Oleh Ratna Kanyaka Budi Utami
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Anak baik dan pintar adalah dambaan
bagi setiap orangtua. Anak adalah harta paling berharga dalam kehidupan. Setiap
calon orangtua dan yang sudah menjadi orangtua sangat mengharapkan memiliki
anak yang baik dan membanggakan. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka peran
kedua orangtua sangat diperlukan. Sikap dan perilaku orangtua yang baik dan
tegas akan menghasilkan kepribadian anak yang baik juga. Orangtua tidak hanya
mendidik secara lisan saja tetapi juga perilaku nyata, sehingga anak akan
mengikutinya.
Kebiasaan buruk yang sering
dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anak dapat menyebabkan perkembangan
anak kurang baik. Apa saja kebiasaan-kebiasaan tersebut? Bagaimana seharusnya
orangtua bersikap? Berikut ada beberapa ulasan mengenai kebiasaan buruk pada
orangtua dalam mendidik anak. Membentak anak dalam memberi nasihat adalah hal
yang tidak tepat (Metta, 2014). Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang minder
bahkan temperamental. Orangtua sebaiknya menegur dengan bahasa yang baik dan
suara yang lembut, menasihati dengan pendekatan secara bertahap. Anak tentu
menjadi tidak ketakutan dan bisa lebih terbuka.
Selanjutnya,
orangtua sering melakukan kebohongan kecil pada anak (Tjokroaminoto, 2010),
misalkan sang ayah akan berangkat ke kantor dan anak menangis ingin ikut.
Alasan yang digunakan seperti “Nanti ya, Ayah hanya pergi sebentar saja.”
Padahal aktivitasnya seharian dan pulang larut malam. Hal ini dapat menyebabkan
anak ketika dewasa menjadi tidak percaya pada orangtuanya dan bisa sering
mengabaikan omongan kedua orangtuanya. Sebaiknya orangtua berkata jujur saja
dan memberikan anak pengertian, walaupun anak menangis tidak masalah karena
anak masih belum dapat memahami.
Saat
anak melakukan kesalahan, tanpa disengaja orangtua akan mengancam anak (Geer,
2013). Contohnya, “Kalau Kakak ganggu Adik, nanti Mama marah!” ungkapan seperti
ini memang manjur, anak akan diam dan tidak melakukan lagi. Suatu saat anak
akan meniru pola orangtuanya dalam mendidik. Para orangtua akan lebih baik jika
menegurnya dengan tegas (tidak membentak) pada anak, dan memberi peraturan pada
anak. Misal, “Kalau Kakak mau meminjamkan mainan ini pada Adik, Mama dan Papa
akan semakin sayang sama kamu.” Anak akan lebih nurut tanpa landasan rasa
takut.
Reward atau yang biasa disebut hadiah memang
baik untuk anak, tetapi hadiah diberikan untuk anak yang melakukan hal baik.
Hal ini tidak ditujukan ketika anak berbuat buruk (Tjokroaminoto, 2010).
Contohnya, ketika anak diajak berbelanja di sebuah toko, ia meminta mainan
dengan cara merengek dan menangis. Biasanya, orangtua menjadi malu karena takut
orang sekitar menilai orangtua yang tidak sayang pada anaknya. Sebaiknya,
orangtua tetap tegas untuk tidak membelikan dengan memberikan pengertian bahwa
dengan menangis dan merengek bukan cara yang baik. Bila dituruti, anak akan
berpikiran dengan berperilaku seperti itu, kemauannya akan selalu dituruti.
Hukuman
penting untuk memberi sanksi pada anak apabila berperilaku tidak baik tetapi
tidak dengan hukuman fisik (Ristriyanti, 2012; Tjokroaminoto, 2010). Hukuman
fisik seperti memukul, menampar, mencubit dan menjewer telinga akan menyebabkan
psikis anak terganggu. Hukuman fisik tidak akan menyelesaikan apapun. Tentu
saja hal ini tidak baik untuk jangka panjang. Ketika anak beranjak dewasa anak
menjadi suka memukul dan kasar. Sebaiknya orangtua memberi peringatan dengan
dialog “empat mata” dan memberi contoh yang baik pada anak.
Sikap
bijaksana, sabar dan lembut dibutuhkan dalam mendidik anak. Orangtua juga harus
menjadi role model utama dalam
kehidupan sehari-hari anak. Kedua orangtua juga harus saling bekerja sama dalam
mendidik sehingga tidak ada istilah saling menyalahkan bila anak berbuat salah.
Referensi
Geer, K. (2013). Kebiasaan orang tua yang tanpa disadari menghasilkan karakter buruk
pada anak. Retrieved on January 19, 2014 from http://annisaauliya.wordpress.com/2013/09/22/kebiasaan-orang-tua-yang-tanpa-disadari-menghasilkan-karakter-buruk-pada-anak/
Metta. (2014).
Kebiasaan membentak berpengaruh buruk
terhadap masa depan anak. Retrieved
on January 19, 2014 from
http://bidanku.com/kebiasaan-membentak-berpengaruh-buruk-terhadap-masa-depan-anak
Ristriyanti,
M. (2012). Pengaruh kesalahan orangtua
mendidik anak terhadap perkembangan perilaku anak. Retrieved on January 19,
2014 from
http://mahalenapsikologi.blog.unissula.ac.id/2012/01/13/pengaruh-kesalahan-orangtua-mendidik-anak-terhadap-perkembangan-perilaku-anak/
Tjokroaminoto.
(2010). 37 Kebiasaan orangtua yang
menghasilkan perilaku buruk pada anak. Retrieved on January 19, 2014 from
http://tjokroaminoto360.wordpress.com/2010/08/29/37-kebiasaan-orang-tua-yang-menghasilkan-perilaku-buruk-pada-anak/
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji