PRESTASI TINGKAT NASIONAL MAHASISWA UP45
Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Energi positif ialah kekuatan dalam diri manusia yang mendorong
manusia untuk melakukan segala sesuatu yang positif dan dengan cara-cara yang
positif pula. Energi ini sama saja pengertiannya dengan motivasi. Energi positif
ini sangat sulit diperoleh. Lebih mudah bagi manusia untuk mendapatkan energi
negatif. Hal ini sama dengan ungkapan bijak bahwa membangun itu jauh lebih
sulit daripada merusak. Membangun membutuhkan waktu bertahun-tahun, sedangkan
merusak hanya butuh waktu 5 menit saja.
Contoh energi negatif ini antara lain:
§ Menghujat
dan menulis ujaran-ujaran negatif di media sosial (hatters). Ironinya, orang yang vokal dalam menghujat ini produktivitasnya
rendah.
§ Mengeluh
berkepanjangan seolah-olah dunia runtuh dan hanya dia saja yang menderita
sedangkan orang lain bersenang-senang.
§ Marah
dengan cara yang tidak tepat dan berdasarkan alasan yang tidak tepat pula. Cara
marah yang tidak tepat misalnya dilakukan oleh pemimpin yang memarahi
karyawannya di depan karyawan-karyawan lainnya.
§ Menghasut
apa lagi yang dihasut pemimpin, dan celakanya pemimpin itu begitu bodoh serta
percaya begitu saja. Pemimpin yang terkena hasutan akan membuat kebijakan
keliru sehingga menyengsarakan masyarakat. Hal ini cenderung terjadi pada
pemimpin yang tidak paham dengan visi dan misi lembaga yang dipimpinnya.
§ Lebih
mudah bagi mahasiswa untuk mengeluh tidak ada tong sampah di kampusnya. Ironinya,
ada civitas akademika membuang sampah, padahal di dekatnya ada tong sampah.
Selain itu mahasiswa enggan untuk menjadi nasabah bank sampah, padahal sampah
itu bernilai tinggi.
§ Masih
banyak contoh energi negatif lainnya.
Apa saja contoh energi positif? Contoh energi positif yang
ada di lingkungan Universitas Proklamasi 45 antara lain mahasiswa aktif menempa
diri, sehingga individu menjadi mahasiswa unggul. Kesediaan untuk menempa diri
ini sangat tidak mudah, karena mayoritas civitas akademika diselubungi oleh
energi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memiliki energi positif maka
individu harus berani menghadapi ejekan dari teman-temannya. Memiliki energi
positif berarti berani untuk berbeda secara positif dengan mayoritas
teman-temannya.
Salah satu mahasiswa UP45 yang berani bertarung menghadapi
ejekan dari teman-temannya adalah Mohamad Taqiyuddin Saleh. Ia telah
berkali-kali mengikuti lomba menulis. Ada yang menang, dan ada yang kalah. Kali
ini Taqiyuddin menjadi Juara Favorit Lomba Esai Nasional Gamais Islamic Fair
2016. Penyelenggaranya adalah Keluarga Mahasiswa Islam Universitas DIponegoro Semarang.
Pengumuman lomba dilakukan pada 29 Oktober 2016, di Semarang.
Berikut adalah tulisan Taqiyuddin yang menginspirasi civitas
akademika UP45. Tulisan ini dipublikasin lengkap, dengan tujuan agar civitas
akademika bisa mempelajari teknik-teknik menulis yang disukai oleh juri. Ini adalah
strategi untuk memenangkan lomba menulis, yaitu dengan mempelajari gaya menulis
pemenang lomba.
PENANAMAN
KARAKTER QUR’ANI PADA KALANGAN PEMUDA MELALUI KEGIATAN BERBASIS PENGAMALAN
AL-QUR’AN
(Studi Kasus Di Masjid At-Taqwa Kledokan)
Pendahuluan
Sebagaimana
diketahui bersama, Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang
sekaligus menjadi pedoman hidup bagi umat manusia. Kedudukan Al-Qur’an sebagai
tuntunan bagi setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya, semestinya
disadari dan mulai diajarkan kepada generasi muda agar mereka dapat mengamalkan
pelajaran yang terkandung didalamnya. Penanaman karakter qur’ani mutlak
dilakukan pada kalangan pemuda agar mereka senatiasa bertindak sesuai dengan
syari’at Islam. Namun demikian, gencarnya arus globalisasi dengan segala
dampaknya menjadi salah satu sandungan
bagi upaya penanaman karakter qur’ani dalam diri generasi muda.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman globalisasi tidak hanya membawa
kemajuan bagi manusia. Globalisasi yang melanda negeri ini akan mendorong
pembentukan budaya global, sistem nilai, perilaku, dan gaya hidup yang
universal serta mengerucut menjadi satu format budaya yang koheren dan homogen
(Bisyri, 2006).Akibatnya banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya
Islam juga masuk ke dalam Negara Indonesia. Hal inilah yang menghambat
penanaman karakter qur’ani dalam generasi muda. Sehingga tak heran ketika
dewasa ini banyak ditemui perilaku remaja yang menyimpang dari tuntunan Al-Qur’an
maupun tatanan sosial setempat.
Melihat
fenomena di atas, maka penulis merasa perlu mengadakan terobosan untuk
menerapkan jiwa qur’ani dalam diri generasi muda agar dapat menyelamatkan
mereka dari pengaruh negatif era globalisasi. Sebagaimana diketahui bersama,
Al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam yang selalu dinamis untuk dijadikan
pedoman di segala zaman. Oleh karena itu, dirasa sangat tepat untuk menggagas
konsep penanamankarakterqur’ani dalam diri generasi muda melalui kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat dan menarik.Untuk mewujudkan hal tersebut, organisasi remaja
masjid dapat dijadikan sebagai sarana yang tepat. Remaja masjid sebagai
komunitas pemuda Islam yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya menanamkan karakter qur’ani dalam
diri generasi muda.
Pembahasan
Dalam
situs resmi Kementrian Agama disebutkan, Remaja masjid merupakan komunitas
remaja islam yang membentuk perkumpulan dengan adanya kesamaan visi dan
pandangan tentang kecintaan terhadap
agama Islam dan sadar akan dirinya untuk
ikut serta membangun masjid dan memakmurkan masjid dalam arti kata yang
seluas-luasnya. Organisasi ini tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari para
remaja di lingkungan masjid yang ada pada setiap desa maupun kelurahan untuk
menyalurkan aspirasi para remaja (Karim, dkk., 2012).Sebagai organisasi kepemudaan Islam yang
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, ia perlu mendapatkan tempat
dan perhatian dari berbagai elemen masyarakat. Salah satunya perhatian dari
pengurus masjid yang biasa dikenal dengan ta’mir masjid (Hermawan, 2012).
Remaja
masjid merupakan organisasi pengkaderan remaja islam. Oleh karena itu, remaja masjid
perlu dioptimalkan untuk membina remaja yang saat ini mulai dijajah oleh budaya
globalisasi. Hadirnya era globaisasi saat ini menjadi tantangan besar bagi
seluruh umat Islam untuk menjaga generasi muda agar senantiasa bertindak sesuai
Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat manusia. Berangkat dari fakta
tersebut, optimalisasi remaja masjid menjadi salah satu opsi penting dalam
upaya pembinaan generasi muda.
Optimalisasi
remaja masjid dalam rangka menerapkan karakter qur’ani dalam diri generasi muda
dapat diwujudkan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan menarikminat para pemuda
dan secara langsung mempraktekkan pengamalan kandungan Al-Qur’an. Organisasi
remaja masjid At-Taqwa Kledokan Desa Catur Tunggal Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman telah melakukan optimalisasi remaja masjid melalui diversivikasi
kegiatan remaja masjid.
Berikut
empat kegiatan yang dapat dijadikan sebagai media pengamalan isi Al-Qur’an
sebagai upaya menanamkan jiwa qur’ani pada kalangan pemuda:
1.
Ekonomi Kreatif Remaja Masjid dengan Program Muhasabah sab’ah.
Perkembangan pola pikir dan kebutuhan generasi muda dewasa ini membawa sebagian
dari mereka terjun dalam usaha mencari uang. Uang saku yang diberikan orang tua
seringkali tidak cukup untuk memenuhi keinginan mereka. Oleh karena itu,
alangkah baiknya jika mereka diberdayakan di remaja masjid dengan program
ekonomi kreatif. Kegiatan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah remaja masjid
menjual suatu barangyang diperoleh dari tengkulak atau produsen yang nantinya laba
hasil penjualan 50% menjadi hak anggota yang berhasil menjual barang tersebut
dan 50 % dimasukkan ke dalam kas remaja masjid.
Adapun muhasabah sab’ah
adalah pertemuan mingguan untuk membahas kegiatan ekonomi kreatif yang
dilakukan selama seminggu sekaligus melakukan telaah Al-Qur’an secara bersama-sama
dengan bimbingan pembina.Meskipun hanya peranakan dari kegiatan ekonomi
kreatif, sebenarnya muhasabah sab’ah merupakan media utama dalam rangkaian
kegiatan ekonomi kreatif yang dijadikan sebagai sarana menerapkan karakter
Qur’ani pada diri anggota remaja masjid. Pada acara muhasabah sab’ah inilah
anggota remaja masjid diberi pemahaman bagaimana melakukan jual beli yang
sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Selain itu, muhasabah sab’ah juga menjadi
sarana koreksi apakah transaksi jual beli yang telah dilakukan oleh remaja
masjid selama seminggu sebelumnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an atau tidak.
2.
Safari Dirosah. Safari dirosah merupakan kegiatan touring (perjalanan) setiap akhir pekan.
Tujuan perjalanan ini bermacam-macam.Misalnya ke pesantren, panti asuhan,
daerah pemukiman penduduk miskin dan lain sebagainya. Perjalanan ini tidak
hanya berupa perjalanan biasa. Saat melakukan safari, para remaja yang ikut
dalam kegiatan ini diarahkan untuk mengamalkan nilai Al-Qur’an yang berhubungan
dengan kehidupan sosial.
Langkah menanamkan nilai
Al-Qur’an melaui kegiatan ini adalah sebagai berikut. Misalnya akan menanamkan karakter
qur’ani yang berasal dari kandungan surat Al-Ma’un. Dalam surat tersebut
dijelaskan tentang orang-orang yang mendustakan agama, salah satunya yaitu
orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin (Az-Zuhaili, 2013).
Melalui kegiatan safari dirosah, Pembina menjelaskan makna
dari ayat tersebut dan bagaimana mengamalkan kandungannya. Yakni kita harus
menyayangi anak yatim dan bersikap dermawan terhadap orang miskin. Tidak hanya
cukup menjelaskan dengan teori, tetapi Pembina mengajak remaja masjid melakukan
perjalanan mengunjungi panti asuhan atau pemukiman orang miskin dengan
membagikan makanan.
Melalui kegiatan safari
dirosah remaja masjid dipelajari cara mengamalkan kandungan Al-Qur’an secara
langsung. Adapun materi dalam safari dirosah senantiasa berubah-ubah setiap
minggu. Oleh karena itu, peserta tidak merasa bosan karena tempat yang
dikunjungi juga berbeda-beda. Dengan praktek pengamalan isi kandungan Al-Qur’an
yang demikian, diharapkan penanaman karakter qur’ani lebih mengena terhadap
jiwa generasi muda.
3.
Pesantren Alam. Pesantren alam merupakan istilah lain dari
kegiatan perkemahan. Istilahnya sengaja dibuat berbeda dengan kemah karena
kegiatannya menyerupai kegiatan di pesantren. Adapun kegiatan-kegiatan dalam
pesantren alam adalah berkemah di daerah pegunungan atau perbukitan yang jauh dari
pemukima penduduk. Pada kegiatan ini peserta diajak mentadaburi alam. Mereka
diberi pemahaman bagaimana cara menjaga hubungan yang baik dengan alam.
Kegiatan pesantren alam
kelihatannya menyerupai kegiatan naik gunung. Sehingga banyak remaja yang antusias
mengikuti kegiatan ini. Sesuai dengan namanya, kegiatan dalam pesantren alam banyak mengadopsi
kegiatan harian di pesantren. Misalnya, shalat berjamaah lima waktu, pengajian
sehabis shalat, shalat malam dan shalat duha secara bersama-sama.
4.
‘Alimul Qur’an. Alimul Qur’an merupakan program yang
dilakukan sebagai kegiatan harian di remaja masjid At-Taqwa Kledokan. Bentuk
dari kegiatan ini yaitu remaja masjid dikerahkan untuk membantu mengajari
santri mengaji Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Mengingat
keilmuan remaja masjid yang belum cukup memadai untuk memberikan materi
pengetahuan keislaman, maka remaja masjid hanya diarahkan untuk mengajar
membaca dan menulis huruf-huruf Al-Qur’an. Sedangkan untuk menyampaikan materi
seperti Fiqih dan pengetahuan keislaman lainnya, terdapat guru tersendiri.
Dalam kitab Riyadus Shalihin
karya Imam Abu Zakariya disebutkan sebuah hadits yang berbunyi; khairukum man ta’allamal Qur’ana wa’alamahu.
Adapun artinya; sebaik-baik kamu sekalian adalah orangyang mempelajari
Al-Qur’an dan mengajarkannnya (Shabir, 2004). Dengan kegiatan ini, secara tidak
langsung remaja diarahkan pada pengamalan hadis tersebut. Dengan pembiasaan
mengajar mengaji Al-Qur’an, secara tidak langsung remaja masjid juga ikut
belajar ilmu-ilmu Al-Qur’an yang disampaikan oleh guru-guru senior kepada
santri di TPA. Sehingga diharapkan mereka dapat mengamalkan pelajaran-pelajaran
tersebut yang pada umumnya berisi tentang pengamalan dari kandungan Al-Qur’an.
Empat
program kegiatan diatas merupakan bentuk dari upaya penanaman karakter Qur’ani
pada kalangan pemuda. Kegiatan-kegiatan yang merupakan modifikasi dari kegiatan
biasa menjadi kegiatan yang mengandung nilai Al-Qur’an diharapkan mampu
memberikan pemahaman dan membangun karakter qur’ani dalam diri mereka. Sehingga
mereka dapat mengamalkan kandungan ilmu Al-Qur’an yang terdapat dalam setiap
kegiatan tersebut.
Penutup
Dari
pemaparan diatas dapat diketahui diversifikasi kegiatan remaja masjid dalam
upaya menerapkan karakter qur’ani pada kalangan pemuda. Sebagaimana kita
ketahui bersama, dewasa ini generasi muda mulai terbawa arus globalisasi yang
menyebabkan tingkah laku mereka semakin jauh dari nilai moral dan nilai-nilai
Al-Qur’an. Dengan modifikasi kegitan remaja masjid sebagaimana telah dipaparkan
di atas, diharapkan mampu membantu menanamkan karakter qur’ani pada kalangan
pemuda.
Generasi
muda merupakan harapan bangsa, negara dan agama. Oleh karena itu, penanaman
karakter qur’ani pada kalangan pemuda mutlak untuk dilakukan demi terbentuknya
generasi penerus yang berjiwa qur’ani. Pemuda yang memiliki karakter qur’ani
akan senantiasa berperilaku sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Sehingga mereka
akan menjadi sosok yang dapat menegakkan agama dan memajukan bangsa sesuai
dengan syari’at yang telah disampaikan oleh Allah dan RasulNya. Generasi
penerus yang demikian akan bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah maupun agama.
Daftar
Pustaka
Az-zuhaili, Wahbah. (2013). Tafsir Al-Wasith, terj. Muhtadi,
dkk. Jakarta: Gema Insani.
Bisyri, Muhammad. (2006). Mempertimbangkan Pendekatan Baru:
Jurnal Edukasi.
Hermawan, Adi. (2012). Peran Masjid Sebagai Pusat Pendidikan
Islam Dalam Pembentukan Akhlak Remaja. Surakarta: UMS Press.
Karim, Erni (dkk.). (2012). Aktivitas Remaja Muda Masjid
dalam Meningkatkan Kegiatan Keagamaan di Desa Tinelo Kecamatan Tilango
Kabupaten Gorontalo. Jurnal Universitas Gorontalo (Online),
(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/3811,
diakses pada tanggal 28/09/2016).
Zakariya, Imam Abu. (2004). Riyadus Shalihin, terj. Muslich
Shabi. Sematang: PT. Karya Toha Putra.
Publikasi tulisan Taqiyuddin ini diharapkan memacu semangat
civitas akademika UP45 untuk membangun diri serta merasuki diri dengan berbagai
energi positif. Selama masih ada civitas akademika yang mempunyai energi
positif seperti Taqiyuddin ini, maka UP45 tetap jaya. Semoga tulisan ini menginspirasi.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji