OPTIMALIZING HUMAN STRENGTH FOR PRODUCTIVITY AND
WELL-BEING
Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Mengoptimalkan kekuatan manusia untuk
mendapatkan keunggulan produktivitas dan kesehatan mental. Mengoptimalkan
kekuatan tersebut ternyata bukan urusan yang gampang. Hal ini karena individu
harus mampu memusatkan perhatian pada banyak hal, dan juga selalu menggali
potensi yang terpendam. Selama proses optimalisasi tersebut ternyata selalu muncul
hambatan-hambatan yang sangat menyebalkan. Hambatan tersebut antara lain:
- Komentar negatif, ejekan, dan hujatan dari orang lain (termasuk dari pemimpin) yang kurang mampu memahami pentingnya proses perubahan. Hal ini karena orang lebih suka dengan keadaan yang stagnan, statis. Itu adalah zona nyaman, yang mana semua orang tidak saling mengancam. Padahal sebenarnya perubahan adalah suatu hal yang tidak terelakkan.
- Pimpinan dan anggota tidak mempunyai kepedulian yang tinggi pada eksistensi lembaga. Situasi ini tentu saja akan menyebabkan umur organisasi menjadi pendek. Ibaratnya keberadaan pimpinan dan anggota hanya sekedar untuk status di masyarakat saja. Perilaku pemimpin dan anggota dalam situasi sehari-hari adalah korupsi, baik waktu dan uang.
- Pemimpin yang berperilaku tidak arif, yaitu menjadi sang penguasa, yang mana semua perilakunya tidak mencerminkan keluhuran budi sama sekali. Ia hanya menginginkan kekuasaan semata tanpa ada hasil yang membanggakan. Ia adalah pemimpin yang bisanya hanya omong besar, tanpa rasa percaya diri sedikit pun. Rasa tidak percaya diri itu ditampakkan dengan cara menjiplak peraturan organisasi lain sebagai dasar pembentukan peraturan bagi organisasi yang dipimpinnya. Peraturan jiplakan itu dipaksakan untuk diterapkan pada semua anggota organisasi.
Apabila disusun
suatu daftar, maka mungkin masih banyak ‘penyakit’ lainnya yang ada dalam suatu
organisasi. Penyakit tersebut menghinggapi baik pemimpin maupun anggota.
Dampaknya adalah keberadaan organisasi tinggal menghitung hari saja. Untuk
mengobati dan mencegah berbagai penyakit dalam organisasi tersebut, maka
diadakanlah seminar tingkat ASEAN yang diadakan oleh Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, pada 19-20 Februari 2016.
Tulisan ini adalah laporan saya dalam
pelaksanaan program IAYP (International Award for Young People), untuk level
perak. Untuk level perunggu, saya sudah lulus pada Januari 2015 yang lalu.
Kegiatan mengikuti seminar sesuai untuk kegiatan petualangan level perak yaitu
dilakukan selama 3 hari 2 malam, dan dilaksanakan di luar kota. Apa saja
kisah-kisah dan persiapan saya dalam melakukan petualangan itu?
Judul tulisan (penelitian pustaka)
saya adalah: Optimalisasi kinerja karyawan dengan karaktersitik pasif-agresif.
Tulisan itu pada dasarnya adalah kegelisahan saya karena menghadapi rekan kerja
yang pemalas. Pada November 2015, saya mencari-cari
informasi tentang rekan kerja pemalas tersebut. Selanjutnya saya menemukan informasi
bahwa perilaku teman kerja pemalas tersebut adalah pasif-agresif. Mulailah saya mengamati lebih serius perilaku teman
kerja tersebut. Saya baca-baca terus jurnal-jurnal yang relevan. Beruntunglah pada pertengahan Januari 2016 saya mendapat
informasi tentang Seminar ASEAN di Malang. Saya
berjuang keras membuat abstrak tulisan dan langsung saya kirimkan. Gusti Allah
sungguh pengasih, abstrak saya diterima, namun dalam jangka waktu satu minggu
saya harus mengirimkan full papernya. Akhirnya tidak hanya full apper dalam
bahasa Indonesia yang saya kirimkan, namun juga full paper dalam bahasa Inggris
berhasil saya kirimkan. Kesuksesan ini tidak terlepas dari bantuan rekan kerja
Wahyu Widiantoro yang membuatkan gambar bagan, dan juga Pak Basuki yang
mengedit tulisan bahasa Inggris. Semua selesai dalam jangka waktu ayng telah ditentukan
panitia. Akhirnya hari yang ditunggu tiba.
Hari pertama petualangan yaitu Kamis
19 Februari 2016, saya masih ebrjuang membuat power point dalam bahasa Inggris.
Semua selsai tepat pukul 18.00. Pukul 19.30 saya berangkat ke Stasiun Tugu, dan
pukul 20.45, kereta api Malioboro berangkat ke Malang. Di dalam kereta, udara
sangat dingin. Ternyata diantara penumpang, itu banyak mahasiswa S3 Fakultas
Psikologi UGM yang juga mengikuti Seminar ASEAN tersebut.
Hari kedua petualangan yaitu Jumat 20
Februari 2016. Kami sampai di Stasiun Malang pukul 4
pagi dini hari. Beruntunglah suami sedang ada tugas di Malang, sehingga bisa
dijemput. Kami tinggal di Tlogomas Guest House,
Jl. Tlogo Mas no. 246 Malang, kamar nomo
206. Jadwal presentasi saya pukul 13.00, namun saya mempersiapkan diri dengan
teliti. Suami membantu menyempurnakan power
point. Semua beres, termasuk kostum untuk tampil keren. Celana baru sudah
disiapkan, termasuk asesorinya. Pada saat tampil, ada beberapa respon yang
muncul, untunglah saya bisa menjawabnya dengan baik. Pukul 15.00 dijemput dan
kami lengsung pergi ke Museum TNI. Banyak benda bersejarah, namun situasinya
menyedihkan karena benda-benda itu kurang terawat. Pada malam hari, teman
sejawat dari UIN Malang datang berkunjung, yaitu Ibu Dr. Siti Mahmudah.
Senangnya, bertemu kembali.
Hari ketiga petualangan yaitu Sabtu,
21 Februari 2016. Subuh, kami sudah bangun dan terus mengetik kisah ini dan
juga menyelesaikan pekerjaan kantor yang terbengkalai. Saya benar-benar ingin
mengubah diri dengan terus sibuk, mengurangi frekuensi menung-menung. Pukul
10.00 kami berangkat menuju Museum Bagong, yaitu museum yang menjelaskan
tentang bagian-bagian tubuh manusia. Benar-benar museum yang keren dan
menakjubkan. Ada tubuh manusia yang benar-benar diawetkan dan menjadi bahan
pelajaran mahasiswa kedokteran. Harganya sangat mahal, tidak terjangkau, dan
prosedur pengadaannya sangat rumit. Harus
ada ijin dari IDI (ikatan Dokter Indonesia). Museum itu hanya satu-satunya di
Indonesia. Pukul 20.15, kami pulang ke Yogya dengan menumpang kereta Malioboro
Ekspress lagi. Dalam satu kereta kami bertemu dnegan
mahasiswa S3 Psikologi UGM lagi. Teringat masa lampau saya.
Berikut adalah abstrak yang saya
kiriman ke SEAN Seminar tersebut:
OPTIMALISASI KINERJA KARYAWAN DENGAN
KARAKTERISTIK PASIF-AGRESIF
Arundati
Shinta, Eny Rohyati, Wahyu Widiantoro & Dewi Handayani
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
arundatishinta@yahoo.com
Pasif-agresif
adalah mekanisme pertahanan diri seseorang ketika ia harus menghadapi orang
yang lebih berkuasa (superior) dan tidak disukainya. Ia tidak berani
mengungkapkan rasa tidak sukanyanya secara langsung. Bila hal itu terjadi dalam
organisasi, maka ia adalah karyawan yang pada permulaannya setuju melakukan
suatu tugas, namun pada akhirnya tugas itu tidak dilaksanakannya. Ia pasif
karena ia tidak berterus-terang tentang penolakannya. Ia juga agresif karena ia
merasa harus mengeluarkan emosi marahnya. Ia
membalas dendam kepada pimpinannya dengan cara menelantarkan tugas-tugas yang
harus diselesaikannya. Ia mengemukakan alasan yang terdengar masuk akal, untuk
menutupi penundaan tugas tersebut. Pimpinan tidak memecat karyawan tersebut
karena karyawan pada mulanya selalu memperlihatkan niat baik yaitu bersedia
melakukan tugas. Cara untuk mengatasinya yaitu pertama, pemimpin harus waspada
bahwa ia telah berhadapan dengan karyawan manja sehingga ia tidak boleh
terjebak dalam permainan pasif-agresif. Kedua, pemimpin secara asertif
mengemukakan tentang dampak perilaku pasif-agresif terhadap kerugian
organisasi. Ketiga, pemimpin hendaknya introspeksi sebab mungkin saja pemimpin
juga berperilaku pasif-agresif sehingga karyawan hanya menirunya. Situasi ini lazim dalam organisasi yang juga mengalami
pasif-agresif, sehingga karyawan merasa tidak bersalah.
Kata kunci:
pasif-agresif, pemecahan tugas, introspeksi, komunikasi.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji