Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

AKSESORIS OLEH-OLEH KHAS MALIOBORO



Arni Dewi Boronnia
Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Foto : Arni B.D.
Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk tampil secara maksimal, untuk itu tak jarang kita berusaha untuk “menghias” diri dengan menggunakan busana yang bagus maupun mengenakan aksesoris yang menarik. Berbisnis aksesoris pun menjadi pilihan banyak orang karena sangat “luwes” untuk diperdagangkan dan pangsa pasarnya juga luas. Dengan sedikit modifikasi di berbagai macam bentuk aksesoris, kita bisa membuka gerai aksesoris khusus untuk pernikahan, oleh-oleh, atau dengan tema-tema aksesoris tertentu. Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas lebih lanjut mengenai pedagang kaki lima di Malioboro yang menjual berbagai aksesoris dan pernak-pernik oleh-oleh khas Jogja.
Saya menemui Mbak Iin, salah satu dari sekian banyak pedagang kaki lima aksesoris oleh-oleh di Malioboro. Mbak Iin menjual berbagai bentuk gelang dan kalung, sabuk, tas rajut kecil, dan oleh-oleh khas daerah wisata: gantungan kunci. Dalam menjalankan usahanya, Mbak Iin cukup bagus, ia membuka “lapak” di Malioboro sebagai tempat menjual eceran barangnya, dan adiknya membuka kios di Pasar Beringharjo sebagai tempat menjual grosir barangnya. Kemudian untuk mempertahankan supply barangnya, Mbak Iin membuat sendiri sebagian besar barangnya, dan untuk mendukung pengadaan supply barang, ia juga mengambil barang-barang dari Jawa Timur untuk dijual kembali di Jogja. Sepintas strategi usaha Mbak Iin sudah nampak maksimal, namun ada beberapa kekurangan yang kemudian dapat ditutupi dengan mengembangkan potensi yang lain. Yang pertama, kurang adanya inovasi barang sehingga jika kita melihat keseluruhan penjual aksesoris oleh-oleh di Malioboro, hampir tidak terdapat perbedaan barang, tak terkecuali barang-barang dagangan milik Mbak Iin. Yang kedua, pemasaran hanya bergantung pada animo pariwisata dari para wisatawan, hal ini berarti barang-barang dagangan hanya laku kebanyakan saat musim-musim liburan saja.

Ada sebuah kalimat yang saya kutip dari Kompasiana: “sebuah produk jika itu merupakan karya seni, maka bolehlah secerdas apapun manusia membuatnya. Tapi jika produk itu merupakan barang dagangan, maka dia hanya perlu tampil sesuai harapan sebanyak-banyak orang yang sanggup membelinya”. Untuk menyiasati barang dagangan yang mayoritas sama dengan pedangan lainnya, Mbak Iin dapat lebih mengeksplor bentuk-bentuk aksesoris yang lebih unik dan mengkreasikannya lagi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memantau tren bentuk dan warna aksesoris, mengamati selera pasar, atau memodifikasi bentuk kreasi sendiri. Dengan adanya penawaran produk yang bagus dan unik, konsumen akan tertarik untuk melihat dan kemudian membeli. Dengan penambahan ragam supply produk dapat meningkatkan kesempatan konsumen untuk memilih barang dan kesempatan untuk membuat keputusan pembelian barang akan lebih besar pula peluangnya.
Taha pemasaran, Mbak Iin dapat mulai memanfaatkan teknologi media sosial seperti Facebook, Twitter, Tumblr, Blog, dan sebagainya. Dengan penataan akun media sosial yang unik dan kreatif, disertai oleh foto dan kalimat promosi yang menarik akan meningkatkan minat beli konsumen. Dengan memanfaatkan media sosial pula Mbak Iin dapat melayani konsumen yang berada di luar Jogja. Selain itu Mbak Iin dapat pula memasarkan barangnya dengan dirinya sendiri dengan cara memakainya sendiri, dipadukan dengan busana yang sesuai agar terlihat menarik sehingga mengundang calon konsumen agar tertarik pada aksesoris yang digunakannya.
Kasus Mbak Iin, perlu dikembangkan hanya penambahan supply barang yang lebih unik dan beragam serta pemasaran barang melalui teknologi media sosial, karena dari segi penempatan lokasi usaha, Mbak Iin sudah berada di tempat yang tepat, yaitu di central business distric Kota Yogyakarta, yaitu Malioboro. Pemilihan tempat usaha merupakan faktor yang cukup penting untuk dipertimbangkan secara matang, karena tingkat aksesibilitas tempat akan mempengaruhi banyak atau tidaknya pengunjung yang akan datang. Di harapkan selanjutnya, baik Mbak Iin selaku PKL yang saya wawancara maupun pembaca Kup45iana yang akan memulai usaha, dapat memikirkan konsep usaha tersebut dengan matang, serta membuka lebar-lebar pintu kreativitas, karena salah satu kunci dari keberhasilan suatu usaha adalah dari kreativitas dan inovasi.

Post a Comment

2 Comments

  1. Kalau saya punya kalung-kalung dari Kalimantan, terus saya jual di Malioboro laku apa enggak ya mbak Arni. Kalung itu manik-manik, buatnya agak ruwet sih. itu bikinan keluargaku di Kalminatan sana. Tapi saya itu tidak punya pengalaman berjualan. Mbak Arni bisa beri sedikit tips untuk saya? Ditunggu tulisan berikutnya ya. Hebat mbak Arni, pejuang orang-orang kecil seperti UKM di Malioboro.

    ReplyDelete
  2. Saya juga senang buat kalung-kalung dan gelang dari manik-manik. Manik-manis itu saya sendiri yang buat, dari biji-bijian yang saya keringkan. Karena sudah kering, maka jadi keras. Terus saya ikat dengan benang perak.Hasilnya, banyak teman-teman yang suka, laris. Tetapi saya harus mengurangi bisnis itu, karena nilai ujian saya jadi turun. Jadi buat kalungnya belum bisa intensif.

    ReplyDelete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji