MENGAJAK
ANAK-ANAK UNTUK PEDULI PADA LINGKUNGAN SEKITAR
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Salah satu kegiatan penting untuk menyambut periode
akreditasi Prodi Psikologi UP45 yang habis masa berlakunya pada Agustus 2019
adalah mendatangkan tamu dari luar UP45. Kali ini tamu yang bersedia mengisi
acara adalah Dr. Ami Aminah Meutia. Ibu Ami ini mengelola proyek Water
Culture di Jepang lebih dari lima tahun. Bidang risetnya adalah Pengolahan
Air Limbah/Tercemar dengan Lahan Basah. Proyek dan risetnya sesuai dengan ilmu
yang digelutinya yaitu Teknik Lingkungan sampai jenjang S2 dan S3 di
Universitas Waseda Jepang. Pertemuan dengan tamu yang luar biasa ini
berlangsung dengan meriah, pada 15 September 2016.
Satu hal menarik dari Ibu Ami ini adalah minatnya yang luar
biasa besar terhadap konservasi air dan sungai. Menurut beliau, perilaku
menjaga air hendaknya diperkenalkan semenjak kanak-kanak. Mengapa anak-anak?
Mengapa bukan orang dewasa saja yang diperkenalkan perilaku peduli pada
lingkungan? Hal ini karena periode kanak-kanak adalah masa emas pembentukan
sikap, perilaku dan berbagai nilai. Sikap, perilaku dan nilai-nilai yang
diperoleh pada masa kanak-anak dengan mencoba dan mengalami berbagai hal akan
selalu diingat sehingga berdampak pada masa dewasa (Samuelsson & Kaga,
2008). Ketika anak-anak merasa bahagia berenang di sungai yang jernih di dekat
rumahnya, maka ia kelak akan merindukan hal yang sama untuk anak-anaknya.
Pendidikan lingkungan hidup pada anak-anak juga penting karena anak-anak akan
meneruskan segala sesuatu yang diperolehnya di sekolah pada orangtua dan orang
dewasa lainnya di dalam keluarganya (Damerell, Howe & Milner-Gulland,
2011). Di samping itu, melibatkan anak-anak dalam pendidikan lingkungan hidup
karena mereka adalah masa depan kita. Anak-anak itulah yang akan memimpin kita.
Oleh karena itu, anak-anak harus dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan
cinta lingkungan.
Kalau anak-anak memang hendak diperkenalkan pada perilaku
peduli lingkungan sekitar, bagaimana caranya? Tema peduli pada lingkungan
sekitar adalah tema yang abstrak. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan
gambar dan dongeng. Ibu Ami telah membuat cerita dan putrinya yang membuat
gambar. Ceritanya tentang seorang anak kecil perempuan yang bermimpi bertemu
dengan buaya di suatu sungai di Jawa Barat. Selain buaya, anak perempuan itu
juga bertemu dengan dua serangga lainnya yaitu capung dan kunang-kunang. Anak
perempuan dan buaya serta serangga itu berusaha membersihkan sungai. Dongeng
itu kemudian dikemas dalam serangkaian gambar-gambar yang menarik karena diberi
warna yang terang.
Mengapa dongeng itu melibatkan buaya, kunang-kunang dan
capung? Buaya diyakini oleh masyarakat sebagai simbol penjaga kehidupan, khususnya
air atau sungai. Orang-orang yang hidup di pinggir sungai biasanya takut dengan
buaya, sehingga enggan untuk pergi ke pinggir sungai termasuk untuk membuang
sampah. Dampaknya kebersihan dan kejernihan sungai menjadi terjaga.
Kunang-kunang dan capung juga dilibatkan dalam dongeng dari Ibu Ami tersebut,
karena dua serangga itu adalah penanda bahwa air sungai jernih. Bila dua
serangga itu tidak ada, maka air sungai kotor.
Dongeng dari Ibu Ami tersebut memang sederhana, karena
dongeng itu segmennya adalah anak-anak PAUD (sekitar 3-4 tahun). Pendekatan
dengan metode dongeng ini memang sering dilakukan oleh guru PAUD, namun temanya
lebih sering tentang cerita rakyat dan keagamaan. Dongeng tentang lingkungan
hidup khususnya konservasi air, sangat jarang terdengar. Oleh karena itu
prakarsa ibu Ami sangat berguna bagi para guru PAUD. Sangat kebetulan,
mayoritas mahasiswa Prodi Psikologi UP45 juga berprofesi sebagai guru PAUD dan
guru TK. Bahkan Prodi Psikologi UP45 juga telah menjalin kerjasama dengan TK Kamulan
Yogyakarta. Jadi prakarsa dari Ibu Ami sangat relevan untuk memperkaya
pengetahuan dosen dan mahasiswa tentang Psikologi Perkembangan dan Psikologi
Lingkungan.
Harapan pada masa depan, Ibu Ami dan Prodi Psikologi UP45
dapat berbagi metode dongeng tersebut untuk mengembangkan PAUD dan TK di
Yogyakarta, khususnya tentang pembentukan perilaku cinta air. Hal itu dapat
terlaksana bila proyek Ibu Ami di Jepang sudah selesai dan beliau berkiprah di
Indonesia.
Daftar
Pustaka
Damerell, P., Howe, C. & Milner-Gulland, E. J. (2013). Child-oriented
environmental education influences adult knowledge and household behavior. Environmental Research Letters. 8, 1-7.
Open Access, IOP Publishing. Doi. 10.1088/1748-9326/8/1/015016.
Samuelsson, I.P. & Kaga, Y.
(2008). Introduction. In I.P. Samuelsson & Y. Kaga (Eds.). The contribution of early childhood
education to a sustainable society. Paris: UNESCO. Page: 9-17.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji