Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

BELAJAR SEJARAH GEOLOGI BERSAMA PESERTA IAYP KE NGLANGGERAN



Elisa
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Bebatuan Nglanggeran (Foto : Elisa)
Gunung Api Nglanggeran, inilah tempat favoritku. Sudah ke tiga kalinya aku mengunjunggi gunung Api Purba Nglanggeran ini. Tempat ini selalu menyisakan kenangan trauma tersendiri. Berbeda perjalanan kali ini bersama teman-teman IAYP UP 45 Yogyakarta.
Pertamakalinya ke Gunung Api Nglanggeran saat acara Pramuka di SMP, pertamakali dalam seumur hidupku jalan kaki dari SMP hingga bukit Gunung Api Nglanggeran, menghabiskan waktu 7 jam saat itu. Perjalanan keduakalinya aku tempuh bulan Juli 2012 kemarin, perjalanan inilah yang membuatku trauma dengan medan jalan menikung dan ekstrim, cerita empiris bisa klik link ini. Perjalanan ketigakalinya bersama teman-teman IAYP adalah perjalanan yang menguji nyaliku dengan medan yang bagiku sangat menakutkan dan membuatku kringat dingin, bergetar, lemas tak berdaya jika melihat sepanjang jalan yang menjadi tempat kecelakaan itu.
Alasan saya dan teman-teman peserta IAYP UP 45 karena tempat ini memiliki sejarah yang wajib diketahui. Siapa yang mengira, ternyata di Yogyakarta memiliki beberapa titik GUnung Api Purba, salah satunya tempat yang kami kunjungi ini. Konon Gunung Api purba Nglanggeran ini merupakan gunung aktif pada zamannya. Nglanggeran terbentuk jutaan tahun yang lalu. Beberapa geologi dari UGM meneliti bebatuan di Nglanggeran tersusun dari fragmen material vulkani tua. Konon katanya bebatuan hasil dari endapan erupsi dan ledakan dasyat gunung api Nglanggeran ini memiliki bentuk, bebatuannya jika dilihat dari kejauhan menyerupai tokoh-tokoh wayang.

Jalan diantara bebatuan yang harus kami lewati (Foto : Elisa)
Kami pun tiba di altar depan nglanggeran, kami berbaris memarkirkan motor. Pintu masuk ke sini pun sangat terjangkau. Bagi Nurul, Anya, Mega, Singgih dan Cepi sedikit kaget dengan medan kami lalui, karena harus melewati bebatuan yang setapak dan melewati jalur sempit. Kami melewatinya lewat tangga yang sengaja di buat diantara batu-batuan. Seperti jepretan yang sempatku abadikan di samping. Gunung api Purba Nglanggeran memberikan edukasi yang berharga bagi mereka yang mengaku pecinta alam. Para pecinta alam bisa melakukan rekreasi seperti panjat tebing, sekaligus sebagai pendakian. Di tempat ini pula masih terdapat beberapa hewan seperti monyet berbulu putih. Jangan takut kelaparan, disini juga banyak buah-buahhan yang tumbuh liar.
Waktu yang kami butuhkan menuju dapur magma yang telah mati pun memakan waktu 1 jam hingga satu jam tiga puluh menit, tergantung pendaki itu sendiri, sering istirahat tidaknya. Ketinggian Nglanggeran setinggi 200-700 mdpl. Rasa lelah tentu menyeruak tubuh kami beberapa kali. Namun setelah sampai ketinggian akan terbayarkan dengan keindahan relief bumi. Ditempat inilah bisa menikmati matahari terbenam. Keeksotisan semakin terasa.
Kami hampir sampai di dapur magma Nglanggeran, wajah teman-teman terlihat lelah dan pucat. Beberapa kali kita meminum air bekal yang mulai habis. Untuk menuju ke dapur magma paling atas kita harus menaiki batu kars yang sangat besar sekali. Kita harus merangkak berpijakan batu yang timbul ke permukaan sebagai pembantu kami ke atas bukit. Rasa letih yang tak karuan akirnya terbayarkan. Mata kami dimanjakan sepuas-puasnya. Dari atas terlihat pemancar televisi yang berjejer, dengan paduan beberapa warna hijau dan batu-batuan Kars yang ditumbuhi rumput-rumput segar. Tentu saja terlihat kolam raksasa di depan kami, kolam tersebut baru diresmikan dua bulan yang lalu. Kebun buah Nglanggeran, itulah nama kolam yang semakin memanjakan mata kami. Tempat itu pulalah yang menjadi tempat selanjutnya setelah dari Nglanggeran.
Karena matahari mulai meninggi, kami pun memutuskan turun menuju lokasi selanjut di Kebun Buah Nglanggeran. Cerita perjalanan menuju Kebun Buah ini tentu sudah dibahas kelompok kami. Tidak perluku tuliskan lagi panjang lebar. Kedalaman Kebun Buah Nglanggeran ini 3 meter. Kolam ini memiliki volume 12.000 meter dan luas sekitar 8.000 meter. Kolam ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuana X pada tanggal 19 Februari 2013. Berikut video perjalanan pulang dari Kebun Buah Nglanggeran.

Post a Comment

0 Comments