IMPLEMENTASI KERJASAMA DENGAN RRI YOGYAKARTA MINGGU KE-134
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kepemimpinan mempunyai
makna di depan, memberi pengaruh pada anak buah, menjadi suri tauladan atau
model, menjadi sumber reward (imbalan) dan punishment (hukuman), memotivasi
anak buah, memerintah, dan mungkin masih banyak makna lainnya. Secara singkat,
makna kepemimpinan yang didengungkan oleh tokoh pendidikan Indonesia yaitu Ki
Hajar Dewantara adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani. Arti ungkapan itu adalah bila pemimpin berada di depan anak buah
maka ia harus bisa menjadi model / suri tauladan. Bila pemimpin berada di
tengah anak buah, maka ia harus bisa memotivasi anak buah untuk maju. Bila
pemimpin ada di belakang anak buah maka ia harus bisa mendorong anak buah untuk
ebrbuat lebih baik.
Begitu luhur dan
mulianya pemimpin itu, sehingga persyaratan menjadi seorang pemimpin menjadi
sulit dicapai oleh orang-orang pada umumnya. Sebagai contoh, pemimpin harus
bisa menjadi suri tauladan. Sekarang ini, tentu sangat banyak orang yang ikut
teman-temannya untuk melakuka sesuatu. Bahkan ia sendiri juga tidak tahu
tujuannya perbuatan yang diakukan bersama-sama itu. Bila akibat perbuatan itu
buruk bahkan mungkin saja masuk penjara, maka ia juga tidak tahu cara
mengatasinya. Ia hanya menuruti kata teman-temannya saja. Tidak ubahnya ia
seperti kerbau dicocok hidungnya.
Pergaulan pada
generasi muda sekarang ini, lebih sering polanya adalah tunduk pada perintah /
saran teman. Pendapat dan saran dari orangtua atau orang dewasa lainnya tidak
digubris. Situasi semacam ini menimbulkan persoalan, apakah anak muda tidak
mungkin menjadi pemimpin bagi orang-orang yang lebih tua umurnya. Menurut para
orang yang lebih berumur, anak-anak muda itu kurang pengalaman dan belum
bijaksana, sehingga tidak pantas untuk memimpin suatu organisasi besar. Pendapat
anak-anak muda, memimpin orang-orang yang lebih tua itu menjemukan. Hal ini
karena orang yang lebih tua itu kurang mampu berpikir dan bertindak kreatif. Orang-orang
tua enggan untuk mempelajari hal-hal baru.
Sebetulnya,
anak-anak muda itu tetap bisa menjadi pemimpin bagi anak buah yang usianya
berlibat-lipat lebih tua. Anak muda tetap bisa menjadi panutan baik bagi anak
muda lainnya maupun anggota yang lebih tua. Syaratnya adalah ia bersedia
menerima masukan dari anak buah dengan lapang dada. Hal ini sangat tidak mudah,
namun bisa dilatih. Pelatihan yang banyak diselenggarakan dalam masyarakat
adalah pelatihan kepemimpinan. Berdasarkan pelatihan itu, maka anak-anak muda
yang mau menjadi pemimpin akan mempunyai mental tangguh. Ia pun juga harus
belajar secara mandiri tentang kepemimpinan. Kepemimpinan yang kuat tidak datang
begitu saja, namun harus dilatih dan dipelajari.
Topik tentang
kepemimpinan ini menjadi topik diskusi di RRI Yogyakarta dalam Forum Dialog
Psikologi yang diselenggarakan secara rutin setiap hari Rabu pukul 20.15-21.00.
Acara ini terselenggara berkat kerjasama dengan Fakultas Psikologi Univesitas
Proklamasi 45 Yogyakarta, dan sisaran pada 9 Desember 2015 ini sudah memasuki
minggu ke-134. Tamu kali ini adalah Syamsul Ma’arif, ST., M.Eng. selaku Wakil
Rektor I bidang akademik, dan Muhamad Ali Sukrajab, SE., MBA. selaku Wakil
Rektor III bidang kerjasama dan penerimaan mahasiswa baru di Universitas
Prokalmasi 45 Yogyakarta. Siaran kali ini menerima banyak tanggapan dari
masyarakat. Tercatat ada 4 penelepon dan 5 memberi koemntar melalui SMS.
Semoga siaran
seperti ini terus berlangsung. Hal ini karena tema-tema siaran selalu
mencerahkan masyarakat dan mengajak masyarakat untuk berbuat baik dan lebih
banyak untuk bangsa dan negara.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji