IMPLEMENTASI MOU FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 DENGAN RADIO SONORA
YOGYAKARTA
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Mendapatkan
pengetahuan adalah salah satu hak anak yang harus dipenuhi, baik oleh
Pemerintah maupun orangtua. Pemerintah sudah berperan besar dalam bidang pendidikan yakni menyediakan dana yang sangat
memadai untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia. Usaha-usaha Pemerintah
Indonesia antara lain sertifikasi guru, bea siswa untuk anak-anak, sekolah
gratis dari SD-SMA. Bahkan untuk level perguruan tinggi ada bea siswa bidik
misi bagi mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi. Setelah lulus S1, maka
Pemerintah juga menyediakan beasiswa LPDP untuk level S2 dan S3 baik di dalam
maupun luar negri. Sungguh beruntung anak-anak yang bisa mengenyam segala
fasilitas dari Pemerintah Indonesia tersebut.
Persoalan yang relevan
dengan pendidikan dan tema siaran kali ini adalah bahwa ada anak-anak yang
kurang beruntung dalam bidang pendidikan. Pengertian kurang beruntung adalah
mereka kurang mampu secara finansial sehingga tidak mampu bersekolah di sekolah
yang bagus. Kemungkinan selanjutnya adalah anak-anak yang selalu ditolak di
berbagai sekolah karena nakal, belum bisa membaca dan menulis, dan alasan
lainnya. Apakah orangtua anak-anak yang kurang beruntung tersebut harus
menyerah?
Adalah Sekolah Citaloka yang
berlokasi di Jl. Imogiri Timur No. 156 Mendungan, Giwangan, Umbul Harjo
Yogyakarta. Sekolah Citaloka tersebut dikelola oleh Bapak Yudha Andri Riyanto,
S.Psi. Bapak Yudha adalah Kepala Sekolahnya dan sekaligus alumi Psikologi UP45.
Apa saja keistimewaan dari sekolah Citaloka?
Keistimewaan pertama Sekolah
Citaloka adalah seluruh alat permainan / materi belajar anak-anak berasal dari
limbah. Limbah itu bisa saja botol plastik, kertas, atau pun gabus. Konsekuensinya
adalah para guru dengan diprakarsai oleh Bapak Yudha harus terus berpikir
kreatif. Hal ini karena sangat tidak mudah menciptakan alam permainan edukatif
yang berasal dari limbah. Situasi ini jarang terjadi di sekolah-sekolah negeri
maupun swasta yang bagus dan mahal.
Keisitmewaan kedua Sekolah
Citaloka adalah model pengajaran materi-metrinya sangat anti main stream. Di sekolah
tersebut anak-anak tidak diajarkan calistung (membaca, menulis, dan berhitung)
secara eksplisit, namun pengajarannya dilakukan dengan metode yang jauh lebih
menyenangkan anak-anak. Untuk pelajaran berhitung, misalnya, anak diminta guru
untuk mengambil lima mainan mobil-mobilan. Jadi anak harus belajar berhitung
sendiri agar tugasnya dapat diselesaikan dengan memuaskan. Untuk pelajaran
membaca, anak-anak yang berbaris mengucapkan A, B, C dan seterusnya. Ini adalah
pelajaran mengenal huruf, sekaligus olah raga. Untuk pelajaran agama dan
kewarganegaraan, anak-anak dididik untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum acara makan, anak-anak dibiasakan untuk berdoa dalam bahasa Indonesia.
Tujuannya adlaah agar anak memahami makna bersyukur karena mendapatkan kesempatan
untuk menikmati makanan yang enak bersama teman-temannya. Situasi seperti ini
sangat jarang terjadi di sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang mahal dan
bagus. Di sekolah-sekolah yang mahal tersebut, acara berdoa biasanya dilakukan
dalam bahasa yang susah dipahami anak-anak.
Keisitmewaan ketiga Sekolah
Citaloka ini adalah menerima anak-anak muda yang bersedia berjibaku membangun
dunia pendidikan yang nerdeka bagi anak-anak. Artinya, Sekolah Citaloka ini
telah berjasa menampung tenaga kerja yang bersedia belajar meskipun belum
berpengalaman kerja. Syarat agar bisa diterima bekerja di sekolah tersebut
adalah cinta anak-anak, bersedia belajar, tidak fanatik terhadap agama / mampu
bersikap plural, dan kreatif. Para guru tersebut tidak berasal dari S1 yang
relevan dengan pendidikan, namun bisa berasal dari ilmu-ilmu eksakta.
Tulisan ini adalah laporan
siaran di Radio Sonora FM, pada 19 November 2019. Siaran ini dapat berlangsung
karena Fakultas Psikologi UP45 dan Manajemen Radio Sonora FM sudah membuat MOU.
Punggawa siaran kali ini adalah Bapak Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA. Dan Bapak
Yudha Andri Riayanto, S.Psi. Pak Wahyu adalah dosen Fakultas Psikologi UP45,
dan Bapak Yudha adalah alumni Fakultas Psikologi UP45 sekaligus Kepala Sekolah
Cita Loka Yogyakarta
Pada siaran kali ini, ada 2
penanya yaitu Ibu Siska di Gejayan dan Ibu Dita di Jl. Kaliurang. Ibu Siska
mencemaskan anaknya yang belum bisa membaca dan menulis serta berperilaku
nakal. Ibu Siska tidak tahu harus mendaftar sekolah di mana saja untuk anaknya
tersebut. Ibu Dita menanyakan tentang home schooling. Apakah home schooling
relevan untuk anaknya yang hiperaktif.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji