Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

SATPAM DAN PENJUAL PULSA



SATPAM DAN PENJUAL PULSA

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Sambil olah raga pagi, seorang karyawan dari fakultas ilmu sosial sebuah universitas di Solo curhat pada saya tentang kawannya yang menjadi satpam. Setiap pagi, sang satpam tersebut mempunyai kebiasaan yang menarik yaitu mengisi daftar hadir kemudian ia ‘berburu’ mencari dosen-dosen yang belum membayar pulsa. Rupanya satpam itu mempunyai pekerjaan sambilan sebagai penjual pulsa, dan dosen-dosen yang diburu adalah pelanggan yang masih berhutang padanya. Karyawan yang curhat tadi mengeluh, karena pekerjaan sebagai penjual pulsa justru lebih diutamakan daripada pekerjaan sebagai satpam. Dekan dan kepala bagian SDM serta para dosen tidak pernah mengeluh tentang kinerja sang satpam, karena mereka semua adalah pelanggan pulsanya. Lelucon satire pada kasus satpam tersebut adalah seperti membeli kalender (berjualan pulsa) berhadiah mobil (menjadi satpam), bukannya membeli mobil berhadiah kalender.

Fenomena di atas menarik karena kita semua sering kali juga bingung, mana yang sebaiknya lebih diutamakan: pekerjaan yang mendatangkan keuntungan finansial tinggi namun sifatnya informal, atau pekerjaan yang sifatnya formal namun rendah gajinya. Pada dasarnya motivasi kita lebih digerakkan pada imbalan (reward) yang lebih besar daripada imbalan yang sedikit. Lebih banyak orang yang silau pada keuntungan finansial yang banyak dan sifatnya segera daripada keuntungan finansial yang sedikit, sifatnya cenderung tetap, dan lama mendapatkannya. Berdasarkan prinsip imbalan tersebut, maka masuk akal bila sang satpam datang ke tempat kerja hanya untuk berjualan pulsa.

Bijaksanakah perilaku sang satpam yang motivasi utamanya dalah mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat di sela-sela pekerjaan utamanya? Dari segi pengelolaan SDM pada oraganisasi mana pun, jelas perilaku satpam tersebut tidak elok. Sebenarnya apa saja pilihan yang dapat dilakukan bila seseorang menghadapi dilema seperti sang satpam itu? Pilihannya ada dua bila seseorang ingin mempertahankan dua pekerjaan itu sekaligus.

Pilihan pertama, adalah sama seperti yang dilakukan oleh satpam tersebut yang lebih mengutamakan jualan pulsa daripada menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai satpam. Konsekuensi dari pilihan itu ialah individu akan mendapat stigma dari rekan-rekan kerja sebagai orang yang diperbudak oleh uang. Stigma seperti itu menunjukkan bahwa ia kurang disukai oleh teman-teman kerja. Konsekuensi selanjutnya adalah bila ada risiko pekerjaan yang serius, misalnya ada kendaraan yang hilang di tempat parkir, maka satpam tersebut mungkin menjadi sasaran bagi teman-temannya. Ia akan disalah-salahkan karena dianggap bekerja dengan tidak semestinya.

Pilihan kedua adalah lebih mengutamakan tugas-tugasnya sebagai satpam, dan akan menagih para pelanggannya di sela-sela tugasnya atau di luar jam kantor. Konsekuensi dari pilihan ini adalah para pelanggan akan merasa tidak nyaman. Pelanggan akan merasa seperti dikejar-kejar oleh debt collector atau penagih hutang. Konsekuensi kedua, individu dipersepsikan rekan-rekan kerjanya sebagai orang yang korupsi waktu. Konsekuensi ketiga, penghasilannya menjadi berkurang karena tidak ditagih hutangnya. Bahkan ada pelanggan lupa akan hutangnya.

Mana yang sebaiknya dipilih? Tulisan ini akan memberikan ide bahwa masih ada pilihan ketiga. Pilihan ini inspiratif karena menggabungkan antara interaksi sosial yang simpatik sekaligus untuk mengingatkan pelanggan akan hutang yang masih ditanggungnya. Strategi itu adalah mengirimkan pesan atau sms yang berisi kata-kata mutiara, sambil mengingatkan penerima sms akan hutangnya. Kata-kata mutiara itu hendaknya berganti-ganti setiap hari. Kata-kata mutiara itu sangat mudah diperoleh di media massa maupun dunia maya.

Selain itu, sms yang dikirimkan juga bisa berisi ucapan selamat ulang tahun tepat pada tanggal penerima sms itu berulang tahun. Sms ulang tahun itu bisa dikirim tanpa ada peringatan tentang hutang pembayaran pulsa. Konsekuensi dari pilihan inspiratif ini adalah individu dipersepsikan sebagai orang yang luas pergaulannya, mudah berkawan, tidak diperbudak oleh uang, dan simpatik. Selain itu individu juga dipersepsikan sebagai orang yang gigih, karena mendapatkan informasi personal seperti hari ulang tahun, ulang tahun perkawinan, atau peristiwa-peristiwa istimewa lainnya ternyata tidak mudah diperoleh. Untuk lingkungan perguruan tinggi, informasi seperti itu sebenarnya bisa diperoleh yaitu melalui bagian keuangan, atau bagian SDM.

Contoh SMS kreatif untuk ‘menagih pulsa’ antara lain:

  • Selamat pagi ibu / bapak, hari ini adalah ulang tahun ibu/bapak. Saya sebagai satpam di universitas XYZ, mengucapkan selamat berulang tahun, semoga ibu/bapak selalu sehat, enteng rejeki, dan sering menemukan kebetulan yang sifatnya menyenangkan. Salam hormat, dari ABC.

  • Jangan lupa teman, besok pagi tugas kuliah dari bu dosen KLM harus dikumpulkan. Tugas itu berupa esay, maksimum 2 halaman, Arial 12, 1 spasi. Warna sampul oranye. Jangan sampai telat kumpulkan tugas ya, termasuk membayar tagihan pulsa dari aku. Temanmu, DEF.

  • Sekedar info saja, nanti malam ada tayangan favorit Kick Andy di Metro TV, jam 21.00. Tayangan Kick Andy sangat inspiratif dan memperkuat semangat perjuanganan kita semua untuk membuat keadaan sekeliling menjadi lebih baik serta lebih bermartabat. Ingatlah, PDI saja butuh Perjuangan, apalagi menagih pulsa. Salam hangat, dari temanmu NOP.

Apa pelajaran yang bisa dipetik dari kasus di atas? Perilaku kita hendaknya tidak sedemikian mudahnya dimotivasi oleh keberadaan uang. Uang memang penting dalam kehidupan ini, namun uang bukanlah segala-galanya. Semakin kita mengejar uang, maka semakin rendahlah nilai-nilai kemanusiaan kita.

Post a Comment

0 Comments