PEMULIAAN SAMPAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Arundati Shinta, Wahyu Widiantoro, dan Sri Mulyani
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Sampah adalah sampah atau barang yang sudah tidak berguna lagi. Bila tidak
berguna lagi, maka sampah harus
dimusnahkan. Hal ini karena sampah yang tidak dimusnahkan berarti akan
membebani lingkungan. Lingkungan menjadi terlalu banyak barang yang tidak
terpakai. Jelaslah, kesehatan mental menjadi taruhannya. Cobalah bayangkan bila
kita hidup dalam rumah yang mana dalam rumah tersebut banyak barang yang tidak
terpakai. Kita akan menjadi penghuni rumah yang akan diperbudak oleh
barang-barang yang tidak berguna. Itulah persepsi dari banyak orang, bahwa sampah adalah barang yang harus
dimusnahkan.
Apakah benar sampah
adalah barang yang harus dimusnahkan? Apakah tidak bisa sampah didaur ulang menjadi barang yang berharga? Pandangan baru,
sampah hendaknya bisa diubah menjadi emas. Ini adalah kegiatan pemuliaan
sampah. Pemuliaan sampah berarti
mendaur ulang sampah menjadi barang-barang
yang berdaya jual tinggi. Bahkan kini kecenderungan barang-barang ekspor harus
memperhatikan masalah sampah ini,
sehingga barang-barangnya harus diberi label eco-labeling. Eco-labeling
berarti proses produksinya ramah lingkungan, dan limbahnya tidak mengotori
lingkungan atau bahkan tidak ada limbah sama sekali (zero waste).
Pemuliaan sampah itu, sayangnya, jarang dipikirkan
orang, meskipun pengerjaannya sebetulnya sederhana. Konsep pemuliaan sampah mengandung perilaku-perilaku
unggul seperti tekun, kreatif, dan adanya keinginan untuk memberi nilai tambah
pada barang-barang yang diciptakan. Pengerjaan pemuliaan sampah dalam kehidupan sehari-hari, dilakukan dengan cara
memilah-milah sampah berdasarkan
jenisnya. Kegiatan ini sangat gampang tetapi menjengkelkan, menghabiskan waktu,
dan tidak bergengsi.
Sebagai contoh
adalah kantung plastik putih bening yang baru saja digunakan untuk membungkus sambal.
Akan sangat mudah bila kantung yang masih kotor itu kemudian langsung dibuang
di tempat sampah. Kegiatan pemuliaan sampah, sebaliknya, justru mendorong
orang-orang untuk mencuci kantung plastik itu sampai bersih dan tidak berbau. Langkah
berikutnya adalah, menjemur kantung plastik itu sampai kering, mencampurkan
dengan plastik-plastik lainnya yang sama warnanya, menyimpannya sampai jumlahnya
banyak, dan menyetorkan pada Bank
Sampah. Bank Sampah selanjutnya akan mendaur ulang dalam skala besar untuk
daerah yang lebih luas.
Mengapa kegiatan
pemuliaan sampah penting bagi lingkungan sehari? Pemuliaan sampah penting karena ternyata tidak semua sampah bisa musnah. Plastik
yang kita pakai sehari-hari, ternyata membutuhkan waktu sampai puluhan tahun
untuk terurai di tanah. Padahal setiap manusia ternyata mengkonsumsi plastik sangat
banyak. Bila perilaku mengkonsumsi plastik ini tidak segera diatasi maka dunia
ini akan dipenuhi oleh sampah plastik. Apakah pemusnahan plastik bisa dilakukan
dengan cara dibakar? Plastik yang dibakar akan menghasilkan gas metana yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, sehingga membakar sampah hendaknya dihindarkan.
Kesadaran tentang
pemuliaan sampah ini harus dibangun
mulai dari tingkat keluarga. Keluarga yang gigih memuliakan sampah akan menularkan kepada tetangganya
dengan cara-cara sederhana. Tetangga-tetangga yang sudah mampu memuliakan sampah, mungkin saja akan membentuk
suatu Bank Sampah yang dikelola oleh
warga sendiri. Cara-cara sederhana semacam ini ternyata dapat menjadi bekal
bagi perlombaan kampung hijau yang dimotori oleh propinsi atau perusahaan yang
peduli mellaui program CSR (Corporate Social
Responsibility).
Pemuliaan sampah
dalam kehidupan sehari-hari ini adalah topik siaran di RRI yang ke-149, dan terlaksana pada 23 Maret 2016, pukul 20.15-21.00.
Siaran ini dapat berlangsung berkat adanya kerjasama antara RRI dengan Fakultas Psikologi UP45. Nama program siaran ini adalah Forum
Dialog, dan dilakukan secara interaktif. Narasumber siaran kali ini adalah
Bapak FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi. (dosen Fak. Psikologi UP45), Ibu Norita
(marketing UP45), Ibu Rini (pelaku sedekah sampah dari Kab. Bantul), dan Sri
Mulyani (mahasiswa Psikologi UP45). Siaran di RRI ini juga ada hal yang menarik yaitu quiz. Pemenang quiz kali
ini adalah Ibu Suwartini, alamatnya Jalan Ngabeanwetan Gang Lawu No. 24 Sinduarjo
Ngaglik Sleman, Yogyakarta.
Mengapa siaran kali
ini melibatkan mahasiswa Sri Mulyani? Ia adalah mahasiswa yang akan mendapatkan
gelar pelopor kegiatan pemuliaan sampah
tingkat universitas. Kegiatannya sebagai nasabah paling rajin di Bank Sampah Kauman Yogyakarta dan
mengajak teman serta tetangganya untuk juga memuliakan sampah adalah kiatnya untuk menaikkan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya mengelola sampah diri sendiri. Prinsip Sri Mulyani adalah segala
perubahan ke arah yang lebih baik – seperti memuliakan sampah - memang sulit,
tetapi bukan tidak mungkin. Segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri
terlebih dahulu.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji