Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

HARI PERTAMA DARI LIMA HARI ROADSHOW SOSIALISASI PERATURAN KAL. SARDONOHARJO NO. 3 JUNI TAHUN 2024

 

PENYEBAB WARGA MEMBAKAR SAMPAH DI DUSUN CANDI WINANGUN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN YOGYAKARTA

Arundati Shinta

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


Sosialisasi hari pertama pengelolaan sampah yang ramah lingkungan sesuai peraturan Kal. Sardonoharjo No. 3 Juni tahun 2024, dilaksanakan di Dusun Candi Winangun RW 11, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta, pada Senin 21 Oktober 2024, pukul 1930-2100 WIB. Peserta yang hadir adalah para ibu dari dusun tersebut. Ceramah berlangsung seru, karena topik yang dibahas sangat erat dengan kehidupan sehari-hari yakni tentang pengelolaan sampah skala rumah tangga dan komunitas.  

 

Idealnya, pengelolaan sampah dilakukan secara ramah lingkungan. Contoh kegiatan adalah pembuatan kompos dari sampah dapur. Kenyataan yang ada, sampah di dusun tersebut dikelola secara tidak ramah lingkungan dan membahayakan kesehatan. Kegiatan yang hampir selalu dilakukan selama ini adalah pembakaran sampah. Sampah yang dibakar jenisnya organik dan anorganik (plastik, kertas). Para warga sama sekali tidak menyadari bahwa asap pembakaran sampah plastik mengandung senyawa kimia dioksin atau zat yang bisa digunakan sebagai herbisida (racun tumbuhan), dan  gas beracun berbahaya yang pernah digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang Dunia pertama.

Mengapa warga dusun membakar sampahnya? Ini terjadi karena beberapa alasan.

  1. Warga tidak mengetahui cara mengelola sampahnya. Sampah dianggap sebagai sisa barang yang tidak berharga sehingga harus dibuang / dimusnahkan saja.  
  2. Warga tidak mengetahui cara mengolah sampahnya secara ramah lingkungan. Contoh kegiatan pengolahan sampah organik (misalnya sampah dapur) yang ramah lingkungan adalah membuat kompos. Kompos dipersepsikan sebagai suatu hal yang asing dan tidak penting.
  3. Warga membakar sampah karena kegiatan itu yang ‘diajarkan’ generasi pendahulunya. Membakar sampah memang lebih mudah daripada membuat kompos, dianggap lebih praktis dan hasilnya instan (volume sampah menjadi kecil bahkan musnah). Sayangnya, hal itu juga ‘diperlihatkan’ oleh para pemimpin warga. Dampaknya adalah warga desa menirunya.
  4. Sangat sedikit warga yang berlengganan dengan petugas pengambil sampah. Ini mungkin terjadi karena sampah yang diproduksinya dianggap terlalu sedikit, dan juga karena faktor biaya. Biaya yang harus dikeluarkan untuk petugas sampah setiap bulannya, lebih baik digunakan untuk keperluan lainnya.
  5. Di dusun Candi Winangun belum ada bank sampah. Warga kurang memahami konsep bank sampah, sebaliknya konsep yang diketahui adalah tukang rosok yang sering berkeliling. Tukang rosok itu tidak bisa menerima semua jenis plastik, sehingga plastik yang tidak laku akan dibakar saja oleh warga.

Ketika ceramah berlangsung, ternyata ditemukan hal menarik. Pengetahuan tentang pembuatan kompos warga Candi Winangun RW 11 sejatinya tidak nol sama sekali, karena masih ada satu ibu yang membuat kompos. Kegiatan tersebut dilakukan secara kurang terarah, sehingga hasilnya kurang sesuai dengan harapan. Kegiatan pembuatan kompos itu juga dilakukan secara tidak teratur.

 Rekomendasi yang bisa diberikan kepada pemerintah Dusun Candi Candi Winangun adalah:

  1. Untuk pengelolaan sampah dapur, hendaknya perlu diadakan pelatihan pembuatan kompos skala rumah tangga. Ini sifatnya mendesak, karena sifat sampah dapur adalah bentuknya menjijikkan. Bila tercampur dengan plastik maka akan menimbulkan aroma busuk.
  2. Untuk pengeloaan sampah kebun, hendaknya perlu diadakan pelatihan pembangunan teba modern, seperti yang diterapkan di berbagai perkampungan di Bali. Ini karena halaman warga masih relatif luas dan banyak pepohonan.
  3. Untuk pengelolaan sampah anorganik seperti plastik dan kertas, hendaknya perlu dibangun sebuah bank sampah tingkat RT atau RW. Warga perlu dibangun kesadarannya bahwa sampah ternyata bisa memberikan berkah.

 


 


 

 

 

 

 

 

Post a Comment

0 Comments