Juni Wulan Ningsih
Fakulta Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dua tahun yang lalu terjadi
perampokan di rumah Maura. Selain merenggut nyawa ibundanya juga menyisakan
trauma yang begitu dalam pada diri maura. Sejak peristiwa itu, ia lebih memilih mengurung diri dikamar dan
tak mau berbicara sepatah katapun. Ia juga selalu menangis histeris jika
mendengar kegaduhan. Maura merasakan ketakutan yag begitu hebat pasca peristiwa perampokan itu. Keadaan maura yang
mengasingkan diri dari lingkungan
pergaulannya akan semakin memperburuk kesehatan mental yang ia miliki. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001)
makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan
sebaliknya makin terpencil interaksi sosialya makin beresiko mengalami gangguan
psikiatris.
Untuk itu diperlukan suatu cara agar
Maura kembali seperti dulu lagi, dimana ia merupakan sosok gadis yang periang.
Salah satu cara untuk memulihkan kondisi mentalnya yakni dengan psikoterapi. Psikoterapi
merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya
emosional, diman seorang yang terlatih secara sengaja membina hubungan
profesional dengan seorang klien dengan tujuan menghilangkan, mengubah atau
memperlambat simtom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif (Wolberg, 1967
dalam Pharess & Trull, 2001 dalam Ardhani, Rahayu, & Sholicatun, 2007).
Yakni dengan meghidupkan kembali ingatan – ingatan Maura sebelum terjadinya
perampokan itu. Dimana kenangan – kenangan indah itu sedikit demi sedikit akan
memunculkan kesadaran Maura,dan membangunkannya dari alam bawah sadar. Setelah
kesadaran Maura kembali, perlahan – lahan ingatannya kemudian dibawa ke
peristiwa perampokan itu. Ini dimaksudkan agar Maura bisa menerima semua
kenyataan pahit itu lantas melanjutkan hidupnya lagi. Pada fase ini support
dari keluarga dan orang – orang terdekat sangat diperlukan agar kondisi kejiwaan
maura tidak kembali down. Selain itu
juga berfungsi sebagai pemicu semangat agar Maura mempunyai motivasi untuk
sembuh. Hal ini berdasarkan efektivitas terapi : variabel klien dimana motivasi
bagi seorang klien dalam menjalani proses psikoterapi menjadi hal yang sangat
penting karena dipenuhi oleh kecemasan, kemunduran, dan periode yang
kelihatannya tanpa perkembangan positif
(Ardhani, Rahayu, & Sholicatun, 2007).
Gangguan stress pasca trauma menurut
Trull & Phares (2011 dalam Ardhani, Rahayu, & Sholicatun, 2007) memang
kecil kemungkinannya untuk diringankan tapi bukan berarti lantas tidak ada
harapan untuk sembuh. Selama kita mau berusaha dan tetap ada dukungan dari
keluarga, khususnya penderita mempunyai motivasi yang tinggi untuk sembuh maka
hal yang tidak mungkin itu akan menjadi mungkin. Bukankah kesembuhan itu
hanyalah milik Allah SWT, dan atas
kehendak – Nya pulalah nantinya semua itu akan menjadi mungkin. Hal yang
terpenting adalah kita mau berusaha dan pantang menyerah dalam menjalankan
usaha itu.
Daftar Pustaka :
Ardhani, Rahayu, & Sholicatun.(2007).Psikologi
Klinis.Yogyakarta : GRAHA ILMU
Notosoedirjo, M & Latipun.(2001).Kesehatan Mental,
Konsep & Penerapan.Malang : UMM PRESS
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji