IMPLEMENTASI
KERJASAMA DENGAN RRI YOGYAKARTA
Tahun baru 2018 adalah peristiwa yang menyedihkan sekaligus
membahagian. Tahun baru adalah menyedihkan karena umur kita bertambah dan
setelah melihat ke belakang, ternyata masih banyak cita-cita yang belum
terlaksana pada tahun 2017. Tahun baru 2018 juga merupakan persitiwa
menggembirakan karena pada hari itu biasanya ada banyak pesta dan makanan. Semuanya
gratis dan kita boleh mengambil sesukanya.
Tahun baru boleh
saja diisi dengan pesta tutup tahun, dan biasanya berlangsung sampai pagi hari.
Persoalannya, kehidupan akan terus berlangsung sesudah pesta usai. Rutinitas akan
kembali berlangsung seperti tahun 2017. Rutinitas tersebut sungguh mengerikan, bagi orang-orang yang
ingin hidupnya maju. Rutinitas adalah suatu kehidupan yang menjemukan. Akankah kita
begini terus tanpa ada perubahan sedikit pun?
Peristiwa peringatan tahun baru adalah peristiwa spesial,
bagi orang yang ingin ada perbaikan hidup. Perbaikan hidup itu dimulai dengan perencanaan
tentang segala sesuatu yang ingin dilakukan. Perencanaan tentu dimulai dari
pemetaan tentang kegiatan-kegiatan tahun yang urung terlaksana. Mengapa sampai
tidak terlaksana? Adakah hambatan itu berasal dari diri sendiri atau dari
lingkungan? Rasa-rasanya tidak ada maaf yang cukup,
bila hambatan pelaksanaan kegiatan itu berasal dari diri sendiri (misalnya rasa
malas).
Introspeksi tentang
kelemahan diri, perenungan tentang potensi-potensi diri yang belum tergali, berserah
diri, serta berbagai kecemasan dan harapan, harus dilakukan ketika menyimak
makna diri kita. Akan kemana aku, pada tahun 2018? Begitu kira-kira yang ada
dalam benak setiap orang.
Tulisan ini
merupakan laporan implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas
Psikologi UP45. Bentuk kerjasamanya adalah dalam bidang konseling melalui
radio. Siaran ini dilakukan pada 27 Desember 2017. Narasumbernya adalah mbak
Arni Dewi Boronnia, ST dan saya sendiri. Mbak Arni ini dulu pernah menjadi
narasumber di kegiatan unggulan Psikologi UP45 yaitu Psikologi Berbagi. Siaran
kali ini cukup sukses, indikatornya adalah adanya respon dari pendengar. Respon
itu berasal dari pak Hasan dari Pleret, Ibu Rahayu dari jalan Parangtritis, dan
pak Indras dari Yogyakarta. Pak Hasan telah dua kali memberikan respon, yaitu dengan
mengirmkan pesan dan menelepon langsung. Pada umumnya tanggapan para pendengar
adalah untuk mendiskusikan secara kongkrit tentang kebermaknaan hidup dalam
praktek kehidupan sehari-hari.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji