JAVA
SUMMER CAMP 2014 : PENGALAMAN SPEKTAKULER
Sulfi Amalia
Fakultas Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Java Summer Camp (JSC) kini digelar kembali. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sleman menggelar acara JSC kali ini di tempat yang berbeda. JSC merupakan suatu kegiatan perkemahan sebagai ajang strategis untuk meningkatkan
kohesivitas antar budaya untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang
damai dan harmonis. Selain itu, JSC bertujuan untuk menciptakan perdamaian
dunia. Hal ini disebabkan karena peserta
JSC bukan hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga ada yang dari mancanegara.
Seperti pengalaman saya saat mengikuti JSC 2014, yang dilaksanakan pada tanggal
12-14 September 2014.
Pada acara JSC kali ini, banyak
sekali peserta JSC yang dari mancanegara. Diantaranya ada yang dari Jepang,
Madagaskar, dan Tanzania. Peserta yang dari Tanzania merupakan peserta
mancanegara dengan peserta terbanyak. Ada 9 orang peserta asal Tanzania. Salah
satu nama yang saya tau adalah Ali. Ali merupakan salah satu peserta dari
Tanzania yang bisa berbahasa Inggris dan bahasa Jawa, sehingga dia adalah
peserta dari Tanzania yang paling cepat beradaptasi dengan peserta lain yang
berasal dari bahasa Indonesia.
Selain Ali, ada juga peserta
mancanegara yang sangat cepat dan mudah beradaptasi dengan peserta dari
Indonesia. Dia adalah Saki. Saki merupakan peserta dari Jepang. Dia adalah
seorang gadis yang anggun dan ramah sekali terhadap sesama. Dia baru tujuh
bulan tinggal di daerah Yogyakarta, dan mengambil konsentrasi bahasa Indonesia
di Universitas Sanata Darma. Oleh karena itu, dia bisa berbahasa Indonesia dan
hal tersebut sangat memudahkannya mendapat teman baru dalam kegiatan JSC 2014
ini.
Mengawali kegiatan JSC 2014,
acara pembukaan pun tentu menjadi hal pertama yang harus dilakukan. Pesrta JSC
yang berjumlah 150 orang itu diberangkatkan dari Kantor Dinas Bupati Sleman.
Setelah pembukaan itu, peserta JSC pun segera diluncurkan ke tempat perkemahan,
yaitu di Desa Wisata Pentingsari atau biasa disebut Dewi Peri.
Dewi Peri merupakan salah
satu daerah wisata yang teretak di daerah Umbulharjo Cangkringan Sleman, Kota
Yogyakarta. Banyak sekali tempat-tempat wisata yang ada di dalamnya. Oleh
karena itu, tak heran jika banyak orang asing yang tertarik untuk berkunjung ke
tempat wisata Dewi Peri. Tempatnya yang bersih, luas, dan ditata dengan
berbagai kebudayaan Yogyakarta, membuat hati pengunjung merasa nyaman dan
kerasan berada di tempat tersebut.
Kesan pertama saya mengikuti
kegiatan JSC 2014 di Dewi Peri ini sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, saya
hanya seorang diri dan tidak ada teman sekampus yang mengikuti kegiatan
tersebut. Sedangkan peserta JSC yang lain banyak yang berbondong-bondong dengan
teman sekampus untuk mengikuti JSC 2014. Jadi, saya merasa sangat terasingkan,
karena pada saat itu, saya masih belum mempunyai teman bicara, teman bercanda,
dan teman untuk bersuka ria mengikuti JSC 2014. Tidak hanya itu, lebih
parahnya, saya sulit mencari teman untuk dimintai bantuan memotret saya pada
saat kegiatan untuk didokumentasikan dalam petualangan IAYP yang sedang saya
jalani. Bertambahlah derita saya mengikuti JSC karena saya tidak memiliki
kamera untuk mengabadikan moment-moment terindah dalam serangkaian kegiatan
JSC. Sungguh, saat itu, saya benar-benar merasa menjadi orang yang sangat
terasingkan.
Setelah lama saya berusaha
mencari teman yang bisa membantu saya mendokumentasikan kegiatan JSC ini,
akhirnya sayapun menemukan teman tersebut. Dia adalah Saki, teman satu tenda
Srikandi yang berasal dari Jepang. Dia berkenan membantu saya, sehingga untuk
memudahkan pengiriman foto tersebut, saya bertukar nomor handphone agar bisa tetap
terus berkomunikasi. Saya sudah mulai merasa tenang dengan dokumentasi foto
tersebut.
Pada saat pembentukan
kelompok, perasaan terasingkan pun semakin mulai berkurang, berkurang, dan
terus berkurang. Hingga pada akhirnya saya menemukan kelompok saya, yaitu
Kelompok Kera. Saya sangat bersyukur, karena peserta yang tergabung dalam
kelompok kera sangat baik dan membuat saya merasa tidak menjadi orang yang
terasingkan lagi. Berbagai kegiatan outbond kami lalui dengan penuh kekompakan.
Hingga pada saat ada kegiatan “cooking
class”, kami meraih juara tiga. Cooking
class merupakan salah satu kegiatan JSC 2014 yang menantang para peserta
memasak di rumah warga yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Jadi, cooking class ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk melatih peserta untuk bagaimana berinteraksi dengan orang baru yang
sebelmunya tidak pernah kenal.
Hal yang serupa, kekompakan
kelompok kera pun juga terlihat pada saat kegiatan “Village Tour” atau Jelajah Desa. Pada kegiatan ini, kami
bersama-sama berusaha mengunjungi paling sedikit lima pos dan mengumpulkan
stiker dari masing pos-pos yang telah dikunjungi. Kegiatan ini adalah kegiatan
yang melelahkan, tapi tetap menyenangkan. Dikatakan melelahkan karena kami
harus menemukan pos yang-pos yang tidak pernah kami tau sebelumnya. Jadi, kami
harus jalan jauh berkeliling dan bertanya-tanya pada penduduk setempat.
Dikatakan menyenangkan karena adanya kebersamaan dalam kelompok kera. Padahal,
kami berasal dari kampus yang berbeda, tetapi kekompakan kami pun sudah seperti
orang yang sudah lama kenal. Alhasil, kelompok kera berhasil mengunjungi tujuh
pos.
Adapun pos-pos yang berhasil
dikunjungi adalah pos pengolahan susu kambing, pos pengolahan susu kambing, pos
pengolahan keripik jamur, pos salak pondoh, pos tanaman herbal, dan pos wayang
suket. Menurut saya, pos yang paling berkesan adalah ketika kami berkunjung ke
pos wayang suket. Di pos tersebut, kami diajarkan bagaimana cara membuat wayang
suket dari rumput mendong.
Acara yang tak kalah
pentingnya untuk diingat adalah pentas seni. Pentas seni diselenggarakan dua
kali pada tempat yang berbeda. Pentas Seni I pada malam pertama kami menginap,
bertempat di lapangan sebelah tenda putri yang diberi nama “SRIKANDI”. Pada
malam itu, ditampilkan Tari Gareng Ngamuk dan Sendratari “Labuhan Merapi”.
Sedangkan Pentas Seni II dilaksanakan pada malam kedua, betempat di lapangan
depan tenda putra yang diberi nama “ARJUNA”. Pada pentas tersebut, ditampilkan
Tari Dayakan, dan beberapa penampilan-penampilan dari masing-masing kelompok.
Kelompok kera menampilkan musikalisasi puisi yang dikolaborasikan dengan
nyanyia daerah Jawa, yaitu Padang Wulan. Usai Pentas Seni II, dilanjutkan
dengan Camp Fire dan pelepasan
lampion. Sungguh sangat spektakuler acara malam itu.
Di hari terakhir, setelah
kami check out dan berpamitan pulang
dari Dewi Peri, kami pun melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata lainnya.
Adapaun yang kami kunjungi adalah Volcano
Tour, Merapi Volcano Museum, Domes (Teletubbies Home), Home Industry (Slondok/Ampyang), Kedulan Temple, dan Kalasan Temple. Kalasan Temple merupakan destinasi
terakhir dari acara JSC 2014, sehingga panitia melakukan Upacara Penutupan di
candi tersebut. Setelah penutupan, kami pun saling berjabat satu sama lain,
berharap tahun yang akan datang akan dapat bertemu kembali pada JSC 2016 nanti.
Kesan terakhir saya adalah
saya sangat senang bisa bertemu dengan teman-teman yang hebat pada JSC 2014
ini. Ternyata, walaupun saya hanya seorang diri yang berasal dari kampus UP45,
tidak membuat saya putus asa untuk berhenti menjalin persaudaraan dengan teman
lain. Rasa terasingkan yang saya alami, membuat saya untuk tetap terus berusaha
beradaptasi dengan orang baru agar kita bisa senang dan nyaman berada di suatu
tempat dimana orang lain pun banyak yang berada di tempat tersebut.
JSC 2014 ini merupakan
pengalaman yang luar biasa. Acara tersebut juga merupakan acara yang
spektakuler, karena pada acara ini, saya dapat menambah pengetahuan mengenai
kebudayaan Yogyakarta. Tentunya tidak hanya pengalaman saja yang baru, tapi
teman pun juga baru. Terima kasih untuk semua teman dan seluruh panitia yang
telah bekerja sama dalam mensukseskan acara ini. Semoga kita dapat berjumpa
kembali di Next Java Summer Camp J.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji