Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Tulisan ini lebih menitik beratkan pada perilaku penduduk kota yang peduli pada
kotanya, meskipun membangun prasarana dan sarana fisik juga sangat penting. Persoalan
yang muncul dengan perilaku terhadap bangunan fisik adalah kurang mampunya
orang-orang dalam menjaga bangunan fisik yang dibangun. Orang-orang kurang
mempunyai perilaku menjaga bangunan fisik karena berbagai alasan antara lain
malas, merasa tidak perlu melakukannya, malu, merasa tidak bertanggung jawab,
dan tidak tahu. Perilaku abai terhadap kota
ini terjadi karena mereka tidak mengetahui tentang bahayanya perilaku abai
tesebut.
Apa saja dampak perilaku abai terhadap kota yang ditinggali? Dampak
yang sangat jelas yaitu kota menjadi kumuh, kotor, dan tidak terurus. Orang-orang malas
untuk membersihkan rumahnya dan lingkungan sekelilingnya. Dampak selanjutnya
adalah kota
menjadi langganan banjir. Semua selokan dan sungai di kota menjadi tempat pembuangan sampah. Mungkin
saja semua bangunan yang ada menjadi runtuh gara-gara tidak pernah dirawat. Perilaku
abai tersebut, sayangnya menjadi perilaku yang sangat umum terjadi. Bahkan bila
ada orang yang mencoba membersihkan fasilitas publik di tengah orang-orang yang
abai tersebut, maka ia akan dicurigai dan dihina. Hal
ini antara lain menimpa warga Amerika yang membersihkan jalan-jalan di kota
Malang (Adhi, 2014). Beritanya sebenarnya biasa saja, namun komentar
orang-orang yang membaca berita itu selalu bernada negatif.
Apa saja yang sudah
dilakukan untuk membentuk rasa kepedulian pada kota yang sudah ditinggali? Cara
yang sudah ditempuh antara lain dosen memberi contoh kepada mahasiswa di kampus
untuk membersihkan fasilitas publik. Kampus menjadi semacam wahana belajar
mencintai dan menjaga fasilitas publik. Pelajaran ini telah dilakukan para
dosen di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, dengan melalui prorgam
pendidikan karakter IAYP (International
Award for Young People). Salah satu kegiatan IAYP tersebut adalah pelayanan
masyarakat, dan kegiatan tersebut dilakukan secara rutin selama 12-24 minggu
(untuk tingkat perunggu). Pada setiap minggu, mahasiswa peserta program IAYP
membersihkan fasilitas publik minimal 60 menit / minggu secara suka rela. Pendidikan
karakter berskala internasional ini sudah dilakukan oleh jutaan remaja usia
14-25 tahun di 140 negara. Orang-orang muda merasa bangga telah menjadi agen
pelopor perubahan.
Pelaksanaan
kegiatan pelayanan masyarakat dalam program IAYP di kampus Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta, adalah membersihkan fasilitas publik. Fasilitas
publik tersebut ialah jamban dan halaman kampus. Perilaku menjaga lingkungan
itu juga dilakukan dengan cara mengelola sampah-sampah non organik khususnya
kertas-kertas yang ada pada bagian administrasi kampus. Selain kertas-kertas,
jenis sampah lainnya yang dikumpulkan adalah bungkus kemasan berbagai produk
(makanan, minuman, detergen, dan sebagainya). Pada setiap pertemuan dengan
mahasiswa, dosen sering menagih mahasiswa untuk membawa kumpulan bungkus
berbagai produk dari rumah. Hal ini juga dilakukan pada para karyawan, yaitu
untuk membawa sampah bungkus berbagai produk.
Kepedulian terhadap
pengelolaan sampah ini dipicu oleh program sarapan dengan minuman bergizi
Energen, yang dikelola oleh Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta. Program tersebut juga menggandeng perajin sampah di desa Sukunan,
Sleman Yogyakarta. Hasil dari kerjasama tersebut ialah sampah-sampah mahasiswa,
karyawan dan dosen telah dirangkai secara kreatif menjadi tas dan dompet
cantik. Tas dan dompet cantik itu kemudian menjadi hadiah bagi mahasiswa dan
karyawan yang berprestasi.
Apa saja respon
orang-orang terhadap perilaku menjaga kebersihan kampus ini? Respon yang muncul
antara lain ejekan, hinaan, kekaguman tetapi tidak bersedia menirunya, tidak
peduli, dan merasa terancam. Sebagian pimpinan kampus justru merasa senang,
karena tidak perlu mengeluarkan biaya banyak namun kampus dapat terpelihara
dengan baik. Pimpinan yang lain justru merasa terancam karena mereka dianggap
tidak becus dalam mengelola kampus, namun tindakan yang diambil adalah tetap
tidak peduli pada kebersihan kampus. Para karyawan bagian kebersihan juga
merasa senang karena sebagian tugas-tugasnya telah dilakukan dengan baik oleh
peserta program IAYP. Juga timbul cemoohan bahwa dosen yang bersedia membersihkan
jamban kampus adalah sedang melakukan pencitraan demi predikat dosen teladan.
Respon-respon negatif
tersebut muncul karena mereka belum memahami nilai-nilai dasar dari pendidikan
karakter IAYP. Pendidikan karakter IAYP tersebut mendorong anak-anak muda untuk
berani melakukan kebaikan-kebaikan yang mana orang lain tidak peduli namun
mereka menuntut hasil yang prima dari perilaku tersebut. Jadi orang-orang pasti
menuntut fasilitas publik yang bersih, namun mereka enggan untuk
membersihkannya. Pada program IAYP ini anak-anak muda didorong untuk menjadi
pelopor bagi hal-hal yang baik.
Apa saja
dampak-dampak positif dari pendidikan karakter tersebut? Dampak positif yang
tercatat adalah mahasiswa peserta program IAYP yang pulang ke daerah
masing-masing, ternyata juga tetap melakukan kebaikan-kebaikan ini secara
rutin. Mereka membersihkan fasilitas publik yaitu pemakaman umum, jamban
asrama, dan masjid. Mahasiswa yang pulang ke daerahnya tersebut juga
mengajarkan kepada keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang lain tentang
pentingnya manjaga kebersihan lingkungan. Mereka menumbukan rasa kepedulian
yang tinggi pada masyarakat sekitar untuk melakukan hal-hal baik kepada kota
tempat tinggalnya.
Apa saja
pesan-pesan dari kegiatan kepedulian lingkungan melalui program pendidikan
karakter IAYP? Pesan yang sangat jelas yaitu bahwa kita tidak perlu malu
melakukan kebaikan, meskipun orang lain mencemoohkannya. Kebaikan yang
dilakukan dalam program ini adalah nyata yaitu membersihkan dan memelihara
fasilitas publik. Apabila semua generasi muda bersedia melakukan kepedulian
terhadap fasilitas publik, maka kota akan semakin terpelihara sehingga predikat
kota impian bukan sesuatu yang mustahil.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, S.A. (2014). Warga Amerika in datang ke Malang hanya
untuk bersihkan sampah. Tribunnews.com,
27 Februari. Retrieved from:
http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/27/warga-amerika-ini-datang-ke-malang-hanya-untuk-bersihkan-sampah
Republika
Online. (2012). Kota
ini dijual seharga Rp. 916 juta, berminat?. Retrieved on September 18, 2014 from:
http://www.republika.co.id/berita/senggang/unik/12/04/04/m1xwtb-kota-ini-dijual-seharga-rp-916-juta-berminat
SUGGESTED CITATION:
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji