Sigit Meliyanto
Fakultas Teknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
(Foto : Sigit M) |
Kantin kejujuran sudah
tidak asing di telinga kita. Ya, banyak sekolah mulai dari sekolah dasar (SD)
sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat bahkan perguruan tinggi
mengadakan program ini. Kantin kejujuran merupakan sebuah media penjualan yang
bertujuan untuk melatih kejujuran setiap pembeli karena tidak pernah ditunggui
oleh penjaga/pemilik, jadi kantin ini tidak hanya mencari keuntungan semata. Kantin
ini pada mulanya dikenalkan oleh KPK yang bertujuan untuk menyelamatkan anak
didik dan generasi muda pada umumnya dari jeratan budaya korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN). Lebih dari itu, sekolah dan institusi pendidikan pada umumnya
dipercaya masyarakat sebagai sarana efektif dalam memberantas budaya buruk dan
penyakit yang merugikan bangsa itu. Hal itu terbukti berhasil di berbagai
daerah.
Lalu bagaimana di luar
institusi resmi seperti yang sudah-sudah? Ternyata tidak hanya di kalangan
akademis saja kantin kejujuran ini. Seperti contohnya adalah konsep usaha yang
dikembangkan oleh bapak Sarjono berkepala empat, yang tinggal di Karang Kajen,
Yogyakarta. Beliau mencoba mengaplikasikanya dikos-kosan daerah Yogyakarta. Beliau
menggeluti usaha dagang dibidang penjualan roti. Konsep awal ia mencoba kantin
kejujuran di kos-kosan didasari beberapa alasan. Disamping karena memang
tuntutan kebutuhan hidup, juga untuk melatih kejujuran seperti halnya kantin
kejujuran lainya.
(Foto : Sigit M) |
Ini foto bapak Sarjono, sepeda
motor sederhana cukup tua. Setiap hari motor ini setia mengantarkan mencari
rezeki untuk keluarganya. Ditemani satu keranjang besar dan dua keranjang
tanggung di taruh di belakang. Motor tua ini terbiasa memikul beban berat roti-roti.
Foto ini diambil di halaman masjid At-Taqwa Komplek Yadara-PJKA Babarsari,
Depok, Sleman. Waktu itu beliau sedang menyetor roti ke kos-kosan tepat di samping
masjid tersebut yang juga menjadi tempat kosan penulis.
Sambil melepas lelah,
sengaja penulis tanya-tanya tentang pekerjaanya ini. Ternyata usaha ini sudah
berjalan sekitar empat tahun, dimana dulu awal mulanya hanya menyetor ke
warung-warung saja, namun karena perputaran uang yang dirasa kurang dan banyak
roti tidak habis atau njamur mulai
lah putar otak hingga munculah ide seperti itu.
Setiap harinya pak Sarjono
mampu menyetor hingga 250 roti kemasan kecil dengan kisaran harga Rp.1.500
hingga Rp.2.000 saja. Murah bukan? Dagangan diambil langsung dari pabriknya
langsung di daerah Bantul dan sekitarnya. “Wah kalau omset kecil mas, tapi
alhamdulillah cukup untuk kebutuhan keluarga, ya untungnya sekitar Rp.50.000
ribu seharinya” terang pak Sarjono dengan sedikit malu. Memang benar,
penghasilan itu tak bisa dilihat dari nominalnya saja, namun dari keberkahanya
juga.
Selama kurun waktu tiga tahun
terakhir jumlah kos yang disetori roti ini mencapai 80 tempat. Dengan frekuensi
setoran tiap tiga hari sekali dan berjumlah 10-15 roti tiap kos.
Lalu seperti apa
dampaknya, baik bagi dirinya dan juga warga kos yang mayoritas adalah
mahasiswa? Untuk dirinya beliau mengungkapkan sejauh ini usaha yang digelutinya
ini lancar-lancar saja dan makin hari makin berjalan mulus. Nah, bagaimana
dengan objeknya? Adakah dampak yang signifikan? Setelah penulis tanya, hal itu
sulit terlihat pencapaianya karena memang patokanya hanya bisa dilihat dari
jumlah uang yang terkumpul apakah sesuai dengan seharusnya atau tidak, selain itu
penghuni kos yang relatif berganti-ganti.
Dinilai dari segi manfaat
tentunya ini memiliki dampak yang sangat positif. Tidak hanya mendidik karakter
mahasiswa atau warga kos lainya yang sudah masuk dikehidupan lebih kompleks
dari sebelumnya. Tentunya lebih banyak kegiatan atau hal-hal yang dilakukan
yang berpotensi menuju jurang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sehingga dengan
salah satu cara ini diharapkan dapat menanamkan dan menjaga karakter jujur dan
bersih pemuda Indonesia sebagai pilar dan generasi penerus bangsa. Semoga ini
menjadi langkah kecil dari seorang pejuang penanam kejujuran, bapak Sarjono dan
rekan-rekanya yang berjumlah sekitar 20 orang itu bermanfaat dan berdampak
besar bagi masa depan kejujuran di Negara kita ini, Aamiin.
1 Comments
Hebat benar mas Sigit bisa menjumpai orang sebaik Pak Sarjono. Semoga mas Sigit ketularan menjadi baik hatinya juga. Amiiin.
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji