Arni
Dewi Boronnia
Fakultas
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Foto : Arni B.D. |
Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk tampil
secara maksimal, untuk itu tak jarang kita berusaha untuk “menghias” diri
dengan menggunakan busana yang bagus maupun mengenakan aksesoris yang menarik. Berbisnis
aksesoris pun menjadi pilihan banyak orang karena sangat “luwes” untuk
diperdagangkan dan pangsa pasarnya juga luas. Dengan sedikit modifikasi di
berbagai macam bentuk aksesoris, kita bisa membuka gerai aksesoris khusus untuk
pernikahan, oleh-oleh, atau dengan tema-tema aksesoris tertentu. Dalam tulisan
kali ini, saya akan membahas lebih lanjut mengenai pedagang kaki lima di
Malioboro yang menjual berbagai aksesoris dan pernak-pernik oleh-oleh khas
Jogja.
Saya menemui Mbak Iin, salah satu dari sekian banyak
pedagang kaki lima aksesoris oleh-oleh di Malioboro. Mbak Iin menjual berbagai
bentuk gelang dan kalung, sabuk, tas rajut kecil, dan oleh-oleh khas daerah
wisata: gantungan kunci. Dalam menjalankan usahanya, Mbak Iin cukup bagus, ia
membuka “lapak” di Malioboro sebagai tempat menjual eceran barangnya, dan
adiknya membuka kios di Pasar Beringharjo sebagai tempat menjual grosir
barangnya. Kemudian untuk mempertahankan supply
barangnya, Mbak Iin membuat sendiri sebagian besar barangnya, dan untuk
mendukung pengadaan supply barang, ia
juga mengambil barang-barang dari Jawa Timur untuk dijual kembali di Jogja.
Sepintas strategi usaha Mbak Iin sudah nampak maksimal, namun ada beberapa
kekurangan yang kemudian dapat ditutupi dengan mengembangkan potensi yang lain.
Yang pertama, kurang adanya inovasi barang sehingga jika kita melihat keseluruhan
penjual aksesoris oleh-oleh di Malioboro, hampir tidak terdapat perbedaan barang,
tak terkecuali barang-barang dagangan milik Mbak Iin. Yang kedua, pemasaran
hanya bergantung pada animo pariwisata dari para wisatawan, hal ini berarti
barang-barang dagangan hanya laku kebanyakan saat musim-musim liburan saja.
Ada sebuah kalimat yang saya kutip dari Kompasiana: “sebuah produk jika itu merupakan karya seni, maka bolehlah secerdas
apapun manusia membuatnya. Tapi jika produk itu merupakan barang dagangan, maka
dia hanya perlu tampil sesuai harapan sebanyak-banyak orang yang sanggup membelinya”.
Untuk menyiasati barang dagangan yang mayoritas sama dengan pedangan lainnya,
Mbak Iin dapat lebih mengeksplor bentuk-bentuk aksesoris yang lebih unik dan
mengkreasikannya lagi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memantau tren
bentuk dan warna aksesoris, mengamati selera pasar, atau memodifikasi bentuk
kreasi sendiri. Dengan adanya penawaran produk yang bagus dan unik, konsumen
akan tertarik untuk melihat dan kemudian membeli. Dengan penambahan ragam supply
produk dapat meningkatkan kesempatan konsumen untuk memilih barang dan
kesempatan untuk membuat keputusan pembelian barang akan lebih besar pula
peluangnya.
Taha
pemasaran, Mbak Iin dapat mulai memanfaatkan
teknologi media sosial seperti Facebook, Twitter, Tumblr, Blog, dan
sebagainya. Dengan penataan akun media sosial yang unik dan kreatif, disertai
oleh foto dan kalimat promosi yang menarik akan meningkatkan minat beli
konsumen. Dengan memanfaatkan media sosial pula Mbak Iin dapat melayani
konsumen yang berada di luar Jogja. Selain itu Mbak Iin dapat pula memasarkan
barangnya dengan dirinya sendiri dengan cara memakainya sendiri, dipadukan dengan busana yang sesuai agar terlihat
menarik sehingga mengundang calon konsumen agar tertarik pada aksesoris
yang digunakannya.
Kasus Mbak Iin, perlu dikembangkan hanya penambahan supply barang yang lebih unik dan
beragam serta pemasaran barang melalui teknologi media sosial, karena dari segi
penempatan lokasi usaha, Mbak Iin sudah berada di tempat yang tepat, yaitu di central business distric Kota
Yogyakarta, yaitu Malioboro. Pemilihan
tempat usaha merupakan faktor yang cukup penting untuk dipertimbangkan
secara matang, karena tingkat aksesibilitas tempat akan mempengaruhi banyak
atau tidaknya pengunjung yang akan datang. Di harapkan selanjutnya, baik Mbak
Iin selaku PKL yang saya wawancara maupun pembaca Kup45iana yang akan memulai
usaha, dapat memikirkan konsep usaha tersebut dengan matang, serta membuka
lebar-lebar pintu kreativitas, karena salah satu kunci dari keberhasilan suatu
usaha adalah dari kreativitas dan inovasi.
2 Comments
Kalau saya punya kalung-kalung dari Kalimantan, terus saya jual di Malioboro laku apa enggak ya mbak Arni. Kalung itu manik-manik, buatnya agak ruwet sih. itu bikinan keluargaku di Kalminatan sana. Tapi saya itu tidak punya pengalaman berjualan. Mbak Arni bisa beri sedikit tips untuk saya? Ditunggu tulisan berikutnya ya. Hebat mbak Arni, pejuang orang-orang kecil seperti UKM di Malioboro.
ReplyDeleteSaya juga senang buat kalung-kalung dan gelang dari manik-manik. Manik-manis itu saya sendiri yang buat, dari biji-bijian yang saya keringkan. Karena sudah kering, maka jadi keras. Terus saya ikat dengan benang perak.Hasilnya, banyak teman-teman yang suka, laris. Tetapi saya harus mengurangi bisnis itu, karena nilai ujian saya jadi turun. Jadi buat kalungnya belum bisa intensif.
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji