Rauf
Wanda Adkhani Nur Rokhman
Teknik
Perminyakan
Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Proses transportasi migas menggunakan pipa, merupakan
cara yang paling sering digunakan. Lebih ekonomis dan mudah menjadikan alasan
mengapa cara ini lebih sering digunakan. Bahan-bahan pipa secara umum dapat
dibagi menjadi carbon steel, carbon moly,
galvanees, ferro nikel, stainless steel,
PVC (Pralon), chrome moly.
Sedangkan untuk bahan pipa yang khusus dikelompokkan menjadi vibre glass, alumunium, brought iron (besi
tanpa tempa), copper (tembaga), red brush (kuningan merah), nikel copper/monel (timah tembaga), nikel chrome iron/inconel (besi timah chrome). Pada dasarnya, sistem pipa dan
detail untuk setiap industri atau pengilangannya tidak jauh berbeda.
Perbedaannya terletak pada kondisi khusus atau batasan tertentu yang diminta
pada setiap proyek.
Pemasangan pekerjaan perpipaan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok bagian, yaitu :
- Pipa diatas tanah
- Pipa dibawah tanah
- Pipa dibawah air (di dalam air)
Pemasangan sistem perpipaan di ketiga tempat ini
mempunyai permasalahan masing-masing. Oleh karena itu, dibutuhkan desain dan
perencanaan yang matang pada pekerjaan ini.
Seiring berjalannya waktu, pipa yang digunakan akan
mengalami penurunan kualitas bahkan mengalami kerusakan. Dalam mengatasi hal
tersebut, maka harus dilakukan pengecekan rutin terhadap kondisi pipa. Apabila
pipa tersebut tidak bisa direhabilitasi atau rusak , maka harus dilakukan
penggantian. Penggantian pipa yang rusak tidak selalu dapat diamati dengan
inspeksi. Pengamatan akan mudah dilakukan, kalau kerusakan terjadi di permukaan
pipa. Kerusakan yang dapat terlihat itu misalnya karat yang terlihat dari luar,
coatingnya (pelapis), atau kerusakan
lain yang mempengaruhi keamanan operasi pipanya. Bagian yang rusak tersebut
bisa saja dipotong dan diganti, akan tetapi untuk karat yang di luar, bisa
dibersihkan dan di coating kembali.
Menurut suatu laporan, “Kerusakan pada coating dapat
menyebabkan kebocoran dari luar pada pipa di Amerika Serikat yang umurnya 40-50
tahun.”(Pipeline, 2011). Di Indonesia, juga sudah banyak kejadiannya, seperti
di Sumatra dan Kalimantan. Dengan mengetahui hal tersebut, maka re-coating akan dilakukan. Kerusakan coating, disebabkan karena temperatur
yang tinggi, test hidrostatika, coating nya
yang tidak sempurna dan benar, serta lamanya waktu penggunaan.
Pada saat ini, melakukan pekerjaan re-coating pipa memakan biaya yang tidak mahal. Hal tersebut
dikarenakan banyak material baru yang harganya lebih murah serta dengan
kualitas yang lebih baik. Proses coating
sendiri, juga telah menggunakan teknologi yang sudah maju.
Rehabilitasi pipa harus dilakukan karena beberapa sebab,
diantaranya adalah mencegah polusi, mencegah penutupan produksi dari lapangan,
dan membuat situasi seekonomis mungkin. Analisis resiko dengan tetap
mengoperasikan pipa harus dilakukan. Analisa tersebut meliputi sifat fisika dan
sejarah operasinya.
Program rehabilitasi pipa ini sangat penting untuk
dilakukan. Dengan melakukan rehabilitasi pipa, dapat dinilai persoalan apa yang
mungkin timbul seperti halnya karat (korosi), kerugian pihak ketiga atau
penduduk dan yang terakhir, apabila produknya tidak mengikuti standart yang
sudah ditentukan.
Daftar
Pustaka :
Purwaka,
St. Edi, Ir, MT (2011) . Pipeline.
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Perminyakan,
Universitas Proklamasi 45. Yogyakarta
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji