Sigit Meliyanto
Fakultas Teknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Peserta IAYP sedang mengecet (Foto : Agus) |
Dalam essay
saya sebelumnya, sudah cukup jelas membahas tentang IAYP (International Award for Young People). Semoga sudah tidak asing
bagi pembaca, namun tidak ada salahnya untuk sekilas mengingatkan tentang IAYP.
Untuk mendapatkan penghargaan internasional ini, dimana ada 3 level, perunggu,
perak dan emas. Dimulai dari level
perunggu ada 4 aktivitas yang harus dilakukan. Keempat hal itu adalah Physical activity (aktivitas fisik/olah
raga), Skill (pengembangan
keterampilan) Community service
(pelayanan masyarakat) dan Advanture
(Petualangan). Dimana untuk tiga bulan pertama aktivitas fisik/olah raga,
pengembangan keterampilan dan pelayanan masyarakat dilakukan masing-masing satu
kali dalam seminggu dengan lama waktu minimal satu jam untuk tiap aktivitas.
Pada tiga bulan selanjutnya cukup dipilih satu aktivitas untuk dilanjutkan
sebagai spesialisasi, sedangkan adventure
dilakukan cukup sekali dengan lama waktu dua hari satu malam. Sekali lagi, ini
untuk perunggu, dimana untuk perak dan emas berbeda lama waktu yang dibutuhkan.
Bulan lalu, tepatnya tanggal 5-6 September ,
saya melakukan aktivitas petualangan ini. Disamping menjadi program wajib dari
IAYP, pada dasarnya saya suka hal baru, terlebih petualangan. Waktu itu,
bersamaan dengan adanya kuliah kerja nyata (KKN) dari kampus Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta bertempat di kelurahan Pandowoharjo, Sleman,
Yogyakarya. Kegiatan petualangan pun saya lakukan di sana selama dua hari, satu
malam, bergabung dengan salah satu kelompok KKN di dusun Plalangan.
Dimulai dari pagi hari, Kamis tanggal 5 kala
itu, naluri adaptasi dan semangat membantu menjalankan program-program yang
sudah disusun oleh kawan-kawan KKN sangat membara. Diawali dengan penyelesaian
renovasi dengan mengecat infrastruktur seperti gapura, tugu, pagar, dan tiang
lampu. Pengecatan berlangsung hingga waktu ishoma pukul 1 siang.
Tidak berhenti disitu, saya sangat bersyukur
waktu itu bertepatan dengan agenda rutin ibu-ibu PKK dusun Plalangan yakni bank
sampah. Disini saya belajar banyak, bagaimana kepedulian nyata masyarakat akan
lingkungan dengan melakukan pengumpulan, pemisahan dan pemanfaatan sampah
secara langsung. Barang-barang bekas seperti plastik, kertas, kaleng,
dikreasikan menjadi barang bernilai jual. Bank sampah ini berlangsung hingga
sore hari. Malam harinya berlanjut kegiatan ringan untuk lebih mendekatkan lagi
kepada pemuda, salah satu elemen terpenting masyarakat. Pemutaran film pun
dimulai pukul 19.30 hingga selesai. Hasilnya, kedekatan diantara kawan-kawan
KKN dengan warga makin terasa.
Istirahat malam dengan memejamkan mata hingga
subuh, cukup menghimpun tenaga untuk melanjutkan aktivitas padat esok harinya.
Pagi itu dihari kedua, kegiatan diawali dengan melanjutkan pengecatan mulai
pukul 6 sampai 9 pagi. Dilanjutkan dengan agenda plangisasi, yakni pembuatan
plang jalan, dan bagan kepengurusan organisasi pedukuhan seperti PKK dan LPMD. Kekompakan
antara warga masyarakat dengan mahasiswa semakin terasa ketika sore itu hari
Jumat ada kegiatan bersih-bersih lingkungan bersama atau biasa disebut dengan
Jumat Bersih. Genap dua hari dan satu malam, syarat kegiatan IAYP
terselesaikan, namun saya memutuskan untuk melanjutkan hari ketiga
menyelesaikan program plangisasi.
Terasa begitu singkat kegiatan petualangan
ini saya rasakan, namun begitu banyak ilmu-ilmu kemasyarakatan yang didapat,
mulai kekompakan warga untuk bersatu padu memajukan dusun Plalangan, kesadaran
warga akan pengolahan sampah, keorganisasian pemuda yang tertata rapi, dan
lain-lain. Kesemua ilmu-ilmu yang saya dapat tersebut tentunya sangat
bermanfaat.
Akhir kata, perlu kita ketahui dan pahami betul
bahwa ilmu atau pendidikan tidak hanya didapat secara formal seperti sekolah,
dari bangku kuliah, maupun kursus dan lain sebagainya, namun justru yang paling
besar andilnya bisa didapat langsung ketika membaur dengan masyarakat.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji