Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

KESEDIAAN MAHASISWA UNTUK BERKOMPETISI & MENGASAH KREATIVITAS: KUNCI KEMAJUAN PRODI



PRESTASI TINGKAT NASIONAL MAHASISWA UP45
(MATERI SIARAN DI RRI MINGGU KE-176)

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Kesediaan berkompetisi adalah bekal untuk maju, baik untuk peningkatan kualitas diri sendiri maupun kualitas lembaga tempat indvidu berkarya. Hal ini karena untuk berkompetisi, individu membutuhkan serangkaian kualitas mental yang unggul yaitu:

  • Berani menghadapi kenyataan dan kemungkinan terburuk dari pilihannya. Dalam setiap kompetisi, tentu ada yang menang dan kalah. Pada umumnya, sangat sedikit orang yang bersedia untuk kalah. Kalah dipersepsikan sebagai hal buruk, sehingga orang yang kalah dipanggil pecundang. Bahkan ada juga orang yang kalah berkompetisi akhirnya bunuh diri atau masuk rumah sakit jiwa. Padahal kenyataannya, posisi kalah ini pada hakekatnya merupakan situasi yang bagus bagi individu untuk berlatih sabar, tabah, tekun dan pantang menyerah. Individu didorong untuk menjadi lebih baik. Pendidikan mental ini sering tidak didapatkan di bangku sekolah / kuliah. Keberanian berkompetisi ini harus dipupuk semenjak usia dini.

  • Kreatif. Untuk mempersiapkan diri pada suatu kompetisi, tentu seseorang akan berusaha keras untuk menang. Agar menang, maka individu harus membuat barang yang akan dikompetisikan menjadi unik / tidak ada duanya dan tentu saja kualitasnya unggul. Cara untuk menciptakan barang unik dan bagus adalah dengan berperilaku kreatif. Perilaku kreatif adalah perilaku yang menunjukkan seseorang selalu ingin tampil beda, unik, dan baru. Semua itu dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Perilaku kreatif ini kadang kala melanggar peraturan. Hal ini karena peraturan cenderung mengganggu keluwesan seseorang dalam berpikir.

  • Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi ini dilakukan dengan cara mencoba-coba hal baru. Individu tidak takut mencoba, karena hal-hal baru itu justru mengasyikkannya. Pengetahuan tentang hal-hal baru ini akan menuntun individu dalam proses penggalian potensi diri.

Persoalan yang relevan dengan sikap terhadap kompetisi dan kreativitas pada mahasiswa adalah mahasiswa enggan / tidak berani / merasa tidak perlu untuk berkompetisi. Untuk apa? Hal paling penting menurut para mahasiswa adalah mendapatkan nilai setinggi-tingginya, lulus cepat, dan nilainya cum-laude. Berkompetisi adalah kegiatan yang membuang-buang waktu saja. Paahal sebenarnya berani berkompetisi adalah salah satu strategi untuk membuat diri unggul. Prestasi pada kompetisi itu akan dicatat pada SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijasah). SKPI yang banyak memuat prestasi inilah yang akan mengantar para sarjana itu mendapatkan pekerjaan idamannya.

Para sarjana UP45 harus sadar bahwa universitas asalnya tidak sehebat Harvard University atau Universitas Gadjah Mada. Para sarjana lulusan UGM saja masih ada yang menjadi pengangguran, apalagi sarjana lulusan UP45. Oleh karena itu, mumpung belum menjadi sarjana, maka mahasiswa UP45 wajib berjuang keras untuk mendapatkan nilai tambah dari gelar kesarjanaannya. Salah satu cara untuk mendapatkan nilai tambah itu adalah berpartisipasi dalam berbagai lomba. Lomba yang paling sering diadakan untuk tingkat mahasiswa adalah lomba menulis.


Kesadaran untuk menaikkan kualitas diri ini telah diresapi oleh Sri Mulyani dan Tri Welas Asih. Mereka berdua adalah mahasiswa cemerlang. Mereka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Fisika (IMF) FMIPA Universitas Sumatera Utara, pada Oktober 2016.  Judul tulisan mereka adalah Memanfaatkan Limbah Pengolahan Tahu Sebagai Bahan Bakar Alternatif Ramah Lingkungan. LKTI itu adalah tingkat nasional. Hasil yag diperoleh adalah mereka menjadi semi finalis. Mereka memang belum mencapai finalis / pemenang, namun semangat mereka luar biasa. Mereka kembali menulis pada kesempatan yang lain, seperti Call for Paper, baik tingkat nasional maupun internasional.


Apa dampak kiprah mahasiswa cemerlang terhadap Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta secara keseluruhan? UP45 tentu saja akan semakin bersinar. UP45 akan semakin diminati oleh calon mahasiswa baru. Semangat dua mahasiswa cemerlang itu tidak terlepas dari tangan dingin dosen muda di Fakultas Psikologi UP45 yaitu FX. Wahyu Widioantoro, S.Psi., MA. Dosen muda itulah yang memoles hampir semua mahasiswa UP45 untuk lebih kreatif mengahdapi situasi yang sangat kompetitif ini. Semoga kiprah dua mahasiswa cemerlang itu juga diikuti oleh mahasiswa lainnya, sehingga UP45 semakin berkibar.

Tulisan ini adalah materi siaran radio di RRI pada 23 November 2016. Siaran itu merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 dan RRI Yogyakarta. Nama acaranya adalah Forum Dialog, yang dilaksanakan pada setiap hari Rabu pukul 2015-21.00. Siaran itu selalu menampilkan berbagai topik yang berbeda-beda, dan selalu melbatkan dosen, mahasiswa, dan karyawan UP45. Pada 23 November itu, peserta yang terlibat dalam siaran adalah ibu Febrianti Ginting dan Ibu Norita. Ibu Febri adalah dosen muda di Fakultas Teknik UP45, sedangkan ibu Norita adalah staf bagian Communication & Development UP45. Inilah bukti bahwa kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi di UP45 berjalan dengan lancar. Semoga kerjasama ini terus berlangsung dengan harmonis.

Post a Comment

0 Comments