-orang
terdekat, memotivasinya
untuk segera bangkit dari keterpurukan yang dialami
serta mencari solusi atas masalah
tersebut. Menceritakan masalah kepada orang lain yang dipercaya juga dapat
meringankan sedikit beban pikiran.
Menurut Ardi Ardani,T; Tri Rahayu,I &
Sholichatun,Y ( 2007) ada beberapa strategi dalam mengatasi stess , antara
lain:
a) Memecahkan
Persoalan Secara Tenang
Mengevaluasi
penyebab – penyebab stress lalu menentukan langkah penyelesaian yang tepat juga mempersiapkan upaya lain utuk menghadapi kemungkinan
bahaya.
b) Menarik
diri
Dengan
memilih tidak mengambil tindakan
apapun disertai sikap apatis dan depresi
atau dengan kata lain memilih acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar.
c) Represi
Upaya
seseorang untuk menyingkirkan semua yang dapat menimbulkan kecemasan dan
stress.
d) Menyangkal
Kenyataan
Penipuan
diri dengan menganggap tidak adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi diri.
e) Pembentukan
Reaksi
Berusaha
menyembunyikan masalah yang dihadapi dengan menampilkan ekspresi wajah yang
berlainan dengan kenyataan.
f) Fantasi
Dengan
berfantasi orag sering merasa dirinya
mencapai tujuannya. Kadang khayalan lebih menarik daripada kenyataan yang ada.
Dengan berfantasi yang sedang – sedang dan dalam pengendalian kesadaran yang baik,
maka fantasi dapat menjadi cara yang sehat mengatasi stress.
g) Mengelak
Seseorang
yang mengalami stress terlalu lama , kuat , dan terus – menerus maka ia akan cenderung mengelak. Maksudnya ia
mengelak dari kenyataan itu dengan mengulang suatu perilaku secara terus
menerus.
Gaya seseorang dalam
mengendalikan masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan dimana ia
dibesarkan. Selain dukungan dari orang – orang terdekat seperti keluarga,
teman, dan sahabat. Mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa juga merupakan
salah satu alternatif dalam mengatasi stress.
Daftar
Pustaka:
Purwanto,S.(2013).Stress dan Coping.
Retrieved On October 15,2013 From:
Ardi Ardani,T;Tri
Rahayu,I;Sholichatun,Y.(2007). Psikologi Klinis.Yogyakarta : Graha Ilmu.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji