MARI MENABUNG DI BANK SAMPAH “MESEM” RW 11 KAUMAN YOGYAKARTA
Arundati Shinta
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Persepsi saya tentang emas batangan semula adalah logam emas yang besarnya seperti batu bata merah dari tanah liat. Ukuran batu bata itu adalah 22 cm X 11 cm X 5 cm. Membayangkan besarnya ukuran emas batangan, saya menjadi sangat ingin mendapatkan emas batangan. Harga emas batangan itu tentu saja sangat mahal. Ketika seorang teman menikah, maka teman-teman satu kelompok sepakat untuk memberi kado berupa emas batangan. Kami semua beramai-ramai mengumpulkan uang, dan emas batangan seberat 0,5 gram telah hadir di depan saya. Saat itulah saya menjadi kecewa berat, ternyata bentuk emas batangan hanya sebesar kuku kelingking saja. Sangat kecil bentuknya.
Kekecewaan terhadap bentuk emas batangan tersebut membuat saya merenung kembali tentang niat membeli emas batangan. Cukup berhargakah emas batangan itu? Kalau emas batangan itu berharga, bisakah emas tersebut dijadikan tabungan? Bisakah saya membeli emas batangan dari sampah yang saya tabung? Pertanyaan-pertanyaan ini penting, karena saya tidak mau mengganggu keuangan rumah tangga. Selain itu, saya juga tidak mau meminta uang dari suami hanya untuk membeli emas batangan. Menggantungkan diri dari gaji dosen, jelas tidak cukup. Harga emas batangan terlalu mahal. Cara terbaik dan termudah untuk membeli emas batangan adalah dengan menabung di bank sampah.
Saya menjadi nasabah resmi Bank Sampah Mesem, yang alamatnya adalah RW 11 Kauman Yogyakarta, pada 18 Maret 2016. Uang yang pertama kali saya dapatkan dari menjual sampah adalah Rp. 1.171,- (seribu seratus tujuh puluhsatu rupiah). Selama kurun waktu Maret 2016 – Maret 2022, jumlah uang yang paling sedikit dan paling banyak saya dapatkan masing-masing Rp. 844,8.- (delapan ratus empat puluh emat rupiah delapan puluh sen) dan Rp. 46.418,4 .- (empat puluh enam ribu empat ratus delapan belas rupiah empat puluh sen). Jumlah sampah paling sedikit dan paling banyak yang saya setorkan masing-masing adalah 1,06 kg dan 44,84 kg. Memang jumlah uang yang saya peroleh sangat sedikit, bahkan kalau dihitung-hitung pasti tekor. Ini karena uang yang diperoleh sangat tidak sebanding dengan uang transpor dan juga jerih payah mengumpulkan sampah.
Pada mulanya saya memang menjadi malas karena jerih payah saya hanya dihargai sangat rendah. Setelah berdiskusi dengan keluarga, saya mendapatkan pencerahan bahwa tujuan utama menjadi nasabah bank sampah adalah untuk pengelolaan sampah secara ramah lingkungan bukan untuk mendapatkan uang. Bila dasar perhitungannya uang, maka dipastikan rugi. Berdasarkan pencerahan itulah saya menjadi nasabah yang cukup rajin.
Kerajinan saya menabung, ternyata diperhatikan oleh pengurus Bank Sampah Mesem tersebut. Buktinya, pada setiap hari raya Lebaran, saya mendapatkan bingkisan sembako berupa beras, minyak goreng, dan sebagainya. Berdasarkan info yang saya peroleh dari Direktur Bank Sampah Mesem yakni Ibu Atika, ternyata hanya nasabah tertentu saja yang mendapatkan bingkisan sembako tersebut. Kriterianya adalah rajin menabung. Saya merasa sangat terhormat, dan menjadi semakin termotivasi untuk menabung.
Gara-gara menjadi nasabah Bank Sampah Mesem, saya menjadi rajin mengumpulkan, membersihkan dan kemudian memilah barang-barang di rumah. Dari pengurus Bank Sampah Mesem, akhirnya saya mengetahui jenis-jenis sampah yang laku dijual di bank sampah. Sampah-sampah perlu dipilah karena harganya memang berbeda. Ada lebih dari 20 jenis sampah yakni (1) Plastik (plastik bening putih, plastik berwarna, botol kemasan air minum, gelas kemasan air minum, tutup botol, botol shampo, kerasan atau plastik keras yang biasa digunakan untuk membungkus telur); (2) kertas (kertas HVS, kertas koran, kertas potongan kecil-kecil, kertas semen, kertas karton warna coklat); (3) Kaca (botol kecil dan pecahan keca, botol sirup); (4) Logam (paku, mur baut, potongan besi); (5) Barang-barang elektronik; (6) Kaleng (kaleng bekas susu, kaleng bekas makanan, kaleng cat). Semua barang-barang tersebut harus dalam kondisi bersih dan kering. Bila barang-barang itu dalam kondisi basah, maka beratnya tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu, kebersihan barang diperlukan untuk menghindarkan berkumpulnya serangga / semut.
Khusus untuk bungkus kemasan aluminium (biasanya bungkus kopi), tidak disetorkan kepada Bank Sampah Mesem. Ini karena pihak pengepul tidak mau membelinya. Bungkus kemasan tersebut disetorkan kepada pengrajin tas cantik. Bungkus kemasan tersebut harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya serta dalam kondisi bersih dan rapi cara pengguntingannya. Jenis sampah lainnya yang tidak laku di Bank Sampah Mesem akan berakhir di TPST Randu Alas di Nglanjaran Sardonoharjo, Ngaglik Sleman Yogyakarta. Sampah yang tidak laku tersebut adalah (1) Sampah B3 (tisu, masker, obat-obat kadaluwarsa, bekas plester yang sudah digunakan, kaleng bekas obat anti serangga, lampu, baterai); (2) Kain (baju bekas).
Data terakhir tabungan saya adalah pada 4 Maret 2022, dengan saldo terakhir Rp. 616,662,2 (enam ratus enam belas ribu enam ratus enam puluh dua rupiah dua puluh sen). Sebagian dari saldo tersebut harus saya ambil yakni RP. 560.000,- (lima ratus enam puluh ribu rupiah), karena untuk membeli emas batangan 0,5 gram dari antam. Rencana saya, sisa tabungan akan saya teruskan sehingga saya bisa membeli emas batangan yang kedua. Ternyata sampah yang saya kumpulkan bisa mendatangkan emas batangan. Saya sama sekali tidak menyangka. Teman-teman banyak yang mengejek karena saya harus menabung selama 6 tahun (2016-2022), demi emas batangan. Teman lain yang tertarik dan ingin mengikuti jejak saya, akhirnya mundur teratur. Alasannya, mereka tidak tahan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menabung dan malas mengmpulkan sampah. Bagaimana pun, saya berhasil membuktikan bahwa sampah adalah berkah. Ingin menjadi nasabah Bank Sampah Mesem?
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji