RIDWAN
DAN KEGIGIHAN MENIMBA ILMU SECARA GRATIS DEMI PENATAAN MASA DEPAN YANG CERAH
(Siaran
RRI Minggu ke-178).
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kesediaan mahasiswa untuk menimba ilmu selalu dikonotasikan
dengan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Setelah selesai menimba ilmu
maka mahasiswa akan mendapatkan gelar sarjana, magister, atau doktor. Ilmu yang
ditimba itu telah disusun oleh Program Studi sesuai dengan panduan-panduan yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Riset & Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Oleh karena sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, maka kompetensi sarjana
menjadi hampir sama di seluruh Indonesia. Kalau pun ada perbedaannya, maka
perbedaan itu terjadi karena pengaruh muatan lokal. Muatan lokal itu tercermin
dalam pelajaran wajib lokal. Pelajaran wajib lokal inilah yang sering menjadi brand atau merek dari suatu Program
Studi.
Penyusunan mata kuliah lokal ini dilakukan dengan cara
menggali potensi-potensi khas di daerah tempat Perguruan Tinggi itu berada.
Oleh karena mata kuliah lokal ini menjadi ciri pembeda dari Program Studi, maka
para dosen, mahasiswa beserta tim kreatifnya tentu akan menciptakan kegiatan
yang menarik masyarakat untuk mengunjungi Program Studi. Harapannya adalah ada
banyak calon mahasiswa yang bersedia menuntut ilmu pada Program Studi yang
kreatif tersebut. Prodi yang kreatif tentu akan menciptakan kegiatan yang
gratisan sifatnya namun berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat, termasuk mahasiswa. Kegiatan ilmiah dan gratisan itu merupakan
bentuk perilaku kecendekiawanan Prodi. Agar kegiatan tersebut dapat menarik
minat banyak orang, maka perlu sosialisasi.
Persoalan yang relevan dengan kesediaan mahasiswa untuk
menimba ilmu di luar Prodinya ada tiga.
- Mahasiswa sering kurang informasi tentang kegiatan-kegiatan kreatif namun gratis tersebut. Kurangnya informasi itu cukup memprihatinkan, mengingat mahasiswa jaman sekarang adalah termasuk manusia generasi Y. Generasi Y adalah manusia yang sangat pintar, mampu mengerjakan berbagai tugas sekaligus (multi tasking), dan tentu saja hidupnya tidak terpisahkan dengan perangkat gadget.
- Kurang pedulinya pada penataan masa depan. Masa depan para mahasiswa adalah nanti saja dipikirkan, setelah mereka lulus sarjana. Masa depan bisa saja berarti bekerja, membuka usaha, menikah, menganggur, menempuh studi lanjut, menganggur dahulu, mengikuti kursus-kursus, atau sekedar duduk-duduk sambil melihat-lihat situasi.
- Mahasiswa cenderung merasa dirinya inferior bila duduk bersanding dengan mahasiswa dari universitas besar lainnya. Sebagai akibatnya, ia cenderung menarik diri dan enggan bergaul dengan mahasiswa dari universitas lainnya.
Sebenarnya, keterbatasan finansial bukanlah alasan utama bagi
seorang mahasiswa untuk menuntut ilmu tambahan di luar Prodi. Sangat banyak
lembaga di Yogyakarta ini yang menawarkan berbagai kursus, pelatihan, seminar
atau sekedar diskusi bersama. Hal ini karena Yogyakarta adalah gudangnya
universitas. Hampir semua universitas menawarkan ajang penimbaan ilmu secara
gratis.
Adalah Mohammad Ridwan, mahasiswa Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta angkatan tahun 2014/2015. Ia berasal dari Madura. Ia sempat bingung
menghadapi situasi di kampus Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Kampusnya
memang sangat mungil bila dibandingkan dengan UGM. Ada banyak temannya yang
juga kebingungan menghadapi situasi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta,
sehingga daya adaptasinya rendah. Ridwan mempersepsikan bahwa keterbatasan
kampusnya dan keterbatasannya dalam hal finansial bukan halangan untuk maju.
Persepsi positif itu memperkuat daya adaptasinya. Bahkan ia bercita-cita untuk
melanjutkan studi S2 di UGM. Apa saja yang dilakukan Ridwan untuk menggapai
cita-citanya itu?
Persiapan Ridwan untuk menembus pintu gerbang S2 di UGM
adalah sangat unik. Persiapan itu antara lain:
- Berusaha untuk menerima dirinya apa adanya (self-acceptance). Ia menerima keterbatasan finansial yang dialaminya dengan tersenyum. Ini adalah tahap gawat darurat, karena ini adalah tahap fondasi untuk terbang menggapai cita-cita. Tahap ini sangat tidak mudah baginya, sehingga nilai-nilai pelajarannya sempat turun dan angka mangkir kuliah tinggi.
- Mempersepsikan positif dan mensyukuri semua situasi dan kondisi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Ini adalah bentuk penerimaan diri mengenai sekolah tempatnya menimba ilmu. Ia bisa memahami keterbatasan sekolahnya.
- Persepsi positif itu menggiringnya untuk tidak menyerah pada keadaan. Ia segera mengeluarkan jurus pertemanan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Ia mengharuskan diri keluar kampus untuk bergaul dengan mahasiswa dari universitas lain. Di sinilah pentingnya persepsi positif kepada UP45. Bila mahasiswa UP45 merasa inferior dengan kampusnya, maka ia tidak akan berani bergaul dengan mahasiswa dari UGM atau univesitas besar lainnya. Ridwan berani bergaul dengan dengan berbagai universitas besar dan kecil di seluruh Indonesia.
- Hasil dari pergaulan sosialnya yang luas adalah ia mendapatkan informasi tentang kursus, pelatihan, seminar atau sekedar bedah buku yang sifatnya gratisan. Ia menimba ilmu di luar UP45 dengan bersemangat. Selama mengikuti pertemuan-pertemuan gratis itu ia juga mengharuskan dirinya untuk selalu aktif bertanya pada nara sumber. Dampaknya ia selalu mendapatkan hadiah buku gratis dari penulis / penerbit. Koleksi perpustakaan pribadinya menjadi penuh.
Usaha-usaha tersebut dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan jadwal
untuk mengikuti seminar secara gratisan pada bulan depan, sudah penuh. Hal yang
unik lainnya adalah Ridwan selalu berusaha untuk datang ke lokasi
pertemuan-pertemuan itu dengan gratis pula. Usahanya yaitu membonceng teman,
meminjam motor teman, atau naik sepeda. Berikut adalah 26 bukti partisipasinya hadir
pada pertemuan-pertemuan bergengsi, namun gratisan.
Ø
Diskusi Panel “Reformasi Tata Kelola Migas”. Penyelenggara:
EMGI, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2 November 2014.
Ø
Seminar Global Student Technology Competition 2015.
Penyelenggara: Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 19 November 2014.
Ø
Seminar “Menghadapi ASEAN Community 2015”. Penyelenggara:
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 4 April 2015.
Ø
Seminar Prospek Perbankan dan Pasar Modal syariah di
Inonesia. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 9 Juni 2015.
Ø
Dialog “Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme”.
Penyelenggara: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jogja Expo
Center Yogyakarta, 28 Oktober 2015.
Ø
Seminar International “Semaul Undong”. Penyelenggara:
Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, 24 November 2015.
Ø
Simposium Pemuda Indonesia. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 29
November 2015.
Ø
Seminar Nasional “Sustaining Our Paradise”. Penyelenggara: Himpunan
Pariwisata UGM Yogyakarta, 5 Desember 2015.
Ø
Talkshow Hari Ibu. Penyelenggara: UII Yogyakarta, 27 Desember
2015.
Ø
Diskusi Narkoba “ Generasi Muda Harapan Bangsa”.
Penyelenggara Poltekes Yogyakarta, 10 Januari 2016.
Ø
Seminar Nasional “Kejayaan Indonesia Poros Maritim Dunia”.
Penyelenggara: Fakultas Geografi UGM Yogyakarta, 18-22 Januari 2016.
Ø
Diskusi Konferensi Satuan Tugas Anti Narkoba. Penyelenggara:
Universitas Janabadra Yogyakarta, 20 Maret 2016.
Ø
Pelatihan Leadership. Penyelenggara: UP45 Yogyakarta, 24
Maret 2016.
Ø
Sekolah Kepemimpinan. Penyelenggara: HMI Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta, 7-9 April 2016.
Ø
Seminar Nasional Kapita Selekta Migas. Penyelenggara: Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta, 28 Mei 2016
Ø
Kursus Pancasila. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 30 Mei 2016.
Ø
Kongres Pancasila VIII. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 31
Mei-1 Juni 2016.
Ø
Pelatihan CV dan Interview. Penyelenggara: IATMI Univesitas
Proklamasi 45 Yogyakarta, 2 Juni 2016
Ø
Seminar “Pendidikan di Papua”. Penyelenggara: UIN Yogyakarta,
5 Juni 2016.
Ø
Seminar Nasional “Public Action 2016”. Penyelenggara: UGM
Yogyakarta, 13 Oktober 2016.
Ø
Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa. Penyelenggara:
Ristek Dikti & STTNAS Yogyakarta, 17-19 Oktober 2016.
Ø
Seminar Nasional “Pengembangan Kebijakan dan Regulasi
Pemberdayaan dan Antariksa. Penyelenggara: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 20
Oktober 2016.
Ø
Seminar Nasional “Anti Corruption Summit 2016”.
Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 25 Oktober 2016.
Ø
Seminar “Pemimpin Bangsa Indonesia Mendatang”. Penyelenggara:
Kesbang dan Widya Mataram Yogyakarta, 21 November 2016.
Ø
Seminar Nasional “Mendorong Peningkatan Kapasitas Governance
Lokal. Penyelenggara Univesitas Aisyiah (UNISA), 24 November 2016.
Ø
Making ASEAN work in Indonesia: Contemporary Updates.
Penyelenggara: Fisipol UGM Yogyakarta, 6 Desember 2016.
Apa saja manfaat yang bisa dipetik dari usaha-usaha kreatif
dari Mohammad Ridwan ini? Usaha Ridwan itu adalah untuk merenda
keberuntungannya dalam menempuh studi S2 di UGM. Salah satu persyaratan studi
lanjut itu adalah mendapatkan rekomendasi dari dosen / pakar. Berkat
pergaulannya yang luas itu, sangat mudah bagi Ridwan untuk mendapatkan
rekomendasi. Selain itu, daftar seminar yang ia ikuti akan memenuhi SKPI (Surat
Keterangan Pendamping Ijasah) yang kelak akan diterimanya pada saat wisuda berlangsung.
Usaha yang gigih dari Ridwan ini tidak terlepas dari tangan dingin Wahyu Suro,
dosen di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Beliau terkenal dekat dengan
mahasiswa.
Tulisan ini adalah materi siaran di RRI Yogyakarta pada 7
Desember 2016. Siaran ini terlaksana sebagai implementasi kerjasama antara RRI
Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45. Pakar yang hadir pada siaran kali
ini adalah ibu Melda Arianti, dosen Teknik Perminyakan UP45 dan ibu Norita,
staf Komunikasi & Development di UP45. Semoga siaran ini terus berlangsung
dengan lancar.
1 Comments
Keren juga mahasiswa Madura bisa berprestasi tinggi seperti ini. Mahasiswa Madura yang lain di UP45 tentu akan mencontoh sepak terjang Ridwan. Selamat ya bu Shinta, tulisannya menginspirasi saya untuk saya terapkan di kampus saya di Jombang Jatim. Di sana, sangat banyak mahasiswa dari Madura. Semoga mahasiswa saya di Jombang bisa seperti Ridwan.
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji