Nunuk
Priyati
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Foto : Elisa |
Cerita
sepetang
Cinta
begitu saja tumbuh dihatiku
Dimana
kala itu bunga sedang layu
Dan
kau mulai menyiramnya
Dengan sepatah sanjunganmu
Di
sore pukul sepuluh waktu kau merayuku
Masihku
mengingat manis senyummu
Lembut
tata tutur katamu
Tak
pernahku ragu
Tapi
dua puluh empat jam setelah itu
Suasana
hatiku hancur lebur olehmu
Aku
terluka, tersayat bahkan
Terasa
perih begitu dalam
Hatiku
seperti terkena pedang
Yang
sengaja kau cabikkan
Menit
itu,
Cinta
yang selama ini ku miliki
Tak
berdaya membendung amarah
Kecewa
ini sudah diujung ketidakwarasan
Dalam
hitungan detik saja
Sayangku
seketika lebur
Dengan
benci dan dendam emosi
Tataplah
. . .
Tatap
dengan hati nuranimu
Tatap
sorot mata dengan jilatan apiku
Aku
telah marah padamu
Seorang
pria penipu !
Disaat
aku mulai belajar tentang rasa
Ternyata,
kau anggap itu tak makna
Bagimu,
itu semua permainan
Yang
mudah saja kau tinggal
Dimanakah
hati nuranimu !
Kamanakah
rasa kemanusiaanmu
Mengapa
kini hanya sikap kehewananmu
Yang
Nampak masih melekat