Juni Wulan
Ningsih
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kehidupan selalu menjadi guru
terbaik bagi semua manusia. Dimana
didalamnya terdapat media pendewasaan diri lewat kejadian dan pengalaman –
pengalaman hidup. Kejadian – kejadian tersebut ada yang bersifat biasa saja, akan tetapi ada pula
yang kian berarti bagi diri seseorang. Keberartian itu menempatkan suatu kejadian
ataupun orang menjadi hal yang paling baik diingat dimemorinya (Muslimah,
2013) dan mendapatkan tempat tersendiri dibenak orang tersebut. Ironisnya pengalaman – pengalaman yang berkesan
tersebut kebanyakan berupa hal – hal yang menyakitkan yang pernah terjadi dalam
hidupnya. Kenangan manis yang tinggal kenangan, dimana keberadaanya tak mungkin
lagi untuk diulang kembali, akan tetapi
juga terlalu indah dan menyakitkan jika harus dilupakan serta dikenang.
Kenangan - kenangan itu juga menempatkan seseorang pada dua kondisi yang sulit
baginya, yakni antara melepaskan dan mempertahankannya. Melepaskan untuk
kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya lagi ataukah tetap bertahan dengan
semua kenangan itu yang justru membuatnya kehilangan masa depan dirinya.
Bagi orang yang mudah bangkit dari
keterpurukan akan mudah untuk melupakan semua kenangan pahit itu, dan memilih
untuk mencari pengalaman hidup baru. Akan tetapi bagi orang yang terlanjur
terpaut dengan suatu kejadian ataupun orang dan menempatkan orang tersebut
berarti bagi hidup dan hatinya, tidak akan semudah itu untuk melupakannya.
Butuh berhari – hari bahkan bertahun – tahun untuk bisa kembali melanjutkan
hidupnya yang sempat tertunda karena kehilangan seseorang yang berarti. Bahkan ada juga yang enggan beranjak dari
semua kenangan itu dan memilih hidup dalam kepalsuan. Kondisi ini bisa menjadi
gangguan bagi kesehatan mental seseorang, dimana ia mulai mengalami depresi,
frustasi, stress, dan tidak bisa
menikmati waku luangnya dengan nyaman (Scaufis, 1993).
Agar
kenangan di masa lalu itu tak menjadi penghalang bagi individu dalam melanjutkan
hidupnya, maka ia harus mengikhlaskan
semua yang berhubungan dengan kenangan itu, termasuk juga orang yang terlibat
dalam kenangan tersebut. Menerima semua ketetapan – Nya dengan hati yang lapang dan selalu berfikiran positif atas
semua kejadian yang terjadi dalam kehidupan ini. Dengan kata lain pengendalian
disini lebih kearah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meyakini
bahwa semua ketetapan – Nya adalah yang
terbaik untuk kita. Selain itu ia juga harus mulai membuka dirinya untuk lingkungan
luar dan semakin menyibukan diri dengan kegiatan yang bukan hanya bermanfaat
untuk dirinya akan tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Semakin sibuk
seseorang maka semakin mudah dalam menyimpan
kenangan yang tidak mengenakan tersebut. Semakin baik interaksi
sosialnya dengan dunia luar akan membantu menjaga kesehatan mental yang ia
miliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Barber (1964 dalam Notosoedirjo &
Latipun, 2001) makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan
mentalnya, dan sebaliknya makin terpencil interaksi sosialya makin beresiko
mengalami gangguan psikiatris.
Bagaimanapun pengalaman merupakan
guru terbaik bagi manusia. Lewat pegalaman yang sedih kita diajarkan untuk mengikhlaskan
sesuatu yang telah hilang dari hidup kita dan belajar bersabar dalam menghadapi
semua cobaan - Nya. Sedang disaat kita senang, kita diharuskan untuk selalu
mensyukuri semua nikmat dan karunia – Nya. Saat semua masa – masa indah itu
telah jadi kenangan belaka, janganlah kita terus menerus larut dalam kesedihan
dan berhenti untuk melanjutkan hidup. Langkah yang sebaiknya kita lakukan yakni
segera bangkit dan menjadikan kenangan tersebut menjadi pelajaran berharga agar
kedepannya kita tidak melakukan kesalahan yang sama dua kali. Bukan berarti
juga lantas melupakan kenangan – kenangan itu tetapi lebih tepatnya
menyimpannya untuk diambil pelajaran semata. Diharapkan managemen kenangan
pahit nan berharga itu akan mampu membawa kita kegerbang kesuksesan dan tetap
bisa menjadikan kesehatan mental kita tetap terjaga.
Daftar Pustaka:
Muslimah.(2013).Hand Out Psikologi Pendidikan.Yogyakarta
: UP 45
Notosoedirjo, M & Latipun.(2001).Kesehatan Mental,
Konsep & Penerapan.Malang : UMM PRESS
Scoufis,M.(1993).Stress and coping.In
McWalters, M (Revised Edition), Understanding
psychology ( pp 206 – 224).NSW:McGraw-Hill
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji