Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MENIMBA ILMU SEMBARI BERPETUALANG DI PLALANGAN



Sigit Meliyanto
Fakultas Teknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Peserta IAYP sedang mengecet (Foto : Agus)
Adventure-petualangan, siapa yang bisa menolak pesona kesenangan berpetualang, terlebih untuk pecinta aktivitas ini. Kebanyakan orang, mungkin berfikir bahwa aktivitas petualangan ini haruslah pergi ke suatu tempat seperti obyek wisata, tempat bersejarah, daerah yang belum pernah dikunjungi dan lain sebagainya. Tidak salah memang, namun tidak selamanya konteks petualangan selalu seperti itu, tergantung dari setiap individu memaknainya. Menurut saya simple, petualangan adalah melakukan kegiatan atau hal baru yang menantang, belajar dari kegiatan itu dan kemudian memaknainya.
Dalam essay saya sebelumnya, sudah cukup jelas membahas tentang IAYP (International Award for Young People). Semoga sudah tidak asing bagi pembaca, namun tidak ada salahnya untuk sekilas mengingatkan tentang IAYP. Untuk mendapatkan penghargaan internasional ini, dimana ada 3 level, perunggu, perak dan emas. Dimulai dari level perunggu ada 4 aktivitas yang harus dilakukan. Keempat hal itu adalah Physical activity (aktivitas fisik/olah raga), Skill (pengembangan keterampilan) Community service (pelayanan masyarakat) dan Advanture (Petualangan). Dimana untuk tiga bulan pertama aktivitas fisik/olah raga, pengembangan keterampilan dan pelayanan masyarakat dilakukan masing-masing satu kali dalam seminggu dengan lama waktu minimal satu jam untuk tiap aktivitas. Pada tiga bulan selanjutnya cukup dipilih satu aktivitas untuk dilanjutkan sebagai spesialisasi, sedangkan adventure dilakukan cukup sekali dengan lama waktu dua hari satu malam. Sekali lagi, ini untuk perunggu, dimana untuk perak dan emas berbeda lama waktu yang dibutuhkan.
Bulan lalu, tepatnya tanggal 5-6 September , saya melakukan aktivitas petualangan ini. Disamping menjadi program wajib dari IAYP, pada dasarnya saya suka hal baru, terlebih petualangan. Waktu itu, bersamaan dengan adanya kuliah kerja nyata (KKN) dari kampus Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta bertempat di kelurahan Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarya. Kegiatan petualangan pun saya lakukan di sana selama dua hari, satu malam, bergabung dengan salah satu kelompok KKN di dusun Plalangan.

Dimulai dari pagi hari, Kamis tanggal 5 kala itu, naluri adaptasi dan semangat membantu menjalankan program-program yang sudah disusun oleh kawan-kawan KKN sangat membara. Diawali dengan penyelesaian renovasi dengan mengecat infrastruktur seperti gapura, tugu, pagar, dan tiang lampu. Pengecatan berlangsung hingga waktu ishoma pukul 1 siang.
Tidak berhenti disitu, saya sangat bersyukur waktu itu bertepatan dengan agenda rutin ibu-ibu PKK dusun Plalangan yakni bank sampah. Disini saya belajar banyak, bagaimana kepedulian nyata masyarakat akan lingkungan dengan melakukan pengumpulan, pemisahan dan pemanfaatan sampah secara langsung. Barang-barang bekas seperti plastik, kertas, kaleng, dikreasikan menjadi barang bernilai jual. Bank sampah ini berlangsung hingga sore hari. Malam harinya berlanjut kegiatan ringan untuk lebih mendekatkan lagi kepada pemuda, salah satu elemen terpenting masyarakat. Pemutaran film pun dimulai pukul 19.30 hingga selesai. Hasilnya, kedekatan diantara kawan-kawan KKN dengan warga makin terasa.
Istirahat malam dengan memejamkan mata hingga subuh, cukup menghimpun tenaga untuk melanjutkan aktivitas padat esok harinya. Pagi itu dihari kedua, kegiatan diawali dengan melanjutkan pengecatan mulai pukul 6 sampai 9 pagi. Dilanjutkan dengan agenda plangisasi, yakni pembuatan plang jalan, dan bagan kepengurusan organisasi pedukuhan seperti PKK dan LPMD. Kekompakan antara warga masyarakat dengan mahasiswa semakin terasa ketika sore itu hari Jumat ada kegiatan bersih-bersih lingkungan bersama atau biasa disebut dengan Jumat Bersih. Genap dua hari dan satu malam, syarat kegiatan IAYP terselesaikan, namun saya memutuskan untuk melanjutkan hari ketiga menyelesaikan program plangisasi.
Terasa begitu singkat kegiatan petualangan ini saya rasakan, namun begitu banyak ilmu-ilmu kemasyarakatan yang didapat, mulai kekompakan warga untuk bersatu padu memajukan dusun Plalangan, kesadaran warga akan pengolahan sampah, keorganisasian pemuda yang tertata rapi, dan lain-lain. Kesemua ilmu-ilmu yang saya dapat tersebut tentunya sangat bermanfaat.
Akhir kata, perlu kita ketahui dan pahami betul bahwa ilmu atau pendidikan tidak hanya didapat secara formal seperti sekolah, dari bangku kuliah, maupun kursus dan lain sebagainya, namun justru yang paling besar andilnya bisa didapat langsung ketika membaur dengan masyarakat.

Post a Comment

0 Comments