Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

BENDA PADAT MENGUAP: KIAT-KIAT PRAKTIS BAGI MAHASISWA YANG MERASA JEMU DI RUANG PERKULIAHAN




Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Benda padat menguap alias mahasiswa sering menguap di ruang kuliah. Itulah yang sering terjadi pada mahasiswa yang merasa jemu pada sistem perkuliahan yang wajib dihadirinya, apabila ia ingin lulus ujian pelaajran itu. Apa saja alasan mahasiswa jemu pada perkuliahan yang ada? Berdasarkan hasil beberapa pengamatan pada mahasiswa, alasan-alasan yang dikemukakan mereka antara lain suara dosen terlalu lirih, cara dosen mengajar membosankan, topik yang diberikan dosen tidak dapat membangkitkan gairah mahasiswa untuk ingin tahu lebih banyak, atau mahasiswa itu kelaparan sehingga tidak dapat konsentrasi. Kalau wajib hadir di perkuliahan terasa berat bagi mahasiswa, namun di sisi lain mahasiswa merasakan suatu keterpaksaan maka perkuliahan tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Lalu apa yang dapat dilakukan mahasiswa yang jemu?

Foto : Elisa


Tulisan ini ditujukan kepada para mahasiswa yang sering merasa jemu menghadiri perkuliahan, karena mahasiswa lebih sering menjadi sasaran kemarahan dosen bila mereka nampak jemu atau bahkan tertidur di kelas. Tulisan ini tidak ditujukan kepada dosen karena memang sudah sewajarnya dosen harus meningkatkan diri atau mawas diri bila perkuliahannya menjemukan. Bila dosen tidak mampu mawas diri maka ia termasuk dosen bebal. Bila mahasiswa (yang jumlahnya lebih banyak daripada dosen) bersedia mengubah diri maka kemampuan itu akan membuatnya menjadi lebih baik. Mahasiswa akan terbiasa menjadi kreatif kelak bila menghadapi situasi yang tidak menguntungkan dalam situasi apa pun.


Apa saja kiat-kiat praktis bagi mahasiswa yang merasa bosan tetapi merasa terpenjara di kelas? Kiat ini lebih menggali hal-hal yang kreatif, bukan kiat-kiat untuk mendorong mahasiswa membolos kuliah. Membolos kuliah berarti mahasiswa melarikan diri dari situasi yang tidak menyenangkan. Selain itu membolos berarti menjauhkan diri dari kemungkinan untuk berperilaku kreatif.

Kiat pertama, mahasiswa harus mengenali karakterisitk dosen, terutama tentang kebiasaannya dalam memberikan nilai pelajaran. Apakah dosen sering memberikan tugas perkuliahan? Kalau ya, berarti mahasiswa harus mengerjakan tugas dan dikumpulkan tepat waktu. Apabila mahasiswa tidak sempat (lupa) mengerjakan tugas, maka mereka dapat mengerjakan tugas di kelas pada saat dosen yang membosankan itu memberikan kuliah. Hal yang merepotkan adalah bila tugas itu tidak boleh ditulis tangan, padahal di kelas tidak ada fasilitas printer. Untuk mengatasi ketiadaan printer di kelas, maka mahasiswa dapat mengerjakan di laptop pada saat kuliah berlangsung. Setelah kuliah selesai, katakan sejujurnya kepada dosen untuk minta perpanjangan beberapa menit untuk mencetak file tugas di warnet atau rental komputer terdekat. Kiat ini memang mengharuskan mahasiswa mempunyai laptop sendiri. Bila mahasiswa tidak mempunyai laptop, maka kiat-kiat yang lain dapat diterapkan.

Kiat kedua, mahasiswa harus mengenal kebiasaan dosen ketika sedang mengajar. Apakah ia sering mondar-mandir menghampiri mahasiswa? Kalau ya, berarti mahasiswa tidak dapat mengisi waktu perkuliahan yang membosankan itu dengan mengerjakan tugas kuliah, membaca buku (komik misalnya), atau membuka internet (bila ada hotspot di ruang kuliah). Dosen-dosen tertentu ada kecenderungan untuk sering mondar-mandir dengan maksud agar lebih disukai mahasiswa, agar kelas lebih hidup, agar mahasiswa tidak meremehkannya (tertidur di kelas berarti meremehkan dosen), atau ia suka berjalan-jalan saja (mungkin ia suka berolah raga). Ada juga dosen yang mempunyai karakteristik agak aneh yaitu mengecek tulisan mahasiswa (mungkin ia kurang pekerjaan). Apabila mahasiswa menemui dosen yang agak aneh ini, maka mahasiswa wajib membelalakkan mata, dan menulis segala sesuatu yang dikatakan dosen. Agar proses membelalakkan mata lancar maka mahasiswa dapat makan permen kopiko, atau minta ijin sebentar untuk mencuci muka.

Kiat ketiga, mahasiswa hendaknya mencari informasi yang layak dipercaya tentang ‘buku suci’ atau buku acuan yang digunakan dosen untuk mengajar. Bagi dosen bebal dan pemalas, buku acuannya sering kali sama sehingga isi materi perkuliahan adalah seperti halnya memutar rekaman saja. Bila dosen jenis ini yang ditemui maka mahasiswa harus berusaha sangat keras untuk menemukan catatan dari mahasiswa senior. Ketiklah materi perkuliahan itu dan bawalah ke kampus pada saat perkuliahan berlangsung. Tawarkan pada mahsiswa lain bila ingin mendapatkannya, sehingga kiat ini dapat menjadi sumber lahan bisnis. Apabila karakteristik dosen agak aneh yaitu literatur yang ditentukannya berbahasa asing (menuliskan judul dan pengarang secara lengkap) namun materi yang diberikan adalah literatur bahasa Indonesia yang biasanya disembunyikan / tidak diperlihatkan pada mahasiswa. Menghadapi dosen super aneh ini maka tidak ada kiat lain selain membelalalakkan mata selebar-lebarnya sambil mengulum permen kopiko.

Sehubungan dengan kiat ketiga tersebut di atas, mungkin saja mahasiswa menghadapi dosen yang karakteristiknya pandir. Agar terlihat pandai maka ia biasanya memperlihatkan buku acuan berbahasa asing yang tebal, agar mahasiswa gentar dan hormat pada dosen. Berdasarkan infromasi dari mahasiswa senior, mungkin saja materi kuliah dosen pandir ini selalu baru (bukan rekaman) dan ia memang tidak menyembunyikan buku acuan yang berbahasa Indonesia. Cara mengatasi dosen pandir ini mudah yaitu temukan saja buku acuannya itu. Seringkali buku itu tidak tersedia di perpustakaan, sehingga cobalah untuk meminjam dari dosen untuk dicopy. Cobalah pahami isi literatur itu, mulailah bagian awal saja kemudian langsung pada kesimpulan. Kiat ini untuk mempercepat pemahaman buku-buku berbahasa asing. Mahasiswa hendaknya jangan merasa gentar dulu, karena dosen pandir ini biasanya lebih pandai satu malam saja dibanding mahasiswa. Kiat ini bisa dilakukan terutama kalau kemampuan mahasiswa dalam bahasa Inggris memadai. Berdasarkan pengamatan, kiat ini sangat manjur. Kalau kemampuan mahasiswa dalam bahasa asing terbatas, maka mereka harus membelalakkan mata atau mengulum permen kopiko sepanjang perkuliahan berlangsung.

Kiat keempat relevan dengan karakteristik dosen yang gemar membuat mahasiswa terlena, tidak peduli dengan daftar hadirnya mahasiswa, tidak komunikatif, materi perkuliahannya terkenal sulit, dan nilainya sangat mahal. Menghadapi dosen yang super duper aneh ini, maka hanya satu kiatnya yaitu isi daftar hadir perkuliahan kemudian segeralah keluar ruang kuliah. Tidak ada gunanya mahasiswa menghadiri perkuliahan yang menjemukan itu. Kiat ini wajib diiringi dengan usaha mahasiswa yang sangat keras untuk mendapatkan catatan kuliah yang lengkap, atau usahakan untuk mendapatkan tentor (guru les) yang dapat menjelaskan materi kuliah dengan lebih mudah. Mendapatkan guru les itu merupakan konsekuensi logis bagi mahasiswa yang mengahadapi dosen aneh ini.

Apa pun kiat yang akan diambil mahasiswa dalam mensiasati situasi yang menjemukan di kelas, maka mahasiswa tetap harus bersedia mengubah diri. Kesediaan mengubah diri akan mendekatkan ide-ide kreatif. Selamat mencoba dan menebak-nebak karakteristik dosen di tempat Anda menimba ilmu.

Post a Comment

0 Comments