Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

CARA HADAPI DOSEN & MANAJEMEN UNIVERSITAS YANG MENYEBALKAN



TERAPI KOGNITIF BAGI MAHASISWA YANG INGIN SUKSES

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Univesitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Fenomena mahasiswa yang sebal dan jengkel terhadap dosen, rektor, karyawan kependidikan, yayasan dan segala kebijakan yang tidak pro-mahasiswa, adalah fenomena yang selalu ada pada semua universitas di seluruh penjuru dunia. Fenomena itu juga terjadi hampir setiap hari. Tidak ada jeda meskipun sesaat untuk bernafas, bagi manajemen universitas. Hal ini karena mahasiswa harus memenuhi semua persyaratan bila ingin mendapatkan segala jasa yang ditawarkan universitas. Di sisi lain, manajemen universitas selalu dipersepsikan mempersulit / tidak berempati pada mahasiswa yang merasa dirinya miskin / terbatas keadaan finansialnya dan nasibnya sial. Begitu sialnya nasib mahasiswa sampai-sampai ia harus bersekolah di universitas yang buruk ini.

Situasi pada universitas itu mirip dengan situasi di pasar, yang mana ada pembeli dan penjual. Situasi jual-beli akan berlangsung lancar bila pembeli memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu antara lain:


Ø  Memberikan sejumlah uang sesuai dengan harga yang ditentukan penjual
Ø  Memberikan sejumlah uang itu tidak dengan membentak-bentak penjual, meskipun suasana hati pembeli sedang buruk.
Ø  Bila uang yang diberikan tidak cukup atau harga yang ditawarkan dirasakan terlalu tinggi, maka pembeli bisa menawar. Penjual bisa menolak proses negosiasi itu, atau justru penjual menawarkan sistem peminjaman lunak / peminjaman dengan metode lainnya.
Ø  Pembeli memarkir kendaraannya pada tempat yang sudah ditentukan penjual. Hal ini karena membangun sebuah toko tentu tidak boleh sembarangan. Pihak manajemen pasar sudah menetapkan berbagai peraturan.
Ø  Mungkin masih banyak peraturan lainnya, yang khas untuk proses jual-beli barang /jasa di pasar.

Bagaimana dengan situasi jual-beli jasa pendidikan pada tingkat universitas? Pada situasi di universitas, mahasiswa dituntut banyak hal antara lain:
Ø  Membayar uang SPP sesuai ketentuan.
Ø  Mengikuti peraturan akademik (kuliah, kumpulkan tugas, praktikum, ujian) sesuai ketentuan.
Ø  Berpenampilan sesuai ketentuan. Biasanya peraturannya adalah mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan sandal jepit, dan kaus oblong bila pergi ke universitas.
Ø  Mungkin masih banyak peraturan lainnya, yang khas untuk urusan pendidikan di universitas.

Bila mahasiswa sudah memenuhi semua ketentuan yang ada pada universitas, apakah nasib mahasiswa menjadi terjamin? Arti dari terjaminnya nasib mahasiswa yaitu nilai akhir A (atau minimal B) untuk semua pelajaran. Nilai akhir yang memuaskan adalah impian semua mahasiswa. Bila impian itu tidak menjadi kenyataan maka munculah keresahan pada mahasiswa. Keresahan itu pada dasarnya adalah:

Ø  Dosen / manajemen universitas bersalah karena tidak mampu membuat kebijakan yang pro-mahasiswa.
Ø  Mahasiswa adalah pihak yang menjadi korban kerakusan dosen / manajemen universitas tentang uang. Mahasiswa = pihak yang teraniaya, sedangkan dosen = pihak penindas.
Ø  Mahasiswa telah dimanipulasi demi kesuksesan dosen. Kecerdasan kognitif dosen adalah untuk kejayaan dosen bukan untuk mencerdaskan mahasiswa. Dosen telah berdiri di atas darah dan air mata mahasiswa. Sungguh kejam dosen itu. Semoga ia masuk neraka jahanam.
Ø  Tentu masih banyak dosa dosen / manajemen universitas di mata mahasiswa.

Lalu apa yang harus dilakukan mahasiswa, bila ia merasa dirinya tertindas? Demonstrasi pada dosen / manajemen universitas adalah langkah yang paling mudah. Bila berdemonstrasi dengan heroik sehingga diliput oleh media massa nasional dan internasional, maka siapkah mahasiswa menghadapi kemungkinan terburuk? Kemungkinan terburuk itu adalah universitas bubar. Bila universitas bubar, maka mahasiswa tetap harus melamar universitas lain agar ia tidak menyandang status drop out / putus sekolah. Persoalannya, apakah ada jaminan universitas baru bersedia menerima mahasiswa yang senang demonstrasi? Apakah ada jaminan dosen / manajemen universitas baru itu akan lebih pro-mahasiswa daripada universitas lama?

Mahasiswa yang cerdik adalah mahasiswa yang jeli melihat peluang dan mengambil peluang itu untuk kesuksesannya. Ia memahami bahwa bukan suatu kebetulan ia menempuh pendidikan di universitas yang lucu itu. Ia juga akan segera berbenah dan memakai pelindung agar ia terhindar dari kekejaman dosen / manajemen universitas. Ia belajar dengan keras agar kesehatan mentalnya terjaga, paling tidak selama 4 tahun di tempat yang tidak nyaman itu.

Kesediaan mahasiswa untuk mengubah diri itu, sesuai dengan anjuran I Made Andi Arsana, seorang mahasiswa Tekhnik Geodesi UGM Yogyakarta. Setelah lulus S1, S2, dan S3, ia kemudian menjadi pejabat di UGM yang sangat disegani baik oleh mahasiswa maupun sesama dosen. Ia menjadi sukses dan tersohor, karena ia menempa dirinya dengan sangat keras. Berikut adalah tulisannya, yang sangat menohok mahasiswa. Sebagai catatan, ketika masih menjadi mahasiswa, maka ia juga melakukan semua hal yang ditulisnya ini. Ketika sudah menjadi pesohor, ia juga tetap menempa dirinya setiap hari. Berikut adalah tulisannya.

SEKALI-SEKALI, MAHASISWA MEMANG PERLU DIGAMPAR!

I Made Andi Arsana
https://madeandi.com/2013/10/17/sekali-sekali-mahasiswa-memang-perlu-digampar/

Ø  (1) Kamu ingin dapat beasiswa S2 ke luar negeri nanti? Pastikan IP di atas 3 dan TOEFL di atas 500! Merasa tidak pinter? BELAJAR!
Ø  (2) Empat atau lima tahun lagi kamu bisa sekolah S2 di luar negeri dengan beasiswa. Itu kalau kamu tidak cuma twitteran saja sampai lulus nanti.
Ø  (3) Kamu tidak akan bisa S2 di luar negeri karena akan ditolak profesor kalau nulis email formal saja tidak bisa. Alay itu tidak keren, tidak usah bangga!
Ø  (4) Tidak usah tanya tips cara menghubungi professor di luar negeri kalau kirim email ke dosen sendiri saja kamu belum bisa. Hey, ganti dulu akun niennna_catique@gmail.com itu!
Ø  (5) Tidak usah ikut meledek Vicky, kamu saja tidak tahu kapan harus pakai tanda tanya, tanda seru, tanda titik, spasi, huruf besar, huruf kecil di email kok!
Ø  (6) Mana bisa diterima di perusahaan multinasional biarpun IP tinggi kalau nulis email saja lupa salam pembuka dan penutup
Ø  (7) Sok mengkritik kebijakan UN segala, dari cara menulis email saja kelihatannya kamu tidak lulus Bahasa Indonesia kok. Tidak usah gaya!
Ø  (8) Bayangkan kalau kamu harus menulis email ke pimpinan sebuah perusahaan besar. Apa gaya bahasa email kamu yang sekarang itu sudah sesuai? Jangan-jangan bosnya tertawa!
Ø  (9) Apapun bidang ilmu kamu, akhirnya kamu akan berhubungan dg MANUSIA yang beda umur dan latar belakangnya. Belajar komunikasi yang baik. Jangan bangga jadi alay!
Ø  (10) Bangga bisa software dan gunakan alat-alat canggih? Suatu saat kamu harus yakinkan MANUSIA akan skill itu. Belajar komunikasi dengan bahasa manusia biasa!
Ø  (11) Kamu orang teknik dan hanya peduli skil teknis? Kamu salah besar! Nanti kamu akan jual skil itu pada MANUSIA, bukan pada mesin!
Ø  (12) Kamu kira orang teknik hanya ngobrol sama mesin dan alat? Kamu harus yakinkan pengambil kebijakan suatu saat nanti dan mereka itu manusia. Belajar ngomong sama manusia!
Ø  (13) Malas basa-basi sama orang yang tidak dikenal? Enam tahun lagi kamu diutus kantor untuk presentasi pada klien yang tidak kamu kenal. Belajar!
Ø  (14) Malas belajar bikin presentasi? Lima tahun lagi bos kamu datang dengan segepok bahan, “saya tunggu file presentasinya besok!”
Ø  (15) Kamu orang sosial dan malas belajar hal-hal kecil di komputer? Lima tahun lagi bos kamu datang bertanya “cara membesarkan huruf di Ms Word dengan shortcut gimana ya?’ Mau nyengir?
Ø  (16) Mahasiswa senior, jangan bangga bisa membully mahasiswa baru. Tujuh tahun lagi kamu diinterview oleh dia pada saat kau pindah kerja ke perusahaan yang lebih bagus
Ø  (17) Mahasiswa senior, keren rasanya ditakuti mahasiswa baru? JANGAN! Urusan kalian nanti adalah bersaing dengan orang-orang level ASEAN dan Dunia. Bisa bikin mereka takut tidak?
Ø  (18) Bangga bisa demo untuk mengundurkan jadwal ujian karena kamu tidak siap? Kamu itu mahasiswa negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, masa’ urusannya cetek-cetek begitu sih?!
Ø  (19) Tidak usah lah sok hebat demo nyuruh SBY berani sama Amerika kalau kamu diskusi sama mahasiswa Singapura saja tergagap-gagap
Ø  (20) Tidak perlulah teriak-teriak “Jangan tergantung pada Barat” jika kamu belum bisa tidur kalau tidak ada BB (gadget) dekat bantal
Ø  (21) Tentara kita tidak takut pada tentara Malaysia kalau kamu bisa kalahkan mahasiswa Malaysia debat ilmiah dalam forum di Amerika!
Ø  (22) Tidak perlu beretorika menentang korupsi kalau kamu masih nitip absen kuliah pada teman yang rajin, pada saat kau demo antikorupsi!
Ø  (23) Boleh kampanye “Jangan tergantung pada Barat” tapi jangan kampanye di Twitter, Facebook, BBM, Path dan Email! Memangnya itu buatan Madiun?!
Ø  (24) Kalau file laporan praktikum masih meng-copy dari kakak kelas dan hanya ganti tanggal, tidak usah teriak anti korupsi ya Boss!
Ø  (25) Minder karena merasa dari kampung, tidak kaya, tidak gaul? Lima tahun lagi kamu bisa S2 di negara maju karena IP, TOEFL dan kemampuan kepemimpinan. Bukan karena kaya (harta) dan gaul (popularitas)!
Ø  (26) Pejabat kadang membuat kebijakan tanpa riset serius. Sama seperti mahasiswa yang membuat tugas dalam semalam hanya modal Wikipedia
Ø  (27) DPR kadang studi banding untuk jalan-jalan doang. Sama seperti mahasiswa yang tidak serius saat kunjungan ke industri lalu nyontek laporan sama temannya.
Ø  (28) Pejabat kadang menggelapkan uang rakyat. Sama seperti mahasiswa yang melihat bahan di internet lalu disalin di papernya tanpa menyebutkan sumbernya.
Ø  (29) Alah, pakai mengkritik kebijakan pemerintah segala, bikin paper saja men-copy file dari senior dan ubah judul, pendahuluan sama font-nya.
Ø  (30) Bagaimana mau membela kedaulatan bangsa kalau waktu menerima kunjungan mahasiswa asing saja kamu tidak bisa ngomong saat diskusi. Mau pakai bambu runcing?
Ø  (31) Kalau kamu berteriak “Jangan mau ditindas oleh asing”, coba buktikan. Ikuti forum ASEAN atau Dunia dan buktikan di situ kamu bisa bersuara dan didengar!

Tulisan ini merupakan terapi kognitif bagi mahasiswa, bahwa memang ada sesuatu yang salah dalam interaksi antara dosen / manajemen universitas dengan mahasiswa. Bila mahasiswa selalu merasa dirinya menjadi korban, maka ia tidak akan bersedia mengubah diri. Istilah dalam psikologi adalah self-handicapping, atau merasa diri tidak berdaya dan perasaan itu merupakan hasil belajar. Oleh karena mahasiswa mempunyai banyak informasi dari seluruh penjuru dunia, maka ia percaya bahwa mahasiswa adalah pihak yang selalu teraniaya. Menjadi pihak teraniaya sangat tidak menyenangkan, sehingga mahasiswa terpacu untuk bangkit.

Cara paling mudah bagi mahasiswa membangkitkan dirinya adalah dengan hal-hal negatif, seperti yang terjadi di belahan dunia lainnya. Hanya berbekal teriak-teriak dan perilaku agresif maka penguasa universitas akan runtuh. Tidak terbersit sedikit pun, bahwa mahasiswa juga harus belajar untuk rendah hati. Rendah hati plus kecerdikan membaca situasi adalah ketrampilan kunci untuk sukses. Ketrampilan itu memang harus dipelajari. Sebagai catatan, rendah hati itu tidak sama dengan merendahkan / menghinakan diri di depan orang lain. Rendah hati adalah sikap tahu diri bahwa dirinya ada sesuatu yang kurang, dan ia bersedia untuk memperbaikinya.

Bagaimana mempelajari ketrampilan rendah hati plus kecerdikan itu? Syaratnya mudah, yaitu mengucapkan syukur bahwa mahasiswa telah bersekolah di universitas yang lucu dan mungil ini. Bersyukur berarti mahasiswa memahami bahwa ada banyak anak muda lainnya yang tidak berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Bersyukur juga berarti senang karena menjumpai situasi sosial yang sangat bagus untuk praktek secara langsung tentang ketrampilan rendah hati plus cerdik. Cobalah bayangkan bila mahasiswa bersekolah di Harvard University di Amerika, pasti tidak sempat untuk praktek rendah hati dan cerdik. Hari-hari mahasiswa Harvard University adalah sibuk kuliah, praktikum, kerjakan tugas, dan ujian. Kesibukan itu sudah pada tingkat dunia, karena saingannya adalah mahasiswa seluruh dunia.

Pesan dari tulisan ini adalah bahwa kita (sebagai mahasiswa, dosen, manajemen universitas, warga masyarakat) memang harus mengubah diri. Hal ini karena perubahan adalah suatu hal yang tidak terelakkan. Mengubah diri bukan jaminan untuk mendapatkan situasi yang lebih baik, namun mengubah diri adalah bekal yang sangat berharga untuk maju. Selamat berkarya.

Post a Comment

0 Comments